Dinsos Sebut Anak Punk Meresahkan Masyarakat
TIGARAKSA,SNOL—Komunitas anak punk di Kabupaten Tangerang yang mencapai ratusan anggota dianggap sudah meresahkan masyarakat, terutama pengguna jalan.
Dinas Sosial (Dinsos) pun kerepotan menangani anak-anak punk dari luar kota ini karena jumlahnya terus bertambah.
Kasi Pelayanan Sosial Anak, Lansia, Orang Terlantar dan http://fecledmi.org/generic-cialis-canada Cacat, Dinsos, Lili Amalia mengatakan, budaya komunitas punk di Indonesia sudah sangat meresahkan warga. Terutama di saat mereka sedang mengamen di lampu merah, dengan kata-kata yang seolah-olah menyudutkan pemerintah.
“Oleh karena itu, kita perlu duduk bersama-sama kembali untuk merumuskan strategi dan menemukan cara lainnya dalam menangani masalah komunitas punk ini. Pemerintah daerah harus menyatukan pandangan dan persepsi. Walau bukan berasal dari Kabupaten Tangerang, akan tetapi komunitas punk yang ada di wilayah ini adalah anak kita juga yang perlu perhatian,” ujar Lili kepada Satelit News, kemarin.
Lanjut Lili, masalah komunitas punk tidak akan dapat diselesaikan oleh Dinsos seorang diri, karena perlu peran masyarakat dan orang tua yang mau memperhatikan pola pergaulan anaknya. “Sebenarnya anggota komunitas punk sendiri bukanlah orang-orang yang memiliki kehidupan menengah ke bawah. Mereka adalah anak-anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Jadi butuh juga peran serta orang tua dalam membina komunikasi yang baik dengan anak,” jelas Lili.
Kabid Rehabilitasi Sosial, Dinsos, Endang Waryo menambahkan, dari data terakhir tahun 2014 ada sekitar 162 orang anggota komunitas anak punk di Kabupaten Tangerang. Namun jumlah tersebut diprediksi semakin bertambah setiap tahunnya.
“Untuk anak-anak jalanan khususnya komunitas punk sebenarnya bukanlah ranah Dinsos yang menangani. Karena kebanyakan dari mereka itu warga pendatang, bukan warga asli Kabupaten Tangerang sendiri,” terang Endang.
Menurutnya, komunitas punk merupakan budaya orang Amerika yang rata-rata anggotanya memiliki usaha. Sedangkan di Indonesia komunitas punk adalah perkumpulan orang-orang tersisih, sehingga pada akhirnya membentuk sebuah komunitas yang bernama sky head.
“Dibutuhkan penanganan khusus bagi mereka yang mengaku dirinya sebagai anak punk. Yang saya tahu komunitas anak punk sendiri sebenarnya mempunyai kegiatan, contohnya di Pemprov DKI banyak yang bekerja sebagai tukang lukis, sablon baju dan lain-lain,” pungkasnya. (mg27/aditya)