BNP2TKI Didesak Usut Praktik Percaloan
TANGERANG,SNOL Massa Aliansi Pembela Pahlawan Devisa (AP2D), mendemo Balai Pemulangan dan Keberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (BPK-TKI) di Kelurahan Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Selasa (3/7). Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat dituntut segera mengusut praktek percaloan.
Koordinator aksi Sanrodi mengatakan, salah satu percaloan tersebut diduga dilakukan oleh pihak PT Marvest Global Internasional, yang bergerak di bidang jasa tiketing pesawat di lingkungan Balai Pemulangan TKI, Selapajang.
“PT Matvest menjual tiket bagi TKI yang hendak pulang keluar pulau Jawa atau luar daerah. Tiket dijual kepada TKI dengan harga diatas rata-rata, yang semula Rp1,3 juta, menjadi Rp2,3 juta,” katanya.
Menurut Sanrodi, praktek tersebut kemungkinan ada keterlibatan pihak Kantor Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). “Kemungkinan Tegap Harjatmo punya banyak kenalan dengan orang-orang BNP2TKI, sehingga dia bisa melakukan percaloan. Hal ini harus segera ditindak karena merugikan sekali bagi para TKI,” imbuh Sanrodi.
Sampai saat ini sudah ada 10 korban yang sudah melapor kepada AP2D atas kerugian tersebut. Ia meminta Jumhur Hidayat dan pihak berwenang di BNP2TKI mengusut kasus percaloan itu.
“Apabila pengusaha-pengusaha nakal dibiarkan, maka TKI yang kena imbasnya. Harusnya TKI ini dilayani dengan baik karena sudah menyumbang devisa yang sangat besar bagi negara,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Pemulangan dan Keberangkatan (BPK) TKI Selapajang Aminuddin mengatakan, para demonstran salah alamat dengan beraksi di tempatnya. “Harusnya mereka aksi di Jakarta, kantor BNP2TKI. Bukan di sini. Sebab di sini tidak ada pungli,” elak pejabat yang baru dua bulan bertugas di kantor itu.
Menurut Aminuddin, sebagai pejabat baru, dirinya sudah mengecek ke bawah mengenai isu pungli para TKI. Setelah dicek, tidak ada praktik pungli itu. “Semua berjalan baik. Tak ada itu pungli,” elaknya lagi.
Maryanti, seorang TKI asal NTB, yang sedang duduk di lobi BPK-TKI, mengatakan dirinya sudah membeli tiket pesawat sebesar Rp1,38 juta untuk pulang ke NTB. Namun dirinya belum tahu kapan akan berangkat. “Saya sudah menginap semalam. Tapi belum tahu kapan pulangnya. Karena belum dapat kabar keberangkatan pesawat. Padahal saya sudah bayar pada petugas tiket di sini (BPK-TKI),” ucapnya.
Berdasarkan informasi, para TKI itu biasanya dikarantina dulu beberapa hari hingga jumlahnya banyak untuk pulang kampung. Dengan begitu perusahaan mitra BNP2TKI tidak rugi saat memulangkan mereka. (pane/jarkasih)