Jenazah TKI Qatar Disambut Histeris
KRESEK,SN—Muhammad Syaefudin Bin Hasan (47) TKI yang tewas di Negara Qatar 15 Mei lalu tiba di rumah duka, Minggu (1/7) sore di Kampung Sukasari RT.02/02 Desa Kresek Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang. Peristiwa ini diwarnai jerit tangis keluarga. Bahkan istri korban jatuh pingsan lantaran tak kuat menahan sedih. Pihak keluarga menemukan beberapa luka fisik pada almarhum dan akan melayangkan surat ke KBRI.
Pantauan Satelit News, korban tiba pukul 18.30 WIB dengan ambulans langsung dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta). Almarhum tiba lebih dulu menggunakan pesawat Qatar sekitar jam 16.00 Wib di kargo. Sementara keluarga sudah lebih dulu mempersiapkan kedatangan korban sejak pagi hari. Almarhum sendiri bekerja sebagai sopir pribadi sejak Januari.
Setibanya di lokasi jenazah korban langsung diterima oleh warga. Bahkan Istri korban Sulekah (38) pingsan usai melihat peti jenazah almarhum suaminya. Kemudian dr. Abdul Hamid Hasan, kakak kedua almarhum langsung melakukan pemeriksaan fisik korban. Hasilnya ditemukan luka bakar di bagian dada kanan korban, luka beset di pipi kiri dan kuping kiri mengeluarkan darah seperti luka bekas trauma tumpul.
“Kami tidak ingin menghambat prosesi pemakaman, sebagai orang Islam kami langsung memakamkan Jenazah. Apalagi dia sudah meninggal sejak 15 Mei lalu. Setelah pemakaman mungkin akan dilakukan visum, jika diperlukan dan tergantung kesepakatan keluarga. Setelah adanya kejanggalan ini,” ujar Hamid kepada Satelit News, kemarin. Pemeriksaan fisik korban juga sempat disaksikan oleh pihak kepolisian dari Sektor Kresek dan perwakilan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu).
Seoseno, Perwakilan Kemenlu mengatakan, pihaknya akan memfasilitasi keberatan pihak keluarga korban untuk diajukan ke KBRI. “Dan selanjutnya akan diberikan ke KBRI, itu kewenangan mereka. Selain itu kami mendapatkan informasi kematian korban dari RS di Qatar tanggal 19 Mei bukan tanggal 15 Mei,” tukas Soeseno.
Keluarga almarhum lainnya, Yanti mengaku, keluarga mendapatkan informasi meninggalnya sang ayah pada 28 Juni lalu dari KBRI Qatar. Kemudian pihak keluarga berupaya menggali informasi lebih jauh. “Informasi dari KBRI Qatar, almarhum meninggal karena sakit jantung, dan sempat dirawat tiga hari di RS di Qatar,”akunya.
KBRI Qatar kepada Yanti mengaku almahum tidak memiliki alamat yang jelas sehingga informasi yang disampaikan sangat lama. “Bahkan almarhum katanya tidak tercatat di KBRI Qatar. Keluarga juga sudah berupaya untuk menghubungi KBRI untuk memastikan kembali apakah benar di sakit Jantung. Almarhum terkena sakit jantung saat mencuci mobil,” tandas Yanti.
dr. Abdul Hamid Hasan menambahkan, KBRI mendapat informasi dari majikannya sehari sebelum mengabarkan ke pihak keluarga. Berdasarkan penelusuran majikannya terlambat mengabarkan karena mengurus surat-surat di RS. “KBRI sempat tersinggung ketika saya tanya lebih jauh,” tuturnya.
Anak pertama almarhum, Yaser Arafah mengatakan, pihaknya terakhir dihubungi ayahnya April lalu mengeluhkan banyak kejanggalan di tempatnya bekerja. “Bapak jarang dikasih makan. Kadang diajak ribut dengan koki majikan orang India, gara-gara mau makan dan istriahat dilarang. Saat itu, saya minta bapak untuk pulang saja,” tuturnya.
Istri Almarhum Sulekah mengaku, suaminya setiap menelpon selalu mengeluh jarang diberi makan dan istirahat serta tubuhnya tambah kurus. “Beberapa kali saya minta dia jangan meladeni ajakan rebut sang koki. Empat bulan pertama kerja disana kiriman uang lancar, selanjutnya tidak pernah ada kiriman lagi, malah muncul kabar ia meninggal,” tuturnya lirih.
Muhammad Syaefudin Bin Hasan meninggalkan istri dan dua orang anaknya yakni, Yaser Arafah (20) dan Putri afriani (8). Menurut Yaser, ayahnya dikenal sangat baik dan pandai bergaul dengan tetangga sekitar. “Dia berteman tidak memandang miskin atau kaya,” terangnya.
Ia berharap pemerintah dapat lebih melindungi warga Negara Indonesia di luar negeri. Pihaknya juga meminta agar pemerintah Indonesia untuk menindaklanjuti lambannya kinerja bawahannya sesuai hukum yang berlaku. Meninggalnya Syaefudin 15 Mei 2012 disampaikan melalui surat keterangan no 40/Ds.Krs/2010/VI/2012 dari Pemerintah Desa Kresek Kecamatan Kresek.
“Saya ikhlas dengan kepergian ayah saya, tapi saya tidak terima dengan lambannya kabar yang disampaikan. Pemerintah tolong kontrol warga Indonesia yang di luar negeri. Korban cukup ayah saya saja dan tidak bertambah,” pungkasnya. (fajar aditya/jarkasih)