Yuk, Intip UN di SMP Khusus Tuna Rungu Serpong…
Mimik wajah Ansari Faturahman dan Aji Restu sedikit tegang. Keduanya adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Khusus (SMPK) Assalam 01 yang tengah mengerjakan naskah soal ujian nasional (UN) yang mulai Senin (23/4), serempak diselenggarakan di Indonesia untuk tingkat SMP dan sederajat.
Sekilas, mata pelajaran yang diujikan sama dengan SMP umum, jam dan jumlah soal pun sama. Bedanya yakni, soal ujiannya dibuat lebih mudah dimengerti. Ya, SMP Tuna Rungu yang berada di Jalan Cendana, Serpong, Kota Tangsel itu adalah salah satu sekolah khusus yang mengikuti agenda UN.
Selama ujian, Aji dan Ansari diawasi oleh pengawas guru pendidikan khusus dari sekolah dan dari Provinsi Banten. “Soal ujiannya berbeda dari SMP biasa. Dibuat lebih sederhana kata-katanya. Pengawasnya tetap dua orang tapi dari guru pendidikan khusus,” kata Wiwik Sundari, salah satu pengajar di Sekolah Khusus Assalam 01 Serpong.
Wiwik menjelaskan dalam peraturan Ujian Nasional untuk sekolah khusus minimal dalam sekelas hanya delapan orang. Dikarenakan formasi duduk yang berbeda dari sekolah biasa. Untuk penderita tuna rungu formasi duduk di kelas saat ujian dilakukan dengan membentuk setengah lingkaran agar seluruh siswa dapat melihat instruksi gurunya dengan baik.
Tidak hanya itu penilaian yang dilakukan atau jumlah nilai kelulusan untuk mereka pun sama dengan anak-anak SMP pada umumnya, yakni 5,5. Di hari pertama ujian ini mereka menempuh mata pelajaran Bahasa Indonesia selama dua jam.
Guru pengawas mengenakan bahasa isyarat untuk menerangkan peraturan ujian kepada siswa. Kedua siswa terlihat lancar mengerjakan soal ujian. “Ujiannya bisa. Kemarin sore udah belajar,” kata Ansari dengan bahasa isyaratnya.
Tidak hanya itu Ansari mengaku sangat ingin lulus dan bisa melanjutkan ke jenjang SMA di Sekolah Khusus Assalam. “Saya ingin melanjutkan sekolah di sini,”ungkapnya dengan ekspresi bahagia.
Dia juga merasa yakin kalau bisa lulus. Ditanya pelajaran apa yang dia suka, Ansari mengatakan pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika menjadi pelajaran yang disukainya. Dengan dibantu menggunakan bahasa isyarat dirinya mengatakan sangat menyukai pelajaran tersebut, bahkan bahasa Inggris menjadi pelajaran yang sangat disukainya.
Sementara Aji, ditanya apakah bisa mengerjakan soal ujian, Aji mengatakan dia bisa mengerjakan soal ujian. “Tidak pusing, gampang,” ungkapnya dengan menggunakan isyarat yang dibantu guru pengawasannya.
Ditanya seandainya lulus, apakah mau melanjutkan sekolah kembali, Aji mengatakan dia tidak mau melanjutkan sekolah. Ia ingin langsung bekerja yakni menjadi penjahit. “Saya ingin membantu ibu saya untuk menjahit,” ungkap Aji.
Perlu diketahui, para siswanya kebanyakan bekerja mengandalkan keterampilan. Beberapa dari mereka bekerja di perusahaan konveksi di daerah Villa Melati Mas, di PT Pratama, dan yang laki-laki kebanyakan menjadi pekerja di bengkel kendaraan.
Dalam soal ujian hari pertama bahasa Indonesia, ada pertanyaan siapa roker yang menjadi ulama, ditanya mengenai soal tersebut, kedua siswa langsung menjawab Gito Rolis.(Irma/bnn/susilo)