Aidan Cronin, Bule yang Membangun Ratusan Sanitasi di Indonesia
KABUPATEN Tangerang di sebagian wilayahnya telah berkembang menjadi kota modern. Tapi, masih banyak warganya yang menganggap sepele masalah sanitasi. Kondisi serupa terjadi di Indonesia. Hampir 55 juta penduduk negeri ini belum memiliki sanitasi.
SAYUTI, Panongan
KULITNYA putih. Wajahnya selalu ceria. Pria asal Inggris ini sudah fasih berbahasa Indonesia. Suaranya lembut saat berbicara. Pria ramah senyum itu bernama Aidan Cronin atau yang akrab disapa Aidan.
Aidan merupakan Ketua Program Water, Sanitation and Hygiene (WASH) Unicef Indonesia. Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya sanitasi bagi tumbuh kembang anak di Indonesia.
Kamis (1/9) pekan lalu, Aidan mendatangi Desa Pueser Kecamatan Panongan. Dia menghadiri penyerahan wakaf sanitasi Badan Amil Zakat Nasional di desa tersebut.
“Tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh baik dan buruknya sanitasi yang ada di rumah. Jangan heran kalau pertumbuhan anak yang ada di lingkungan sanitasi yang buruk berbeda dengan tumbuh kembang anak yang dilingkungan sanitas yang sehat,”ungkapnya.
Aidan adalah seorang doktor engineering di salah satu universitas ternama di inggris. Baru pada tahun 2014, dia datang ke Indonesia untuk bergabung dalam Program Water, Sanitation and Hygiene (WASH) Unicef Indonesia.
Selama di Indonesia, ada banyak kegiatan yang dilakukan Wash. Di antaranya sosialisasi tentang pentingnya sanitasi terhadap tumbuh kembang anak di 34 provinsi yang dibagi menjadi 3 cluster. Selain itu, Wash juga membuat ratusan sanitasi di penjuru Indonesia.
Aidan menyayangkan kenyataan di lapangan yang menunjukkan Sanitasi masih dianggap sepele masyarakat Indonesia. Terbukti masih 55 juta pendudukn Indonesia yang masih belum memiliki sanitasi.
“Di Provinsi Banten, saya melihat angka kematian akibat diare masih sangat tinggi, yaitu sekitar 32 orang per 1.000 kelahiran hidup,”ungkap Aidan.
Aidan menambahkan, untuk mengatasi permasalahan sanitasi di masyarakat tentunya bukan hanya tugas pemerintah saja. Tapi juga merupakan tugas seluruh masyarakat. Sehingga diperlukan kerja sama yang baik dalam membangun sanitasi yang sehat.
Kedepan, dia berharap masyarakat dapat mengubah mindset terkait sanitasi. Mereka harus mulai berpikir sanitasi yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup.
Langkah Aidan membenahi persoalan sanitasi mendapatkan dukungan banyak pihak. Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa zakat, infak dan wakaf yang memungkinkan dana umat disalurkan untuk perbaikan sanitasi dan air bersih.
Sebagai tindak lanjut dari fatwa tersebut, Badan Amil Zakat Nasional meluncurkan program wakaf sanitasi. Program ini pertamakali diselenggarakan di Kabupaten Tangerang. Nantinya, Baznas membuat 12 sanitasi hasil wakaf.(gatot)