Ikhlas, Sefti Pilih Main Film
JAKARTA, SNOL—Wajah cantik Sefti Sanustika bakal lebih sering muncul di televisi. Tetapi, bukan lagi sebagai saksi atas kasus yang menimpa suaminya, Ahmad Fathanah, melainkan sebagai bintang FTV dan sinetron. Sampai saat ini, dia mengklaim sudah terikat kontrak untuk 10 FTV dan 100 episode sinetron.
Rencananya, besok (21/5) dia akan memulai aktifitas barunya. Syuting pertama adalah untuk FTV bertema hidayah. Kurang lebih, FTV itu akan bercerita tentang kisah hidupnya selama ini hingga kasus yang membelit keluarganya. “Mungkin itu hiumah dari segala cobaan. Saya bisa kembali cari uang,” kata Sefti di rumahnya.
Dia perlu pekerjaan itu karena baru saja melahirkan anak. Sementara nafkah lahir dari suaminya tidak bisa dipenuhi karena Fathanah masih dipenjara. Saat proses pengambilan gambar dimulai, Sefti akan menitipkan Amira yang masih berumur 3 bulan ke orang tuanya.
Sebelum menandatangani kontrak itu, dia mengaku sudah konsultasi ke Fathanah. Sebenarnya Fathanah keberatan kalau istrinya itu harus terjun ke dunia hiburan lagi. Namun Sefti bisa mengantongi ijin setelah menjelaskan bahwa dia bermain film, bukan menyanyi.
“Bapak bilang enggak usah menyanyi dulu Ma. Enggak enak, suami lagi disini tapi istri nyanyi,” katanya menirukan Fathanah. Dia tidak tahu pasti apakah FTV dan sinetron itu akan menjadi langkah barunya kembali ke dunia hiburan. Seperti diketahui, sebelum menjadi istri Fathanah, Sefti adalah biduan dangdut.
Saat suaminya bebas nanti, dia akan kembali mengkonsultasikan dunia hiburan itu. Kalau Fathanah mengijinkan, maka Sefti dengan senang hati melanjutkan perannya sebagai artis. Kalau ditolak, dia akan patuh terhadap suami untuk menjadi ibu rumah tangga seperti saat ini.
Hingga saat ini, Sefti memang sudah komitmen untuk tidak meninggalkan Ahmad Fathanah. Meski mengaku sakit hati setelah mengetahui ulah nakal suaminya, Sefti tetap berusaha setia. Dia menyebut kalau Fathanah sedang butuh support dari keluarga. Dia mengaku sudah mengikhlaskan perbuatan suaminya.
“Buat yang pernah menerima uang dari suami saya, apa pun itu, saya berusaha mengikhlaskan. Mudah-mudahan ke depan diberikan kesadaran,” terangnya. Meski demikian, dia masih kesal dengan beberapa perempuan yang dikaitkan ke suaminya. Seperti Vitalia Shesya yang tahu dirinya hamil tapi masih meladeni suaminya.
Begitu juga dengan Maharany Suciyono, mahasiswi Rp 10 juta yang tertangkap tangan bersama KPK di Hotel Le Meridien. Dia merasa sangat malu dengan kejadian itu. Meski berat, dia juga berusaha untuk melupakan semua itu. Sefti bertekad tetap setia untuk menunggu sang suami keluar dari balik jeruji besi.
Disamping itu, dibukanya beberapa rekaman pembicaraan antara Ahmad Fathanah dan securitybastion.com Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) di persidangan membuat terkuaknya sejumlah kode rahasia. Salah satu yang masih misterius ialah kode Pustun dan Jawa Sarkia. Kalimat itu disebut terkait dengan perempuan-perempuan cantik yang ada di lingkungan Fathanah.
Kalimat Pustun dan Jawa Sarkia itu ada dalam pembicaraan ketika AF dan LHI membahas uang Rp 40 miliar. Kalimat itu diucapkan AF ketika membuka pembicaraan dengan LHI. Kala itu sepertinya LHI sedang berada di Riau. Dalam pembicaraan itu, AF mengatakan pada LHI bahwa istri-istrinya sudah menunggu semua.
