Kemiskinan Penyebab Tumbuhnya Radikalisme
PANDEGLANG,SN Peneliti Ma’arif Institute menilai kemiskinan atau faktor ekonomi, situasi politik yang carut marut, rendahnya pedidikan, lemahnya akidah serta sejumlah hal lainnya menjadi faktor pemicu munculnya gerakan radikal, baik mengatasnamakan agama maupun kelompok sosial tertentu. Oleh karena itu, pemenuhan ekonomi rakyat menjadi penting dan menjadi hal utama yang harus diperhatikan.
Frustasi terhadap sikap para pejabat negara yang korup akan menstimulasi tumbuhnya gerakan radikal. Ideologi agama yang berhaluan keras dan kemudian bersemi dalam situasi masyarakat yang demikian dapat menghantarkan anggota kelompok masyarakat tertentu untuk memilih jalan pintas.
“Radikalisme bukan sekedar sebuah fenomena lahiriyah semata, melainkan sebuah ekspresi intrinsik yang telah tertanam pada seorang atau kelompok masyarakat. Faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radikal itu bisa diantisipasi bersama, terutama oleh Negara,” ungkap peneliti Ma’arif Institute Hilman Latief, dalam acara Seminar Sehari, bertema mengurai peta jalan gerakan radikal berbasis agama di Banten, bertempat di aula Baitul Hamdi, Kecamatan Menes, akhir pekan lalu.
Pengendalian gerakan radikal itu bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah proses Deradikalisasi oleh para alim ulama dengan mengadakan kegiatan penguatan dakwah berbasis ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan para generasi muda dengan menanamkan nilai moral dan akidah. “Intensifkan dakwah untuk memberantas kebodohan serta para kelompok masyarakat kalangan ekonomi rendah, sekaligus menanamkan mental spiritual berbasis keagamaan, sehingga menjadi modal dalam mengarungi kehidupan ini,” imbuhnya.
Akademisi Universitas Mathlaul Anwar (UNMA) Ukun Kurnia mengatakan, semua agama mengajarkan kasih sayang, namun dalam kenyataannya memang paradox yang terkadang dipengaruhi rekayasa Yahudi yang mengedepankan konsep sentiment agama. “Dokrin agama harus seimbang dengan 3 D, yaitu Dunia, Dakwah dan Daulah (Negara,red). Sehingga, berdampak kepada stabilitas nasional dan kondusifitas sebuah daerah,” ujarnya.
Sedikitnya, ada tiga langkah untuk mengantisipasi munculnya radikalisme, diantaranya penguatan basis teologi islam moderat dengan membangun argument yang lebih rinci dan detail tentang bagaimana teologi islam moderat beroperasidi tingkat praktis.
Selanjutnya dengan pribumisasi Islam melalui memperkaya pembacaan keagamaan secara akademik yang bisa dilakukan melalui proses pembelajaran yang intensif untuk menjadikan Islam sebagai objek kajian akademik. “Cara ini, diyakini mampu meminimalisir kemungkinan ideologisasi dan politisasi islam,” imbuhnya. (mardiana/jarkasih)