Popcorn Cinema Club, Nonton dan Bahas Film Bareng Pembuatnya
Popcorn Cinema Club atau Popsicle. Nama itulah yang dipilih para pecinta film dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Walaupun kelima puluh anggotanya merupakan mahasiswa jurusan Digital Cinematographi UMN, namun mereka terbuka untuk umum.
“Kami ingin mengumpulkan para pecinta film di kampus ini khususnya, dan para pecinta film di luar sana,” ujar Monica Vanesa Tedja, Ketua Popsicle.
Popsicle sengaja dibentuk karena mahasiswa cinematographi kurang terlihat aktifitasnya di dunia perfilman. Popsicle menjadi media untuk kumpul dan nonton bareng. Komunitas ini juga membahas tuntas setiap film yang mereka tonton. Mulai dari komposisi cinematographi, hingga pemilihan lokasi pengambilan tiap adegan.
Meski komunitas yang beranggotakan puluhan pecinta film ini berdiri sejak Februari 2012, sebenarnya kegiatan mereka sudah ada sejak November tahun lalu. Langkah berani Popsicle menunjukan eksistensi mereka didunia pembelajaran pembuatan film, didukung sepenuhnya oleh dosen mereka. “Namanya Lucky Kuswandi, beliau juga seorang sutradara lho,” kata Monic.
Dari sang dosen itulah, Popsicle kenal dengan berbagai pelaku dunia film. Seperti Sheila Timoti dan sutradara ternama Joko Anwar. “Sejak itu kami bisa mendapatkan berbagai ilmu berguna dari para pelaku film itu,” ujarnya.
Kalau pecinta film berkumpul, sudah pasti akan menonton film-film keren dan berkualitas. Sebut saja berbagai film Hollywood Before Sunset, Catfish, atau film lokal seperti Modus Anomali, Fisfic, dan berbagai film berbobot lainnya. Kesemua judul film tersebut, yang pernah menjadi pembicaraan hangat para anggota Popsicle kalau sedang melakukan rutinitas nonton bareng ditiap minggu.
“Kami memilih film yang jalan ceritanya mampu menginspirasi kami para pecintanya,” ujar Monic. Kegiatan tiap minggu ini membebaskan anggota komunitas maupun dosen Cinematographi untuk mengangkat film apa yang mereka suka. “Jadi kita bisa bertukar pikiran, kenapa sih kita suka sama film ini, apa sih manfaat kita nonton film ini,” katanya.
Komunitas ini punya hajatan atau nonton bareng besar ditiap bulannya. Pada Maret lalu, sutradara kawakan Joko Anwar dan Sheila Timoti selaku produser diundang untuk mempromosikan film terbaru mereka, Modus Anomali.
“Saat itu, kedua movie maker itu pun bercerita suka duka maupun sedikit singkat tentang pembuatan film,” katanya. Akhir bulan ini, Monic dan teman-teman Popsicle berencana akan memutar film documenter band Mocca, yang kini sudah bubar.
Kecintaan terhadap dunia film membawa Moni memilih Digital Cinematographi DKV di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Monic mengaku ketertarikannya didunia perfilman sudah mulai sejak dia duduk di bangku SMP. “Bukan untuk bermain filmnya, tapi ingin banget terjun membuat atau movie maker nya,” ujar gadis cantik berkacamata ini.
Bukan film sembarangan yang disukainya. Dia mengaku lebih menyukai film yang makna dalam film tersebut bisa diserap oleh penontonnya. Seperti film Hollywood, Before Sunset favoritnya. “Film itu isinya hanya dialog saja selama 90 menit, tapi menurut aku isinya enggak monoton atau membosankan,” katanya.
Monic menilai industri perfilman di Indonesia sangat berpotensi dan berkualitas. “Namun tidak seiring atau didukung pemerintahnya, tidak seperti di Thailand, makanya bisa maju kaya sekarang,” kata Monic.
Menurutnya, membangun atau menciptakan sebuah film harus sesuai dengan idealis dan sisi komersial dunia perfilman. Dengan begitupun, film berkualitas yang disukai masyarakat pun akan tercipta. Seperti film buatan sutradara favoritnya, Joko Anwar, selain laku dipasaran, juga mendapat beberapa penghargaan dibeberapa kompetisi film nasional maupun internasional.(pramita/gatot)