Setia Geluti Seni Ketoprak Mataram
Hidup dari seni dan menghidupkan kesenian sudah menjadi pilihan hidup Bambang Sisworo. Di Tangerang, pria kelahiran Wonosobo 8 Mei 1965 itu terus setia menggeluti dunia seni Ketoprak Mataram yang merupakan kesenian khas masyarakat Yogyakarta itu.
Warga Komplek Perumahan Adiyasa, Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang ini mengaku, menggeluti dunia kesenian tersebut sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Pergaulannya dengan sejumlah seniman dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Solo, membuat kemahirannya di dunia seni kian terarah.
“Sejak kecil, saya memang sudah bercita-cita hidup dari seni dan dalam prosesnya berlanjut sampai sekarang ini,” ungkap Bambang. Sejak masih duduk di bangku SD, saya sudah bergaul dengan seniman-seniman dari STSI Solo. Sejak saat itulah saya banyak belajar dari mereka, mulai dari seni tari, wayang orang, sampai ketoprak. Saya juga belajar beberapa alat musik gamelan seperti kendang, saron dan lain-lain,” ungkap Bambang saat ditemui wartawan, Jum’at (22/2).
Dalam karir seninya, seniman multitalen ini mengaku memilih menggeluti seni Ketoprak Mataram. Kesenian itu konsisten mempertahankan nilai-nilai tradisi yang merupakan roh kehidupan. Ketoprak Mataram telah menyatu dengan kehidupan, adat istiadat, bahasa dan kejiwaan masyarakat.
Selain menggeluti dunia ketoprak, Bambang juga menguasai seni tari dan wayang orang. Ia pernah merasa frustasi dalam berkesenian. Kala itu dia menjadi seniman yang belum dikenal oleh masyarakat. Kondisi itu membuatnya sulit mendapatkan pemasukan atau menguntungkan secara ekonomi.
Untuk menopang kebutuhan hidupnya, dia harus banting setir menjadi seorang buruh pabrik. Kendati bekerja sebagai buruh, ia juga rajin mengikuti berbagai lomba serta festival seni tari, ketoprak dan wayang orang.
Pada tahun 1983, laki-laki yang piawai menarikan berbagai jenis tarian jawa ini pernah menjadi juara I lomba tari dalam Porseni se-Keresinanan Kedu (Residen/wilayah yang membawahi kabupaten di bawah provinsi,red). Hingga akhirnya ia mulai eksis dalam dunia kesenian di wilayah Jakarta dan Tangerang pada tahun 1989.
Pria yang suka memerankan tokoh Haryo Penangsang dalam setiap pementasan ketoprak ini, juga pernah menjadi juara harapan I festival ketoprak se-Jabotabek. Bahkan Bambang juga pernah menjadi kontingen wayang orang Galuh Candra Kirana Jakarta. Selain itu, Bambang juga mengajar tari untuk menyambung hidupnya. “Pada tahun 1989 memang saya sering mengikuti berbagai festival seni di Jabotabek, Jadi juara juga pernah. Semua itu menempa proses hidup saya dalam menggeluti dunia kesenian,” akunya.
Sampai saat ini, Bambang masih terus eksis dalam berkesenian. Untuk mengimplementasikan apa yang menjadi tekad dalam hidupnya, dia mendirikan sanggar tari, pelatihan ketoprak dan wayang orang di rumahnya. Sanggarnya sendiri bernama Sanggar marto Budoyo. Beban biaya hidup yang tinggi membuatnya untuk tetap berjuang mencari tambahan, salahsatunya dengan bisnis penjualan air mineral.
“Selain mengajar menari, sehari-hari saya menunggu orderan untuk main ketroprak, main wayang orang atau menari. Tapi untuk menopang kehidupan keluarga, saya sambil jualan air isi ulang yang hasilnya lumayan. Ini untuk menyiasati order kesenian yang kadang-kadang pasang surut, dibantu bisnis air mineral kan jadi pasang terus,” pungkasnya.(aditya/jarkasih)