Pagi Bikin Risoles, Siang Mengajar Siswa PAUD
MARSHELLA, GURU SUKARELAWAN PAUD ANAK LANGIT
Batas pengabdian Marshella Indira (20) adalah langit. Karena itu, tanpa imbalan sepeser pun, dia rela mengajar anak-anak di sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) Anak Langit, Kota Tangerang.
PRAMITA TRISTIAWATI, Tangerang
GADISberperawakan mungil berwajah manis ini bukan lulusan sekolah tinggi atau sarjana di ilmu mengajar. Dia hanya lulusan SMA Negeri di kawasan Cipondoh, Kota Tangerang.
“Saat lulus saya sempat ditawari kuliah oleh orangtua. Tapi saat itu saya pikir menjadi sarjana bukan kebutuhan atau keinginan saya sebelum saya bisa berbuat untuk sesama,” ujar gadis yang tinggal di Kelurahan Parung Serap, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Minggu (7/6).
Sebelum aktif mengajar, Marshella sempat mengenyam pelatihan oleh salah satu sekolah PAUD ternama di http://lovelovefilms.com/getting-viagra Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Dari pelatihan tersebut, Marshella memperoleh bekal untuk mengajar PAUD berkonsep alam dan nauticalprogressions.net juga modern.
Keaktifannya bergabung di Rumah Singgah Anak Langit sejak 2009, ternyata mendekatkannya terhadap kehidupan sosial. “Saat-saat awal, bergabungnya saya di Anak Langit hanya sekedar untuk hobi, kesenangan. Ya seru-seruan saja,” ujar Marshella.
Pada 2012 ada tawaran pembentukan pendidikan PAUD untuk tingkat kelompok bermain, TK A, dan TK B menghampirinya sebagai tim pengajar. “Tanpa berfikir panjang, saya langsung menerimanya,” tukas gadis berkerudung ini.
Awal mula berdirinya PAUD di Anak Langit, hanya diisi oleh delapan anak yang berasal dari kawasan Tanah Gocap dan Kampung Cacing. Seiring perjalanan waktu, PAUD berkembang menjadi 62 siswa yang terbagi menjadi tiga kelas.
“Dulu hanya saya saja yang mengajar. Tapi sekarang ada Rahma mahasiswa UNIS, Violin, dan empat mahasiswa dari UMT. Kemudian ditambah satu orang lagi sukarelawan. Jadi ada delapan pengajar yang secara bergilir di PAUD gratis ini,” jelas Marshella.
Keputusannya untuk mengabdikan diri memberikan ilmu, mengajarkan agar puluhan anak tak mampu itu bisa tulis dan membaca, merupakan panggilan jiwa dan hatinya. Cita-citanya mengabdikan diri berguna untuk sesama tercapai, tanpa memikirkan materi.
“Ya enggak memikirkan materi, kebetulan kalau untuk materi sudah cukup dari jualan risol buatan sendiri tiap harinya,” katanya.
Itulah kebiasaan Marshella sebelum berangkat mengajar ke Anak Langit, dia membuat hingga 150 risoles berisi daging sapi dan mayonnaise, yang kemudian dijualnya ke berbagai kampus ternama di Jakarta.(deddy)