LHI pun bertanya yang mana aja? Dijawab Fathanah, Ada semuanya. Lantas LHI melontarkan pertanyaan lagi, “Yang pustun pustun apa Jawa Sarkia?”. Fathanah lantas menjawab, “Pustun”. Belum diketahui apa maksud kata “Pustun Pustun” dan “Jawa Sarkia” itu.
Dalam google translate dua kata itu juga sulit ditemukan. Namun dalam Wikipedia pushtun berasal dari kata pashtun. Kata itu bisa diartikan sebutan untuk etnis Pakistan, Afganistan, Iran atau daerah di best price generic viagra Timur Tengah lainnya.
Sementara istilah “Jawa Sarkia” kemungkinan merujuk pada suku Jawa. Sebab dalam bahasa Arab, Sarkiyah artinya timur. Jika digabungkan, dua kalimat itu bisa jadi berarti Jawa Timur. Belum ada konfirmasi terkait hal ini, sebab istri Fathanah, Sefti Sanustika sendiri juga tidak tahu maksud pembicaraan suaminya. “Saya tidak tahu soal itu, biar Bapak sendiri yang menyelesaikan hal itu,” ujarnya.
Ada pula kode rahasia yang belum terungkap dengan gamblang. Misalnya saja kata “Salam Putih”, kalimat ini diucapkan Fathanah lewat BBM usai menerima dana Rp 1 miliar dari PT Indoguna Utama. Rekaman percakapan via BlackBerry Messenger (BBM) itu ditampilkan dalam layar besar saat sidang Jumat lalu (17/5). “Makasih Ibu, saya udah terima. Salam Putih,” Begitulah kalimat yang dituliskan Fathanah.
Kata rahasia lainnya ialah “daging busuk”. Kalimat ini muncul dalam pembicaraan antara Fathanah dan supirnya. Ketika itu Fathanah usai menerima uang Rp 1 miliar dari PT Indoguna Utama. Kalimat itu terucap saat pria asal Makassar itu menuju Hotel Le Meridien menemui Maharany Suciyono.
Ketika sampai di hotel, Fathanah langsung meminta sopirnya untuk menunggu mobil yang diparkir di basement. Kepada sopirnya, Fathanah menggunakan kata sandi “daging busuk”. Dia bilang, “Jangan jauh-jauh dari situ. Di situ ada daging busuk,”.
Kode ini ternyata merujuk pada uang tunai di dalam mobil Fathanah yang berjumlah Rp 990 juta (uang dari PT Indoguna Rp 1 Miliar namun diambil Rp 10 juta oleh Fathanah untuk kencan dengan Maharany). Saat ditanya jaksa kenapa menggunakan istilah daging busuk, Fathanah dengan entengnya menjawab, “karena itu kan masalah perdagingan,”. Kode rahasia lainnya ialah “Arbain”. Kode ini juga terungkap saat pembicaran uang Rp 40 miliar antara Fathanah dan LHI.
Terpisah, rencana Ketua Majelis Hakim Purwono Edi Santoso untuk mengkonfrontasi para saksi disambut baik oleh pihak Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). Kuasa hukumnya, M. Assegaf, menyebut momen konfrontasi itu akan menjadi titik balik untuk membuktikan kliennya bersih. Malah, dia sudah optimistis kasus bakal berakhir happy ending.
Saat dihubungi koran ini, Assegaf menyebut beberapa poin kenapa pihaknya sangat menyambut konfrontasi. Seperti cocoknya pernyataan Dirut PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman dengan kliennya yang menyebut pertemuan di hotel hanya bahas data. “Itu (konfrontir) lebih bagus. Harusnya lebih cepat supaya jelas semua,” katanya.
