1.500 Buruh Keramik di Tangerang Dirumahkan
TANGERANG,SNOL Sebanyak 1.500 buruh PT Maha Kramindo Perkasa, pabrik keramik yang berlokasi di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, tengah bersedih hati.
Para pekerja pabrik yang sudah berproduksi sejak tahun 1990 itu kehilangan mata pencaharian setelah perusahaan berhenti memproduksi keramik pada 7 November 2014 lalu. Seluruh karyawan mulai dari sekuriti hingga manajer produksi dirumahkan.
PT Maha Keramindo Perkasa yang terletak di Kawasan Industri Pasar Kemis Jalan Utama III memproduksi keramik dengan merek Masterina dan blog.allstream.com Presio. Perusahaan yang berdiri di atas lahan seluas 22 hektar itu mulai dibangun pada tahun 1986 meski baru beroperasi penuh di tahun 1990.
Awalnya, pabrik itu mempekerjakan 1500 karyawan. Namun krisis keuangan membuat manajemen melakukan pengurangan karyawan secara bertahap.
Langkah mengurangi karyawan mulai dilakukan perusahaan sejak September 2014. Sebanyak 554 karyawan, yang rata-rata sudah bekerja selama puluhan tahun, diberhentikan dari pekerjaannya. Yang menyakitkan, pemberhentian karyawan disampaikan perusahaan melalui faximili dan karyawan tidak diberi pesangon.
Selanjutnya, perusahaan mencoba bertahan hidup dengan 946 karyawan. Selama tiga bulan terakhir, perusahaan bahkan membayar gaji karyawan secara mencicil untuk menyeimbangkan kondisi keuangan.
Tapi rupanya krisis keuangan tak bisa diatasi. Sebanyak 946 buruh akhirnya dirumahkan pada 7 November 2014. Sama seperti teman sekerjanya yang lebih dulu dipecat, rombongan terakhir karyawan yang dipecat juga tidak mendapatkan pesangon dari perusahaan.
Kartono (50), Supervisor Produksi PT. Maha Kramindo Perkasa mengatakan seluruh karyawan meminta perusahaan memberikan penjelasan terhadap nasib mereka. Dia mengaku para buruh sudah sering bermediasi dengan perusahaan terkait kelanjutan operasional pabrik keramik tersebut.
“Saya berharap pihak perusahaan segera memberi kejelasan kepada karyawan. Kalau mau ditutup ya segera kasih pesangon dan tunggakan gaji. Tetapi kalau mau lanjut ya secepatnya dipekerjakan lagi ,”ujarnya saat ditemui di lokasi pabrik, kemarin.
Untuk memperoleh kepastians Selama satu minggu terakhir, para pekerja terus mendatangi PT Maha Kramindo Perkasa. Mereka terlihat sibuk mengumpulkan foto copy kartu tanda penduduk (KTP) untuk diserahkan ke Dewan Kerja Cabang SPSI yang ditunjuk sebagai kuasa hukum buruh karyawan.
Para buruh menuntut perusahaan membayar gaji bulan Oktober, gaji bulan November, uang koperasi karyawan, hak untuk jaminan pelayanan kesehatan, hak untuk mendapatkan uang pensiun atau santunan dana kemanusiaan kematian hingga uang intensif dari bulan Agustus baik security maupun karyawan.
Setelah sepekan dirumahkan, para buruh berusaha sekuat tenaga agar dapur rumahnya tetap ngebul. Riyanto (50), yang sudah bekerja selama 24 tahun dan mempunyai tiga anak mengaku bingung mencari pekerjaan di usianya yang senja.
Dia kelimpungan mencari penghasilan untuk pembayaran uang tunggakan setoran rumah, setoran mobil bekas, biaya kuliah anak maupun biaya dua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan sekolah dasar.
“Supaya dapur saya tetap ngebul, saya sekarang ambil barang rongsokan di rumah-rumah atau di area pabrik untuk dijual,”ujarnya.
Srimulyono, karyawan yang bekerja selama 19 tahun juga mengaku sedih setelah perusahaannya mendadak tidak beroperasi. Dia masih membutuhkan uang untuk membesarkan anaknya yang masih kecil dan untuk membayar cicilan rumah. Saat ini untuk mendapatkan penghasilan, Srimulyono rela mengambil sampah atau gelas plastik yang bisa dijual.
Sementara itu tidak adanya aktivitas PT Maha Kramindo Perkasa sangat berdampak kepada ekonomi warga lingkungan sekitar karena pendapatan pedagang makanan berkurang dan juga terancamnya bisnis kontrakan. (mg26/gatot/satelitnews)