Teror Berdarah di Cikokol
TANGERANG,SNOL Sultan Aziansyah, pemuda yang diduga mendukung organisasi teroris ISIS menyerang anggota kepolisian dengan menggunakan badik di Pos Polisi Cikokol Kecamatan Tangerang Kota Tangerang.
Tindakan pelaku baru terhenti setelah polisi menembakkan peluru ke arah kaki dan perutnya.
Peristiwa itu terjadi Kamis (20/10)sekira pukul 07.00 pagi, tepat setelah para siswa di berbagai sekolah yang ada di kawasan pendidikan Cikokol memulai pelajaran.
Sultan berhenti di pos polisi Cikokol untuk menempelkan stiker di tempat tersebut. Dia terlihat meletakkan sesuatu mirip bom. Bripka Sukardi, polisi yang bertugas menanyakan identitas orang tersebut.
Tak disangka-sangka, Sultan justru mengeluarkan pisau dan mengancam petugas. Melihat itu, Iptu Bambang Hariyadi Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang yang berada di lokasi langsung mendekat.
Kedua polisi meminta Sultan untuk menurunkan senjata tajam yang dibawanya. Bukannya menggubris perintah, Sultan justru mengejar Bambang yang berada di jalan raya untuk mengatur lalu lintas. Dia menusuk dengan cepat.
Setelah itu, Sultan lari mencari Bripka Sukardi yang berdiri tak jauh dari lokasi dan melancarkan tusukan. Sukardi berhasil menghindar walau sempat terkena sabetan.
Kapolsek Tangerang Kompol Effendi yang sedang bertugas memantau rencana keberangkatan mahasiswa menuju Jakarta untuk berunjukrasa di seberang pos polisi datang. Kapolsek minta agar Sultan menurunkan senjatanya. Tapi, permintaan itu dibalas dengan serangan.
Sultan mengeluarkan pisau dan menyerang sehingga mengenai lengan, dada dan punggung Kapolsek. Sebelum terkena tusukan, Kapolsek menembakkan peluru ke arah kaki dan tubuh Sultan sebanyak dua kali.
Setelah terkena tembakan, Sultan masih berjalan ke arah jembatan menuju kawasan pendidikan Cikokol. Di tengah jembatan, dia terkapar.
Kompol Effendi dilarikan ke RS Siloam karena mengalami luka tusuk di torak jantung yang cukup parah. Sementara Iptu Bambang Hariyadi yang menderita luka di dada kiri dan punggung kiri dibawa ke RSUD Kabupaten Tangerang. Bripka Sukardi dirujuk RSUD Kota Tangerang. Pelaku diserahkan ke RS Polri Kramatjati Jakarta.
Kartika, seorang saksi mata mengatakan situasi di sekitar pos polisi sangat mencekam. Saat peristiwa terjadi, terdengar suara tembakan.
“Tadi saya lihat kejar kejaran jam 7 pagi di dekat pos polisi. Pada waktu itu tangan pak polisi ditebas dengan menggunakan sebuah golok. Nebasnya di pos polisi, waktu itu ditembak masih sanggup lari,”ujarnya.
Kapolres Metro Kota Tangerang Kombes Irman Sugema mengatakan berdasarkan penyelidikan sementara, pelaku penyerangan hanya satu orang. Polisi menemukan dua bom molotov yang masih aktif. Irman mengakui jika penyerangan itu dipicu dari penempelan stiker oleh pelaku.
“Tapi itu hanya modus pelaku untuk menyerang polisi. Ya kemungkinan pasti mengarah ke kelompok tertentu. Dua bom itu ada sumbunya dan Tim Gegana sudah melakukan upaya penjinakan. Yang jelas kita sudah melakukan olah TKP awal dan menunggu tim Gegana,”tukasnya.
Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengungkapkan di lokasi penyerangan ditemukan bom berdaya ledak rendah. Namun, tetap berbahaya. Bahkan, bila bom tersebut meledak di dekat manusia, maka luka fatal bisa dialami oleh yang berada di dekatnya.
“Kalau kena tubuh ya lumayan (efeknya). Perut bisa bolong,” kata Boy.
Mantan Kapolda Banten itu menambahkan pelaku dinyatakan meninggal dunia setelah sempat memberikan keterangan kepada polisi di rumah sakit tersebut. Sultan tewas akibat kehilangan banyak darah.
Sebelum mengembuskan nafas terakhir, Sultan membuat pengakuan yang mengejutkan. Rentetan pengakuan itu disampaikan dia saat berada di rumah sakit.
Dia mengaku telah mencuri peluru kakaknya yang berprofesi sebagai polisi. Dia lalu menyerang polisi di pos lalu lintas. Sultan yang disebut-sebut telah membaiatkan diri ke ISIS di Ciamis itu mengaku ingin merebut pistol polisi untuk memerangi ansor thogut.
“Iya (adik polisi), paling kecil. Abang saya benci malah,” kata Sultan di kamar perawatan di rumah sakit, Kamis (20/10).
Sultan mengaku telah mencuri peluru milik kakaknya. Dia kemudian menyerang polisi untuk merebut senjata. “Iya saya ambil, dia nggak tahu tapi. Biar saya dapat senjata,” jelasnya.
Terkait kasus ini, Polisi sudah memeriksa kakak ipar Sultan Aziansyah. Kakak ipar Sultan ini dibawa usai polisi menggeledah rumah Sultan.
Penggeledahan di rumah Sultan di RT O4/RW 03, Desa Lebak Wangi, Sepatan, Kabupaten Tangerang berlangsung pada sekitar pukul 11.00 WIB. Dari rumah nomor 71 itu, polisi menyita paralon, pisau dan pedang katana.
Kapolsek Sepatan, AKP Supoyo membenarkan kakak ipar perempuan Sultan dibawa ke Mapolres Kota Tangerang. Saat digeledah, memang hanya ada kakak ipar Sultan. Sedangkan kedua orangtua Sultan menurut ketua RT 04, Muhidin, saat ini berada di Palembang.
Selain memeriksa kakak ipar Sultan, polisi juga berencana memeriksa dua kakak Sultan yang juga personel polisi. “Dua kakaknya pasti diperiksa, soal adiknya itu. Bagaimana selama ini perilaku adiknya, dan lain sebagainya,” kata Kabag Penum Polri Kombes Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dua orang kakak Sultan merupakan anggota polisi yang salah satunya bertugas di Polres Metro Tangerang Kota dan satu lagi di Polresta Tangerang Kabupaten.(mg11/iqbal/jo/gatot/jpg/satelitnews)