Pesuruh Sampai Kepsek Lenggak-lenggok Pakai Batik dan just try! Kebaya
Festival Budaya Songket SMAN 5 Kota Tangerang
Semarak Hari Kartini sepertinya masih terasa di SMAN 5 Kota Tangerang. Siswa maupun guru lelaki menggunakan busana batik, sedangkan wanitanya menggunakan kebaya berbagai variasi. Mereka berdandan seperti itu untuk acara Kartinian dan Festival Budaya Songket, Kamis (26/4).
Tidak terkecuali para pesuruh sekolah tersebut, seperti kesadaran sendiri dan tidak mau kalah gagah dan cantiknya. Perempuan menggunakan kebaya, prianya menggunakan batik, tamu yang datang akan dibuat tenggelam dengan ribuan orang mengenakan busana daerah.
Pada acara Sosok Negeri Kreatif Dalam Estetika atau Songket itu, semua berlomba menampilkan busana terbaiknya. Tidak terkecuali pada lima pasangan finalis Kang Nong sekolah tersebut.
Kebaya encim dengan warna kerudung bertabrakan dengan kebayanya, sangat cantik melekat pada masing-masig finalis. Layaknya penjurian ketat Kang Nong daerah, pemilihan putra putri berprestasi itupun melewati seleksi ketat dari pertanyaan dari juri.
Menurut Syarifah Nurul Aziizi (17), selaku ketua pelaksana kegiatan, juri berasal dari dewan guru yang berkompeten di bidangnya. “Mereka diberikan berbagai pertanyaan menarik, seperti seberapa penting penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian, di tengah orang banyak merasa keren dengan bahasa asing,” jelas Syarifah.
Dengan begitu, terpilihnya Kang Nong SMAN 5 Kota Tangerang, tidak hanya karena parasnya saja, namun juga karena kualitas intelektualnya. Sehingga, bila nanti pemenang Kang Nong sekolah akan melanjutkannya ke kota dan daerah, pemenang sudah melatih mental dan pengetahuan dari pemilihan Kang Nong sekolah. “Selain itu, kita para remaja Indonesia ini bisa melestarikan budaya Indonesia dari dalam sekolah,” kata Syarifah.
Selain kemolekan Kang Nong, di acara Songket itu, ada pula berbagai kompetisi antar kelas. Seperti perlombaan aransemen lagu daerah, pada kompetisi ini, personel band masing-masing kelas bersikeras membawakan lagu daerah dengan aransemen yang menarik. Selain itu, kreativitas siswa di bidang karikatur pun dilombakan.
“Ada pula natural art, jadi kerajinan tangan dari bahan tidak terpakai atau daur ulang. Paling seru, lomba merias wajah, wah bakat merias terpendam teman-teman jadi keliatan,” kata Syarifah semangat.
Acara kartinian dan festival kebudayaan ini, berlangsung tiap tahun. dengan begitu, teman-temannya tidak akan pernah lupa dengan kebudayaan bangsanya. “Khususnya kotanya sendiri,” imbuhnya.(mita/susilo)