Alih Profesi Jadi Ojek Gerobak, Sehari Untung Rp130 Ribu
Mereguk “Berkah” di Balik Bencana Banjir Kota Tangerang
CILEDUG-Musa (39) bermandikan peluh. Sekuat tenaga dia menarik gerobak yang di atasnya mengangkut sebuah sepeda motor berikut pemiliknya. Sesekali dia terhuyung, terhempas derasnya arus banjir yang memutus Jalan Hasyim Ashari di depan perumahan Ciledug Indah I dan 2, Ciledug, Kota Tangerang, kemarin (4/4).
Musa adalah satu dari sekian puluh penjaja jasa ojek gerobak dadakan yang mencari peruntungan di tengah banjir datang. Bukan berarti dia tak prihatin dengan nasib para korban bencana itu, hanya saja kebutuhan biaya hidup yang mendorongnya untuk menjadi ojek gerobak.
“Ayo pak, ditarik saja motornya pakai gerobak. Seikhlasnya saja bayarnya,” seloroh Musa kepada pengguna motor yang terjebak banjir sedalam 80 centimeter. Dengan cekatan, sepeda motor milik pelanggannya itu dinaikkan ke atas gerobak. Dengan bantuan beberapa tenaga temannya sesama pengojek gerobak, Musa pun perlahan menggiring gerobaknya hingga ke seberang luapan banjir yang disebabkan meluapnya Kali Angke sejak Selasa (3/3) dini hari lalu. “Lumayan, sekali tarik Rp 10 ribu – 20 ribu. Walau lelah, tapi untung,” kata Musa sumringah.
Selain Musa, masih ada belasan gerobak lain yang siap mengantarkan para pengguna jalan yang terhadang di tepian banjir. Mereka pun menawarkan jasa yang sama, entah mengangkut orang, motor atau barang dagangan sejumlah warga yang hendak menyeberangi banjir sepanjang lebih dari 500 meter itu. “Kalau banjir musiman seperti ini, memang rejeki kita. Berhenti angkut sampah, angkut orang,” jelas Salman (39), terkekeh.
Salman juga membandrol jasa angkut gerobaknya antara Rp 10 ribu – 25 ribu, tergantung dari berat dan jenis kendaraan yang akan diangkutnya. “Kalau harga sebenarnya tidak ada patokan, tapi per orang bisanya kami minta antara Rp10 ribu – 25 ribu. Hasilnya, nanti kami bagi lima sesuai dengan jumlah yang mengangkut dan mendorong kendaraan ini,” tandasnya.
Jasa yang ditawarkan saat banjir ini memang tidak hanya gerobak. Becak pun ada, begitu pula anak-anak warga korban banjir yang ikut mendorong mobil yang mogok di tengah banjir. “Daripada motor mogok, tidak apalah mengeluarkan dana sedikit. Yang penting masih tetap bisa kerja,” kata Intan (21), salah satu pegawai Bank Swasta di Cipondoh.
Ukon (27), warga Cipondoh yang akan bekerja ke Jakarta bahkan sudah memprediksikan bahwa akan terjadi genangan air yang tinggi di ruas jalan tersebut, seperti banjir-banjir kiriman tahun lalu. “Kalau saya tak perku khawatir akan banjir dan tak takut tak bisa lewat. Soalnya, banyak jasa angkut gerobak,” ucapnya.
Lain halnya dengan Serly (23) dan Munandar (29), pasangan suami istri yang juga akan bekerja ke Jakarta lebih memilih menggunakan jasa becak untuk melintasi banjir. Namun, tidak seperti naik becak kebanyakan yang asyik duduk di kursinya, keduanya terpaksa naik di sandaran kursi karena tingginya genangan dan untuk menghindari basahan. “Mau bagaimana lagi? Mending bayar jasa becaklah, dari pada tidak bisa bekerja,” imbuh keduanya.
Walhasil, meskipun banjir di Ciledug Indah 1 dan 2 menyisakan kesedihan bagi warga perumahan tersebut, tetap masih ada kebahagiaan yang dirasakan sebagian warga. Hingga menjelang dzuhur saja, para penarik gerobak ini mengaku sudah untung hingga Rp 130 ribu dari tenaga yang dikeluarkan dan gerobak yang dimilikinya. “Dari subuh sudah Rp 130 ribu, mungkin sampai besok masih menyediakan jasa seperti ini,” kata Ucok, yang beralih pekerjaan dari tukang tambal ban menjadi penarik gerobak. (Sanusi Pane)