Menlu Retno Bikin Israel Bertepuk Sebelah Tangan

JAKARTA,SNOL Menteri (Menlu) Retno Marsudi enggan menanggapi panjang lebar tentang tawaran diplomatik Israel. Mantan duta besar RI untuk Belanda itu menjawab sekadarnya tanpa bertele-tele.

“Kalau soal keinginan Israel (menjalin hubungan diplomatik, Red), silakan tanya mereka,’’ ujarnya kemarin.
Sejak awal, Retno pun menegaskan tidak mempunyai rencana untuk membangun hubungan diplomatis dengan Israel. Hal itu berkaitan dengan prinsip Indonesia yang tidak akan mengakui negara yang menjajah negara lain.
’’Soal pembukaan komunikasi terhadap Israel untuk negosiasi, kami percaya upaya itu dilakukan sejak bertahun-tahun meskipun bukan melalui Indonesia. Tapi, agresi masih tetap dilakukan kepada Palestina. Karena itu, kami saat ini lebih fokus terhadap upaya memerdekakan Palestina,’’ ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arrmanatha Nasir.
Dubes Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi ikut urun suara soal isu tersebut. Menurut dia, kunjungan jurnalis Indonesia ke Israel bukanlah sesuatu yang perlu dicibir. Sebab, prinsip jurnalistik adalah mengungkap informasi selengkap-lengkapnya tanpa batas-batas yang biasa ditetapkan.
’’Kalau menurut saya, kunjungan itu tidak bersifat diplomatis. Media sudah semestinya mencari opini opini. Dan mungkin saja publik perlu mendengarkan apa yang diungkapkan Netanyahu,’’ terangnya.
Namun, dia ragu hal tersebut bakal melunakkan sikap Indonesia. Sebab, dia percaya, prinsip yang diterapkan Presiden Pertama RI Soekarno tidak akan diubah. Hal itu didasarkan pada pengalaman Indonesia yang telah dijajah Be- landa selama 3,5 abad.
’’Netanyahu tentu bebas bicara, termasuk melalui media Indonesia. Tapi, itu tidak bisa menutupi bagaimana kejahatan pemerintah Israel yang sudah membunuh 200 penduduk Palestina dalam dua bulan terakhir,” tegasnya.
Mengenai kemungkinan membuka komunikasi untuk menjadi mediator pun, dia menilai hal itu tidak akan berpengaruh. Sebab, selama ini sudah banyak negara yang berupaya menjadi mediator seperti AS dan Turki. Namun, upaya mereka untuk melakukan negosiasi dengan insentif pun gagal.
’’Ada dua cara untuk membuat pihak mendengarkan nasihat kita. Melalui insentif atau hukuman. Cara insentif sudah diberikan berbagai negara selama bertahun-tahun. Jadi, mungkin sudah saatnya Israel diberi hukuman agar mereka bisa berubah.” (bil/byu/c5/agm/jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.