Dikisahkan Telor Dadar Dibagi Lima, Rano Pun Menangis

INI kejadian langka. Hanya dalam satu jam Gubernur Banten, Rano Karno berkali-kali menangis. Pemeran Si Doel tak kuasa menahan haru, mengingat masa lalunya yang pahit. Kisah telor dadar dibagi lima, membuat air mata orang nomor satu di Banten ini menetes.

ADAM ADHARY, Jakarta

SI Doel, demikian judul buku biografi Rano Karno. Artis senior yang memiliki darah seniman dari seorang ayah yang juga aktor kelas wahid, di zamannya. Kemarin buku itu dilaunching melalui acara Indonesia Book Fair Internasional, di Jakarta Covention Centre Jakarta.

Pada kesempatan itu hadir Dewi Indriati Rano, Raka dan Dea, dua anak Gubernur Banten itu. Lalu hadir pula sahabat Rano sekaligus lawan main film berjudul Gita Cinta dari SMA, Yessy Gusman, dan Eddy D. Iskandar, penulis novel yang telah banyak dijadikan film yang dibintangi Rano Karno. Selain itu, Gol A Gong yang menjadi editor buku itu juga hadir di sana.

Acara yang dimulai sekitar pukul 14.30 itu mendapat perhatian yang luar biasa. Sorak sorai mulai didaulat menyanyikan Lagu Si Doel Anak Sekolahan yang membahana, ketika Rano Karno sangat popular.

Sesi pembuka, Maman Suherman, yang bertindak sebagai moderator rupanya sangat tahu banyak tentang Rano Karno. Dikisahkan, Rano Karno yang lahir dari seorang actor hebat, ternyata harus membiayai sekolah dengan bemain film. Tentang ayahnya yang sempat tidak bertanggungjawab, dikisahkan pula dalam buku setebal 202 halaman itu.

“Pemain film zaman itu, jangan dibayangkan seperti sekarang,” kata Maman.

Maman pun kembali membacakan sepenggal cerita mengenai mendiang Lily Istiarti, Ibunda Rano Karno yang kerap memberinya telor dadar untuk makan sehari-hari. Ketika kisah satu telor di bagi lima ini, Rano tak kuasa menahan tangis.

“Gak apa-apa kan seorang gubernur menangis,” kata Rano, seraya mengusap air matanya, dan sejenak menahan untuk berbicara. Selanjutnya Rano pun mengisahkan perjalanan hidupnya yang getir, saat ia bersama kecil dulu. Kisah itu lah yang selanjutnya dibukukan.

Tangisan kedua kembali pecah ketika kisah Ibunya yang menghembuskan nafas terakhir, sebelum keinginannya menginjakkan kaki di Bonjol, Sumatera Barat terkabul.

“Saya bilang sama ibu saya, ya nanti kita Desember kesana. Tapi sebelum Desember ia telah tiada,” ujarnya, seraya kembali terisak.

Untuk mengabulkan keinginan ibunya tersebut, Rano pun meluangkan waktu khusus mengunjungi tanah kelahiran ayahandanya tersebut.

“Jika berkunjung ke Bonjol, ibu saya selalu singgah di salah satu surau dan solat disana. Makanya ketika kesana, saya solat di surau itu, lalu meninggalkan sajadah dan mukena ibu disana,” kenangnya.

Satu jam berlalu, sebagian kecil kisah masa lalu Gubernur Banten ini pun dikupas dan membius ratusan orang yang hadir di acara itu. Namun Rano pun mengakui, ia sempat kesulitan dalam menceritakan kisah hidupnya itu. Bahkan ia merasa tidak yakin bisa menghasilkan sebuah buku, ketika memulai.

“Saya tanya sama teman saya yang menjadi editor buku ini (Gol A Gong). Saya nulis apa? Dia bilang, ‘Ya tulis apa aja’. Nulis Si Doel itu mudah. Tetapi menulis biografi itu tidak mudah,” katanya.

Eddy D. Iskandar, yang mengenal Rano sejak kecil, ketika dimintai komentarnya mengaku bangga ketika sahabatnya itu menjadi gubernur. Bahkan ia kadang bingung bagaimana cara memanggilnya.

“Kan gak mungkin, memanggil nama lagi,” katanya, seraya menyatakan ada hal yang menjadi ciri khas dari Rano Karno yang menjadi tulisannya. Semboyan hidupnya, kecil terkenal, remaja disukai, dewasa berwibawa, mati masuk surga. “Ketika sebagian dari semua itu terwujud, itu memang sudah garisan tangannya,” katanya.

Demikian juga, Yessy Gusman. Menurut pemeran Ratna dalam film Gita Cinta dari SMA ini, Rano Karno adalah sosok yang memiliki mimpi besar, ambisi besar.

“Kalau menurut saya, dia menjadi gubernur itu sudah garis tangan, karena dia orang baik. Rano merupakan sosok penyayang keluarga, sangat menghormati ayah dan mencintai ibunya,” tutur Yessy. (satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.