32 Ribu Hektar Jadi Lahan Abadi Pertanian

SEPATANTIMUR,SN—Luas lahan pertanian produktif di Kabupaten Tangerang kian menyempit, seiring semakin pesatnya pembangunan. Mengantisipasi hal itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang menetapkan lahan abadi seluas 32 ribu hektar melalui Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Petani dituntut kreatif dalam memanfaatkan lahan yang terbatas agar hasilnya bisa optimal.
“Tahun 2009 lalu luas lahan pertanian masih 57.000 hektar, tapi sekarang tinggal 47.000 hektar,” kata Jarnaji, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang, saat acara panen raya sayur-mayur di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Rabu (13/6).
Karena itu pemkab Tangerang menetapkan lahan abadi untuk pertanian seluas 32.000 hektar, agar pertanian di wilayah itu tidak tergerus oleh pembangunan. Penetapan dituangkan dalam RTRW. Lahan abadi ini akan bertahan untuk masa 20 – 30 tahun ke depan,” tukas Jarnaji.
Menurutnya, dengan luas lahan yang makin menyempit maka petani harus kreatif dalam mengoptimalkan lahan yang ada. “Kami sedang mengupayakan agar hasil panen padi meningkat dari 6,5 ton/hektar menjadi 10 ton/hektar,” katanya.
Agar kapasitas produksi pertanian meningkat drastis, maka petani harus menggunakan bibit unggul agar hasilnya optimal. “Kami akan bantu untuk masalah bibit hingga irigasi. Kami tidak ingin nasib petani ini tergusur,” bebernya. Dari 47.000 luas lahan pertanian, sekitar 37.000 hektar adalah tanaman padi, sedangkan sisanya adalah tanaman hortikultura (sayur-mayur).
Sementara, Suherman, Ketua Kelompok Tani Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur mengatakan, dahulu warga di tempatnya adalah berprofesi sebagai petani padi. Namun seiring perkembangan jaman, mereka mulai beralih menjadi petani sayur-mayur.
“Menjadi petani sayur-mayur lebih menguntungkan. Panen padi hanya dua kali setahun, tapi kalau sayur-mayur bisa lima kali panen dalam setahun,” ucapnya.
Luas lahan yang digunakan untuk bertanam sayur-mayur jauh lebih kecil dibandingkan padi. “Untuk tanam padi dibutuihkan lahan berhektar-hektar. Sedangkan tanaman sayur-mayur bisa dengan lahan yang sempit,” tandasnya.
Suherman membeberkan, saat ini luas lahan pertanian di Desa Gempol Sari mencapai 150 hektar. Sekitar 100 hektar digunakan untuk tanaman padi, dan 50 hektar tanaman sayur-mayur. Jumlah petani sayur-mayur yang tadinya sekitar 10 orang kini menjadi 400 orang. “Lumayan pendapatannya dengan menjadi petani sayur. Sebulan rata-rata bisa Rp 3 juta,” ungkapnya.
Untuk menunjang kapasitas dan kualitas sayur-mayur, dibutuhkan bibit yang unggul. Pihaknya berharap produsen bibit bisa menyediakan bibit unggulan yang dibutuhkan petani. Seperti yang dilakukan PT East West Seed, yang menyediakan bibit sayur-mayur unggulan.
“Kami mengembangkan bibit tanaman yang tadinya di dataran tinggi, tapi bisa ditanam di dataran rendah,” ucap Afrizal Gindo, Direktur Sales dan Marketing PT East West Seed.
Menurutnya, sudah saatnya petani menggunakan bibit tanaman unggulan karena keterbatasan lahan yang ada. “Ke depannya urban farming akan potensial. Kebutuhan sayur-mayur akan langsung dipasok oleh petani di kota, tanpa harus menunggu pasokan dari desa,” pungkasnya.
Sementar, Kepala Dinas Tata Ruang  Kabupaten Tangerang Akif Syamsudin maupun Sekretaris Dinas tersebut Eko Vientino, belum bisa dikonfirmasi terkait penetapan lahan abadi pertanian saat dihubungi wartawan melalui telepon genggamnya, Rabu sore kemarin. (fajar aditya/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.