Ekonomi dan Sosial Jadi Kunci Pemberantasan Terorisme

YOGYAKARTA,SNOL Penyelesaian masalah terorisme di Indonesia tidak hanya disebabkan faktor ideologi. Tapi juga akibat kesenjangan ekonomi dan sosial. Faktor inilah yang merupakan akbar munculnya terorisme di Indonesia.

“Jika ingin menyelesaikan terorisme di Indonesia secara utuh, maka akar masalahnya yaitu ekonomi dan sosial itu harus diselesaikan lebih dulu,” ujar Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Maarif dalam Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS bersama Muhammadiyah di Sportorium Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Yogyakarta, Kamis (28/7) yang digelar BNPT dan PP Muhammadiyah.

Menurut Buya Syafi’i Maarif, selama akar masalah itu tidak diselesaikan, maka jangan mimpi terorisme di Indonesia bisa diselesaikan secara utuh. Buktinya, sejak dulu tokoh teroris selalu muncul ke permukaan setelah tokoh lainnya tewas. Ini ia perkirakan akan terjadi pada kasus Santoso di Poso.

Ia menilai, tindakan terorisme bertentangan dengan semua agama karena konsep pemahamannya beraliran konsep kematian. Artinya tidak ada satupun teroris yang tidak siap mati tetapi semuanya siap mati apa pun kondisinya.

Pemikiran inilah yang berbahaya dan merupakan sebuah kekeliruan dalam memahami agama Islam yang rahmatan lil-alamin.

Ditambah lagi faktor ekonomi dan sosial di atas, ia mengungkapkan, kelompok masyarakat miskin serta kehidupan sosialnya terisolasi akan mudah tertarik dengan pemikiran atau doktrin yang sesuai dengan kondisi mereka yang cenderung putus asa, ditambah mereka juga tidak paham masalah agama.

“Inilah yang menjadi tanggung jawab semua pihak untuk bersama-sama menyelesaikan masalah ini. Hal itulah yang menjadi konsen Muhammadiyah agar penyelesaian masalah terorisme dilakukan secara utuh sehingga sasaran yang diinginkan dapat dicapai,” kata Buya.

Di tempat yang sama Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir sepakat dengan pernyataan Buya Syafi’i Maarif.

Menurutnya hal inilah yang membuat BNPT terus memperkuat sinergi dengan PP Muhammadiyah dalam pencegahan terorisme. Hal itu dilakukan untuk melindungi bangsa Indonesia dari propaganda paham radikal terorisme, terutama kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

“Tugas BNPT adalah bagaimana mengajak masyarakat untuk melakukan aksi dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme. Sejauh ini, kami sudah sejalan dengan Muhammadiyah. Soalnya kalau tidak, cepat atau lambat masyarakat kita akan terkena ‘virus’ terorisme tersebut. Tidak hanya meluruskan ideologi mereka, tetapi juga memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial,” kata Abdul.

Ia berharap, kolaborasi BNPT dengan Muhammadiyah dan ormas lainnya seperti NU, serta lembaga pemerintah terkait, bisa menjadi solusi untuk melakan pencegahan paham radikal terorisme yang lebih baik ke depan.

Dalam pandangannya, ia menilai radikal dalam berbagai pandangan tidak selamanya tidak baik. Tapi saat ini, radikal itu dimanfaatkan kelompok pro kekerasan untuk menyebarkan pahamnya.

Aksi kelompok kekerasan ini tidak hanya di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Menurut Abdul, generasi muda saat tidak bisa menghindari keberadaan teknologi canggih yaitu internet (dunia maya), yang memicu semakin massifnya penggunaan media sosial.

“Mereka (teroris) pandai melakukan propaganda di dunia maya. Di sisi lain, kita kewalahan melakukan perlawanan. Karena itu kita harus bersinergi dalam menciptakan perdamaian di dunia maya untuk membentengi generasi muda dari propaganda kekerasan ini,” imbuh Abdul. (jos/jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.