Nelayan Serang Tertembak, Usir Kapal Pengeruk Pasir

SERANG, SNOL Malang nasib Mustaya (32). Nelayan Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, ini tertembak di paha kananya saat melakukan unjuk rasa pengusiran kapal pengeruk pasir di perairan Lontar, kemarin (2/9). Mustaya sempat mendapat perawatan di Puskesmas Pontang sebelum di bawa ke RSUD Serang.
“Ketika petugas (Polair Polda Banten) memberikan tembakan peringatan agar warga kembali ke darat, paha kanan saya tiba-tiba perih dan mengeluarkan darah,” kata Mustaya kepada wartawan.
Kapolsek Tirtayasa AKP Suparno ketika dikonfirmasi membenarkan, adanya salah seorang nelayan yang terkena tembakan pada bagian paha kanan. Namun, kata Kapolsek, hingga kini pihaknya masih melakukan penyelidikan.
Insiden itu terjadi ketika ratusan nelayan Lontar melakukan aksi pengusiran terhadap kapal penambang pasir yang dimulai sekitar pukul 11.30 WIB. Ratusan nelayan yang menggunakan sekitar 25 perahu itu mendesak kapal yang tengah menyedot pasir di lokasi kejadian segera hengkang. Namun aksi para nelayan ini tidak berjalan mulus. Mereka harus berhadapan dengan puluhan aparat Polair Polda Banten yang menghalaunya.
Puluhan polisi yang menggunakan dua unit kapal boat itu meminta nelayan meninggalkan lokasi aksi. Namun permintaan polisi tersebut tak digubris. Nelayan semakin nekat, dan terus melakukan aksi mengusir kapal yang tengah melakukan penambangan. Hingga dua jam lebih, para nelayan tak juga beranjak dari lokasi aksi. Polisi yang melakukan pengaman kembali meminta nelayan menepi dan memperingati para nelayan dengan sejumlah tembakan peringatan. Di saat banyaknya suara tembakan itu, Mustaya terluka.
Istri Mustaya, Marini (29), mengaku langsung menangis saat mendengar kabar suaminya tertembak. Sambil menangis ia menyusul suaminya ke RSUD Serang. “Kang Mus mah gak pernah ikut-ikutan kalau ada pengepungan ke tengah laut. Biasanya juga ia tetap nyari ikan. Tapi kami memang tidak setuju jika ada pengerukan pasir, soalnya lokasi itu tempat biasa semua nelayan nyari udang,” katanya.
Marini hanya berharap agar suaminya cepat sembuh, agar bisa melaut kembali untuk menghidupi ia dan anak semata wayangnya, Mario (11). Kemudian, ia juga meminta agar pengerukan pasir dihentikan karena menciptakan konflik di tengah-tengah masyarakatnya. “Kalau enggak ada pengerukan pasir mah gak bakal kayak gini. Dulu mah adem ayem aja. Kalau bisa, gak usah ada pengerukan pasir lagi,” harapnya.
Dijelaskan tetangga korban, Emboy (35),  sebelum dibawa ke RSUD Serang, ia bersama warga lainnya membawa Mustaya ke Puskesmas Begog kecamatan Pontang terlebih dahulu. Namun, petugas puskesma merujuk korban agar dibawa ke Rumah Sakit.
Kesedihan juga menyelimuti wajah keriput Musriyam, ibunda Mustaya, yang menangi saat mendengar anaknya terkena tembakan. “Sudah dibilang jangan ikut ikutan, kalau udah gini siapa yang disalahkan,” umpat Musriyam, sambil menyesali kejadian tersebut.
Kapolda Banten Brigjen (Pol) Eko Hadi Sutedjo mengatakan, kasus itu masih dalam penyelidikan. Namun katanya, nelayan yang mengaku tertembak pada bagian paha kanannya belum bisa dipastikan mengalami luka tembak. Karena, belum diketahui hasil pemeriksaan medis terhadap korban.
“Ini harus diselidiki, itu lukanya terkena apa? Apa betul terkena tembakan? Jika terkena tembakan, pelurunya peluru apa? Apakah peluru hampa, peluru karet atau peluru tajam? Semua harus jelas,” ujar Kapolda.
Kapolda juga tidak menampik jika puluhan anggotanya dari Polair Polda Banten berada di lokasi kejadian, siang kemarin, dalam rangka mengamankan unjuk rasa para nelayan tersebut. Aparat kepolisian diterjunkan dalam rangka mencegah terjadinya anarkisme. Pihaknya juga tidak memungkiri, jika anggotanya melepaskan sejumlah tembakan peringatan saat terjadinya aksi itu.
“Itu sudah sesuai protap (prosedur tetap, red), dan anggota memiliki sejumlah langkah prosedur dalam melakukan pencegahan. Sejauh ini, komandan-komandan regu yang memimpin pencegahan itu melaporkan telah bertugas sesuai protap, dan hanya melepaskan tembakan peringatan dengan peluru hampa. Kita tunggu saja hasilnya nanti, apa betul kena tembak,” katanya.
Menurut Kapolda, polisi melakukan tembakan juga belum tentu dikatakan salah. Namun jika anggotanya bekerja diluar prosedur, jendral bintang satu ini juga berjanji tidak akan segan melakukan tindakan tegas.
Pihak RSUD Serang belum bisa memberikan keterangan terkait luka yang dialami Mustaya. Dokter Rigan, dokter jaga yang melakukan pemeriksaan terhadap Mustaya mengaku tidak dapat memberikan hasil dari pemeriksaan yang dilakukannya kepada publik. Sebagai dokter jaga kewenangannya hanya memeriksa dan memberikan keterangan kepada pihak kepolisian dan keluarga.
“Mohon maaf saya tidak dapat memberikan keterangan apapun. Kewajiban saya hanya memberikan keterangan hasil pemeriksaan kepada keluarga dan ke Polda Banten. Untuk keterangan pers, nanti Humas Rumah Sakit yang akan memberikan keterangan setelah kajian dari bagian forensik selesai,” jelas Rigan.(zal/dan/dam/bnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.