Dengan Kaki Kiri yang Patah, Fauziah Fitriani Ikuti UN
Kaki kirinya boleh patah, namun tidak dengan semangatnya. Fauziah Fitriani (18), Siswi SMAN 10 Kota Tangerang ini tertatih, mengikuti ujian nasional (UN). Semua itu dilakukannya demi bisa lulus, dan meraih masa depan yang diimpikannya.
Sebagian dari siswa SMAN 10 Kota Tangerang, menempuh UN di gedung sekolah SMAN 2. Namun itu tidak membuatnya ragu untuk tetap semangat menempuh UN, dari rumahnya di kawasan Batu Ceper Kota Tangerang.
Satelit News baru bisa menemui Fauziah di http://quickieworkouts.com/order-viagra-canada saat bel pulang sekolah berbunyi. Nampak dari kelas yang berada di ujung sekolah itu, Fauziah berjalan perlahan dengan tongkat penyangga tubuh. Di sisi kanan kirinya ada empat teman dan http://truetalkradio.com/how-to-get-viagra-canada Supardi, bapak Fauziah yang turut menemani.
Belum juga keluar gerbang sekolah, Fauziah memilih duduk di depan salah satu kelas yang dekat dengan gerbang sekolah. Sementara Supardi bergegas keluar untuk mencari taksi, agar segera mungkin mengantar dia dan anaknya sampai di rumah.“Cukup terganggu juga sih dengan kaki di perban begini, tapi mau bagaimana lagi, demi kelulusan,” ujar gadis berkerudung itu.
Siswi yang mengambil jurusan IPS di sekolahnya ini mengaku, kemarin (16/4) adalah kali pertama lagi dia menghirup udara sekolah, meskipun bukan sekolahnya.
Dua bulan setelah kecelakaan jatuh dari motor itu terjadi, Fauziah tidak bisa bersekolah. Sebab, kecelakaan yang terjadi pada 9 Februari silam, membuat tulangnya patah, dan mengharuskannya dirawat 11 hari di Pandeglang dan seminggu sekali harus cek keadaan perkembangan tulangnya di sana. “Alhamdulillah sudah tersambung kembali, namun belum bisa napak seperti orang dengan kaki yang normal,” katanya.
Walaupun demikian, Fauziah yang dibantu para sahabatnya tetap menjalani tugas-tugas sekolah sebagaimana mestinya.
Dua bulan tidak menyentuh bangku sekolah, namun ada teman kelasnya yang selalu mengantarkan buku pelajaran, tugas, dan berbagai perkembangan penting lainnya menyangkut UN. Hingga tiba saatnya Ujian Sekolah (UAS), beberapa guru pun mengantarkan soal kerumahnya untuk kemudian dikerjakan. “Waktu itu aku mengerjakannya sambil tiduran, tetap saja sambil ditemani guru,” katanya.
Fauziah sangat bersyukur atas kesempatan dari gurunya itu. Namun saat pelaksanaan UN, dia merasa tidak perlu lagi merepotkan guru untuk mengantar soal ke rumahnya.
Sudah saatnya gantian berjuang, itulah fikir Fauziah yang memberanikan diri melangkahkan kaki menuju SMAN 2 untuk mengerjakan soal. Sepanjang mengerjakan soal, Fauziah mengaku cukup kerepotan dengan kakinya.
“Kaki ini harus dimiringkan, kalau posisi duduk aku pegal, saat ganti posisi duduk, pasti harus menekan kaki kiri, lumayan juga rasanya,” aku Fauziah.
Namun, kejadian itu tidak membuatnya pesimis dengan nilai yang diperoleh. Dengan proses belajar maksimal, dia yakin, tahun ini kelulusan dengan nilai maksimal akan diraihnya. “Aku juga enggak mau ngecewain perjuangan bapak yang selalu nganter, dan semangat dari teman-teman, aku pasti lulus,” katanya.(mita/susilo)