Seperti diberitakan, konfrontasi itu akan segera digelar untuk menyatukan berbagai keterangan yang berbeda. Rencananya, bakal mempertemukan empat orang sekaligus yakni LHI, Ahmad Fathanah, Maria Elizabeth Liman, dan mantan ketua asosiasi perbenihan Elda Deviane Adiningrat. Namun, kapan pastinya konfrontasi dilakukan masih gelap.
Lebih lanjut Assegaf menjelaskan, sebagai klien, LHI bisa saja memberikan keterangan yang tidak jujur pada dirinya. Dia langsung ikut optimis setelah mengikuti jalannya persidangan Jumat (17/5). “Keterangan mereka sama. Kesimpulan kami, Fathanah hanya jual mulut kepada mereka (PT Indoguna),” imbuhnya.
Saat disinggung mengenai pengakuan LHI yang memang menjanjikan kenaikan impor, Assegaf tidak menampik. Namun, harus dilihat bahwa saat itu kliennya kesal karena terus diganggu Fathanah dengan telepon-telepon. Padahal, LHI tahu kalau kebijakan kenaikan kuota impor daging sapi tidak mungkin diambil oleh menteri.
“Jadi, pembicaraan tentang kuota itu omong kosong,” tegasnya. Dia menuding Fathanah yang menciptakan semua itu. Seakan dia memiliki kemampuan untuk menciptakan, dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan Kementerian Pertanian. Padahal, Mentan juga butuh persetujuan dari Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.
Apalagi, Fathanah disebutnya memanfaatkan hubungan pertemanannya dengan LHI yang saat itu menjadi presiden PKS. Kemampuan Fathanah mempertemukan Maria Elizabeth Liman menjadi salah satu nilai tambah untuk merongrong. “Jangan lupa, Fathanah mengakui dia makelar. Berhasilnya mempertemukan dengan menteri membuat Elizabeth makin percaya,” tuturnya.
Bagaimana dengan pernyataan LHI mengatur pertemuan Medan di kamarnya? Assegaf tidak membantah. Benar itu terjadi, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah isi dari pertemuan itu yang hanya membahas data. Berdasar cerita LHI kepada dirinya, perdebatan antara Elizabeth dan Mentan Suswono dalam tensi tinggi.
“Saya kira sudah jelas, dari kesaksian pak menteri dengan tegas mengatakan tidak mungkin ada. Pertemuan di Medan yang dihadiri pak LHI, pak Menteri, dan Elizabrth, justru mendiskusikan tentang kelangkaan dan mahalnya daging,” katanya.
Pihaknya percaya diri menghadapi konfrontasi karena uang Rp 1 miliar yang disebut-sebut akan diberikan pada LHI tak pernah sampai. Disamping itu, Fathanah juga sudah mengakui uang itu untuk seminar tetapi malah digunakan untuk kepentingan sendiri. “Tetapi, blow up media seakan-akan duit itu untuk Pak Luthfi. Padahal tidak,” tegasnya.
Lepas soal persidangan, Assegaf mengatakan kalau sidang perdana Luthfi sebagai tersangka kemungkinan besar dilakukan pada awal Juni. Saat ini, KPK sedang merampungkan berkas dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) kliennya. Sedangkan berkas dugaan korupsinya sudah selesai sejak beberapa waktu lalu.
Soal TPPU, Assegaf juga yakin betul kalau LHI bersih. Sama dengan dugaan korupsi, yang membuatnya yakin adalah duit Rp 1 miliar tak pernah sampai pada kliennya. “Lemah, karena pencucian uang baru bisa terjadi kalau uangnya sampai. Kalau tidak, bagaimana bisa dikenakan TPPU di kasus ini (pengaturan kuota),” jelasnya.
Kuasa hukum Ahmad Fathanah, Ahmad Rozi tidak bisa dikonfirmasi terkait hasil persidangan dan pernyataan Assegaf. Telepon dan SMS untuk wawancara Rozi juga tidak ditanggapi. (dim/gun/jpnn)