Raih Emas Judo, Arik Nur Andalkan Teknik Penguncian

Tangerang tidak pernah absen mencetak atlet berbakat. Salah satunya adalah Arik Nur (16). Siswa SMA Cikal Harapan Serpong, Kota Tangerang Selatan, ini baru saja sukses meraih medali emas pada Internasional 4th Sonice Ganesa Cup Open Judo Championship yang digelar di Mal Metropolis, Kota Tangerang akhir pekan lalu.
Bertubuh tinggi besar, potensi Arik Nur menjadi pejudo tangguh sangat memadai. Apalagi dia kini ditempa di salah satu klub judo terbaik di Banten, Toray. Pada kompetisi judo Internasional, dialah salah seorang perwakilan klub di Tangerang yang berhasil mengalungkan medali emas di lehernya.
Di arena pertandingan di Mal Metropolis, Arik tampak gagah dengan seragam judo bersabuk biru tua. Di tengah area pertandingan seluas 14,55 meter berbalut matras tipis, dia siap berhadapan dengan atlet timnas judo junior Australia. Setelah melakukan posisi ritsurei atau memberi hormat, dengan tampak serius Arik mengambil aba-aba untuk menyerang Arozik, lawannya.
Terus saja Arik bermain bawah, berusaha memancing lawan untuk membusungkan tubuhnya ke bawah. Setelah masuk dalam teknik perangkapnya, Arik mengunci lawannya dengan tangan silang. “Teknik ini kalau di judo namanya juji gatame,” kata Arik seusai pertandingannya.
Tanpa disangka, dengan teknik andalannya itu, Arik dapat menaklukan atlet junior asal Negeri Kangguru itu. Dengan kemenangan telaknya itu, dia pun berhasil menyumbang medali emas untuk klubnya, Toray Kota Tangerang.
Remaja yang bersekolah di SMA Cikal Harapan Serpong itu, ternyata memakai teknik juji gatame bukanlah tanpa alasan. “Jujur saja, teknik membanting saya jelek, jadi teknik juji gatame memang sudah jadi andalan saya di tiap pertandingan,” aku remaja yang sudah jadi pejudo sejak dua tahun lalu itu.
Dan memang berhasil, pada pertandingan internasional 4th Sonice Ganesa Cup Open Judo Championship, Arik menjadi pejudo pertama yang mendapat medali emas untuk Indonesia. Pada kompetisi yang diikuti oleh lima negara itu, Indonesia, Rusia, Marokko, Malaysia, dan Australia itu, memang diikuti sekitar 500 pejudo profesional dan junior yang mewakili tiap negaranya.
Sebelum kompetisi sekelas internasional itu, pejudo yang lahir di Jakarta 1995 itu, ternyata memiliki medali perunggu di beberapa pertandingan judo. “Sebelumnya, saya pernah juara tiga junior di 2011 dan di tahun 2012,” kata anak bontot dari dua bersaudara ini.
Kedua pertandingan kejuaraan nasional judo itu diikutinya hingga ke Malang, dan tahun berikutnya di Bandung. Menurut Arik, ayahnya lah yang mengambil peran dalam perkenalan pertamanya dengan olah raga asal Jepang itu.
“Saat seusia saya dulu, ayah dan paman memang pejudo,” kata Arik. Jadi saat Arik bingung harus memilih jenis olah raga apa, ayah dan pamannya memperkenalkan olahraga tersebut. Semenjak itu, Arik tergabung dalam klub judo Toray.
Sejak mengenal judo, Arik mengaku tidak pernah sekalipun tubuhnya cedera. “Enggak ada cedera yang paling parah selain kekalahan,” katanya. Makanya, dengan prinsipnya itu, Arik tidak pernah menganggap enteng lawan judonya dan selalu mempersiapkan diri semaksimal mungkin sebelum pertandingan.(pramitha)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.