Ke Prancis Bersepeda Mengikuti Rute dan Kehebohan Tour de France 2012 (7)
Penasaran Bau Cairan Isi Botol Minum Peter Sagan
Nonton start etape sudah. Finis juga sudah. Sabtu lalu (21/7) giliran pengalaman nonton individual time trial. Harus sabar karena lumayan panjang. Tapi, bumbu-bumbunya tetap mengasyikkan.
Setelah empat hari berturut-turut bersepeda di medan atau cuaca berat, dua hari berturut-turut rombongan penggemar sepeda Indonesia dijauhkan dari tunggangannya.
Jumat (20/7) adalah travel day, naik kereta jauh dari Pau di kawasan selatan Prancis menuju wilayah utara.
Sabtu (21/7) kembali jadi hari VIP. Kali ini menonton Etape 19 Tour de France 2012 di sebuah kawasan khusus di Chartres, kota kecil 96 km di selatan Paris.
Etape 19 ini merupakan etape spesial. Berupa ajang individual time trial (ITT). Setiap pembalap harus melaju secepatnya melawan stopwatch. Dia yang mampu mencatat waktu terbaik adalah pemenang etape. Ini mirip babak kualifikasi balap MotoGP atau Formula 1.
Karena pembalap harus melawan diri sendiri dan waktu, ajang ITT diberi julukan “race of truth” di kalangan balap sepeda. Pembalap tidak bisa bohong, tidak bisa sembunyi.
Tapi, ajang ITT di ujung Tour de France 2012 ini tidak sembarangan. Dari segi dampak ke lomba maupun tantangan.
Bagi lomba, inilah etape penentu juara. Dia yang menang di Etape 19 hampir pasti akan menjadi jawara Tour de France 2012. Sebab, setelah ini hanya tersisa satu etape pendek, 120 km menuju Champs-Elysees di Paris.
Tahun ini Bradley Wiggins jadi unggulan. Di etape ini dia digadang-gadang mengunci juara dan mengamankan yellow jersey.
Dalam hal tantangan, ini salah satu ajang ITT terpanjang dalam sejarah “Le Tour”. Setiap pembalap harus melaju secepatnya sepanjang 53,5 kilometer dari Bonneval ke Chartres.
Bayangkan, bagi kita manusia “normal”, bersepeda 50 km dengan kecepatan biasa saja sudah menjadi sebuah pencapaian. Bagi para pembalap Tour de France, mereka harus melahap 53,5 km dengan kecepatan rata-rata hampir 50 km/jam!
Di etape ini, setiap pembalap dilepas satu per satu. Jarak antara satu dengan yang lain dipisah 1 sampai 2 menit. Jadi, menontonnya beda dengan menonton etape biasa.
Pagi sekitar pukul 10.30, rombongan Jawa Pos Cycling diturunkan di sebuah kawasan di Chartres. Letaknya sekitar tiga kilometer dari garis finis Etape 19.
Kawasan seperti lapangan ini sudah ditata khusus untuk pengunjung VIP dan para sponsor. Tenda-tenda hospitality ditata membentuk keliling persegi panjang, dengan satu sisi jalan tempat para pembalap melintas.
Di tengah-tengahnya ada tenda besar untuk layanan makanan. Ada sebuah panggung kecil untuk acara dan atraksi. Beberapa sepeda bersejarah Tour de France juga dipajang. Salah satunya sebuah sepeda time trial lama merek Pinarello milik seorang legenda: Miguel Indurain.
Ada pula sebuah layar LED besar yang menampilkan tayangan langsung Etape 19 tersebut.
Tempat itu ideal untuk nonton ITT karena jalan tempat pembalap lewat cenderung menurun. Pembalap-pembalap akan melintas di situ dengan sangat cepat.
Sebenarnya, ada opsi jalan-jalan yang bisa diambil. Bisa melihat-lihat katedralnya yang sangat kondang. “Chartres terkenal karena dua hal: Katedral dan time trial Tour de France,” kata Francois Bernard, pemandu kami.
Para pembalap sendiri baru dijadwalkan meninggalkan Bonneval mulai pukul 12.00. Jadi, sambil mengisi kekosongan, penyelenggara menampilkan beberapa acara di panggung.
Sejumlah mantan pembalap diajak ngobrol, menjelaskan rekaman kiprah mereka di Tour de France yang ditampilkan di layar LED. Seorang bintang stunt, Mark Vinko, menunjukkan kemampuan akrobatnya memakai sebuah sepeda trial.
Hadir pula Christian Prudhomme, 52, mantan jurnalis yang sejak 2005 menjadi general director Tour de France.
Siang itu tidak semua anggota rombongan menonton ITT sampai selesai. Sebagian memutuskan ke Paris duluan naik kereta.
