Gas Mahal, Pabrik Tangerang Pakai Batubara
JATIUWUNG,SNOL—Para pengusaha di Kota Tangerang mengeluhkan mahalnya harga gas untuk bahan bakar industri. Pabrik – pabrik besar di kota seribu industri sudah meninggalkan pemakaian gas dan the best choice beralih memakai batubara untuk menghidupkan mesin-mesinnya.
Keluhan itu disampaikan pengusaha yang tergabung dalam Kadin dan Apindo Kota Tangerang dalam pertemuan dengan salah satu anggota DPR RI Komisi VII bidang energi dan sumber daya mineral di Jatiuwung, Sabtu (7/3) lalu. Saat sesi tanya jawab, para pengusaha di Kota Tangerang mengeluhkan suplai gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang menurun. Selain itu, harga gas juga masih mahal sehingga membuat banyak pabrik beralih kembali ke energi batubara. Harga gas industri saat ini mencapai 10 dolar AS per MMBTU. Idealnya harga gas industri di Indonesia bisa ditekan hingga sebesar 6 dolar AS per MMBTU.
“Kita pernah pake gas, tapi harga gas juga masih mahal dan kembali pakai batubara. Bisa tidak harga gas lebih murah?,” kata Karyono, salah satu perwakilan pengusaha di Kota Tangerang.
Tak hanya soal harga, pengusaha juga mengeluhkan metode pembayaran gas. Selama ini, pembayaran gas terbagi dalam dua jenis yakni menggunakan rupiah dan dolar. Pengusaha Tangerang menginginkan pembayaran gas tersebut menggunakan rupiah.
Dayat, dari PT Clariant mengungkapkan perusahaannya sebenarnya bersedia menggunakan gas. Tapi sayangnya, suplai gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN) tersendat.
Pernyataan serupa disebutkan Ismail, senior manajer umum PT Gajah Tunggal. Dia menuturkan, PT Gajah Tunggal memerlukan suplai 15 juta MMBTU per bulan. Tapi sayangnya, harga gas terus naik sehingga ke depan, pabrik ban itu juga berpikir untuk pindah ke batubara.
“Makanya saya berharap ada solusi atau jalan keluar bagaimana para pengusaha dapat beralih ke gas namun dengan suplai gas yang lancar dan murah serta menjaga lingkungan,” ujar pria yang juga Sekretaris Apindo Kota Tangerang.
Ketua Apindo Kota Tangerang, Gatot Purwanto menambahkan pihaknya pernah malayangkan komplain terhadap PGN terkait tersendatnya suplai gas. Tapi komplain tersebut tidak mendapat tanggapan.
“Jadi dalam penyaluran gas terlihat masih pilah-pilah. Industri besar dilayani, kalau kecil belum tentu. Suplai gas yang minim ini juga bisa mengganggu produksi,” tuturnya.
Menanggapi keluhan tersebut, anggota DPR RI Komisi VII, Inas Nasrullah Zubir menuturkan pihaknya akan menampung semua aspirasi pengusaha Tangerang. Dia akan membawa persoalan tersebut kepada pembahasan internal komisi VII yang menangani bidang energi dan sumber daya mineral. Sebelumnya ia mendapat informasi kalau masyarakat industri mendapat kesulitan memperoleh gas sehingga banyak akan beralih kembali ke batubara.
“Kita kan tahu sendiri batubara kalau digunakan untuk lingkungan sangat berbahaya karena tingkat polusinya tinggi. Kemudian tadi juga dikeluhkan suplai industri kecil tersendat. Serta pembangunan kawasan industri yang belum ada infrastruktur untuk gas,” ungkap poliisi alasa Hanura tersebut. (uis/gatot)