Cuma Rano dan Wahidin
KANDIDAT gubernur Banten yang layak disebut sekarang, tampaknya tinggal dua nama. Yakni Rano Karno dan Wahidin Halim. Sedangkan nama lain boleh saja disebut tapi peluangnya sangat kecil. Bagaimana ceritanya?
Dua nama tersebut yang paling berpeluang untuk bertarung di pilgub Banten 2017. Kenapa? Karena hanya dua tokoh inilah yang paling memungkinkan. Dari segi pengalaman memimpin, Rano Karno jelas sudah punya. Di Kabupaten Tangerang, Rano pernah “digembleng” saat menjadi wakilnya Bupati Ismet Iskandar.
Begitu juga saat menjadi wakilnya Ratu Atut Chosiyah di Pemprov Banten. Kepemimpinan Rano di Banten usai mengambil alih tongkat estafet dari Atut Chosiyah yang terjerat kasus korupsi, juga tidaklah buruk-buruk amat. Sejumlah program nasional yang ada di Banten bisa dituntaskan menjadi “kenyataan”.
Pemeran Si Doel dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolan” ini juga memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah pusat. Selama resmi memimpin Banten, 11 kali Presiden Jokowi berkunjung ke Banten. Ini membuktikan bahwa ada kedekatan khusus antara Rano dengan pemerintah pusat.
Hanya saja, sebagus apapun Rano memimpin di Banten, tentu ada celah yang bisa mengganggu memuluskan langkahnya. Rano dianggap “kecolongan” saat anak buahnya terjerat kasus suap pendirian Bank Banten. Meski Rano dalam kesaksiannya tidak terlibat dan menyuruh anak buahnya (Dirut PT BGD Ricky Tampinongkol) agar tidak menggubris permintaan oknum anggota DPRD Banten, namun kasus tersebut jelas menguras energi dan pikiran.
Secara dukungan, Rano lebih konkret. Didukung PDIP, partai penguasa yang memiliki 15 kursi di DPRD Banten membuat Rano makin mulus melenggang. Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri bahkan menyer-ahkan sepenuhnya kepada Rano untuk memilih calon wakilnya sendiri.
Di poin mencari pendamping inilah Rano sepertinya kesulitan. Dia sampai-sampai menggelar “audisi” untuk mencari wakil gubernur berbakat. Meski menolak disebut audisi dan mengklaim hanya mencari masukan buat pembangunan Banten ke depan, namun dari tokoh yang dundang mementahkan alasan Rano itu.
Walikota Serang Haerul Jaman diundang, Walikota Tangerang Arief Wismansyah – meskipun diwakili Plt Ketua DPD Demokrat Banten Aeng Haerudin – juga diundang. Terakhir Rano juga mengundang mantan Rektor IAIN SMH Profesor Tihami. Menurut kabar yang berkembang, Rano tengah mencari figur dari kalangan akademisi sebagai alternatif jika tokoh-tokoh yang dia inginkan sebagai pendamping gagal digenggam.
Bagaimana dengan Wahidin Halim alias WH? Dilema mantan Walikota Tangerang dua periode ini tidak kalah pelik dengan Rano Karno. Jika Rano sudah mendapat restu dari DPP, WH masih harus menunggu awal Agustus untuk mendapat tandatangan Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono agar bisa nyalon di Pilgub Banten.
Selain itu, WH juga harus menggalang koalisi dengan partai lain serta meyakinkan partai tersebut agar bisa memuluskan rasa penasarannya bertarung di Pilgub Banten. Dengan kursi Demokrat di DPRD Banten yang hanya 8 kursi, WH harus bisa meyakinkan parpol – misalnya Gerindra dan PKS – lain yang jumlah kursinya lebih banyak agar dia yang dicalonkan menjadi Banten 1.
Lalu bagaimana dengan Andika dan sejumlah bakal calon dari jalur independen? Andika sampai kini masih dibuat galau oleh DPP Golkar. Di pengurus elit DPP Golkar, nama Andika masih diperdebatkan dan “dihitung” apakah pantas untuk diusung menjadi bakal calon gubernur atau wakil gubernur.
Kalau diusung menjadi calon Banten 1, jelas secara hitung-hitungan di atas kertas nama Andika belum mumpuni, kalah mentereng dari Rano maupun Wahidin. Tapi kalau diusung menjadi calon Banten 2, pertanyaannya bersama siapa akan digandeng.
Dari kabar orang dekat Andika, putra mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ini lebih condong untuk digandeng Rano Karno. Meski Rano sendiri menutup pintu komunikasi dengan Andika, namun keputusan Andika dicalonkan dengan siapa, yang memutuskan adalah DPP Golkar.
Tim WH juga mengklaim sudah resmi secara lisan berpasangan dengan Andika. Atut, ibu Andika – meski menjadi lawan politik di Pilgub 2013 – sudah setuju anaknya itu berpasangan dengan WH. Dalam bahasa politik, tidak ada musuh yang abadi, yang ada adalah ke-pentingan abadi.
Sedangkan untuk bakal calon independen, hanya nama mantan Bupati Pandeglang Dimyati Natakusumah yang mengemuka. Calon independen yang lain hanya eksis dan “istiqomah” di dunia medsos. (*/tim rakyat merdeka group/satelitnews)