Memang, butuh kesabaran ekstra untuk menontonnya. Kami diberi “modal” selembar kertas, berisi “jadwal keberangkatan” setiap pembalap. Urutannya sesuai dengan general classification yang dibalik. Pembalap ranking terbawah duluan, ranking pertama terakhir.
Jadi, meski sudah berangkat berurutan sejak pukul 12.00, aksi nama-nama besar tidak langsung bisa dilihat. Hanya beberapa nama kondang yang muncul duluan. Seperti Mark Cavendish (Sky Procycling), yang start di urutan ke-12.
Dengan sabar, kami menunggu para bintang lewat. Sambil makan, minum, dan ngobrol di tenda yang khusus disediakan untuk rombongan kami. Lagi-lagi, ini kesempatan untuk ngobrol lebih lama dengan para peserta program dari negara lain.
Kami bercanda bahwa kami ini datang jauh-jauh hanya untuk melihat para pembalap berkelebat cepat nyaris tanpa suara. Wussss! Mereka lewat dengan cepat.
Tapi, memang lama-lama jadi terasa seru juga. Salah satu pembalap yang paling ditunggu aksinya sore itu adalah Peter Sagan (Liquigas-Cannondale). Bintang muda Slovakia itu benar-benar mengagumkan tahun ini. Baru berusia 22 tahun, sudah meraih tiga kemenangan etape di Tour de France perdananya.
Sekitar pukul 15.30, Sagan yang ditunggu lewat. Dia nongol dari tikungan sedang mengayuh cepat sambil minum dari bidon (botol plastik). Pas ketika lewat, botol itu dia lempar ke kanan jalan.
Penggemar balap sepeda tentu sangat familier dengan ini. Pembalap-pembalap biasanya langsung membuang botol begitu isinya habis. Nanti di feed zone atau via mobil pendamping, mereka bisa minta supply tambahan. Mendapatkan botol lemparan itu merupakan suvenir paling istimewa.
Sayang, waktu itu kami di sebelah kiri jalan. Botol dilempar ke kanan. Yang dapat adalah rekan satu program dari Brasil, Giuseppe, yang menyeberang jalan untuk menonton. Dengan santai, dia mengambil botol itu dari sisi jalan. Tampak penasaran, dia mengamatinya dan membuka tutupnya. Dia tampak mencium-cium isinya.
Kami pun ikut penasaran. Ketika balik ke tenda, satu per satu ingin memegang, melihat, dan mencium bau isi botol berwarna hijau tersebut.
Di bagian tutupnya ada tulisan spidol “PS”, inisial dari Peter Sagan. Ketika dibuka, masih ada sedikit cairan tersisa dan baunya kuat sekali. Seperti bau apel yang digabung dengan bahan kimia lain.
Sudah bukan rahasia lagi, pembalap sepeda memang tidak minum air biasa. Ada banyak merek bubuk dan cairan campuran yang bisa menambah energi dan sebagainya.
Setelah Sagan, banyak nama besar lewat. Setelah pukul 17.00, para bintang utama yang lewat. Terakhir adalah Bradley Wiggins (Sky), pemakai yellow jersey. Pada akhirnya, Wiggins pula yang merebut etape itu, sekaligus mengunci gelar Tour de France 2012.
Sebab, setelah Etape 19 berakhir di Chartres, hanya ada satu etape tersisa. Sebuah etape pendek 120 km menuju Champs-Elysees, Paris.
Menurut tradisinya, etape terakhir ini lebih layak disebut parade. Para pembalap sepakat tidak ada yang melarikan diri dari peloton, menyiapkan ending yang spektakuler berupa bunch sprint.
Dalam setahun, Champs-Elysees (salah satu jalan paling kondang di dunia) hanya ditutup dua kali. Untuk Bastille Day (semacam hari kebangkitan Prancis) pada 14 Juli dan untuk etape penutup Tour de France.
Bagi rombongan kami, hari terakhir Le Tour ini juga membuat sangat excited. Sebab, sebagai peserta VIP, kami juga diberi kesempatan melintasi Champs-Elysees!
Minggu pagi (22/7) sebelum para pembalap tiba, kami boleh menjajal 10 km terakhir etape penutup. Termasuk melewati kaki-kaki Menara Eiffel, plus melintasi garis finis!
Dalam perjalanan naik bus dari Chartres, ketika masuk di Paris, kami melihat betapa indahnya Eiffel. Lalu, bus kami berhenti di Champs-Elysees karena hotel kami memang terletak di kawasan itu. Kami melihat jalanan paving tersebut dan makin tidak sabar segera merasakan hari baru untuk melintasinya! (azrul ananada-bersambung)