Istri Kapten Yanto itu Sedang Hamil…
Warga Sindang Jaya Korban Helikopter Jatuh di Sulteng
SINDANGJAYA,SNOL Jatuhnya pesawat Helikopter yang menewaskan 13 penumpang di Poso Sulawesi Tengah, kemarin, membawa duka bagi warga Kampung Sumur Desa Wanakerta Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang.
Kapten Yanto, salah seorang penumpang Helikopter naas itu tercatat sebagai warga kampung Sumur. Tentara yang juga seorang dokter itu meninggalkan istri yang sedang hamil enam bulan.
Kapten Yanto merupakan dokter spesialis yang baru menyelesaikan pendidikan perwiranya di Semarang Jawa Tengah. Dia ditempatkan di Kodim Serang sebelum diberangkatkan ke Poso, Sulawesi Tengah.
Kemarin siang, rumah duka Kapten Yanto di Kampung Sumur penuh karangan bunga. Puluhan prajurit dari Grup 1 Kopassus Serang, turut hadir memenuhi rumah duka. Mereka mengungkapkan rasa bela sungkawa kepada keluarga almarhum. Sanak keluarga dan para tetangga juga terlihat memadati rumah duka.
Ibunda Kapten Yanto, Aipah syok berat. Dia pingsan setelah mendengar anaknya menjadi salah satu korban jatuhnya helikopter milik TNI di Poso, Sulawesi Tengah. Ia harus dibawa menggunakan kursi roda untuk bisa berjalan.
Isak tangis terdengar semakin keras ketika kedua orangtua Kapten Yanto, Aipah dan Sutarno hendak be-rangkat menuju Halim Perdana Kusumah untuk menjemput jasad anaknya. Seluruh korban Helikopter naas akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Kerabat almarhum, Chaerudin mengatakan pihak keluarga dan warga sekitar mengetahui kabar kematian Kapten Yanto dari televisi dan sejumlah media lain. “Awalnya, kita hanya tahu ada kecelakaan helikopter, tapi enggak tahu kalau dari 13 nama itu salah satunya ada nama almarhum,” kata dia.
Barulah pada malam harinya, lanjut Chaerudin, pihak keluarga mendapat kepastian dari TNI. Sementara, pagi harinya para tetangga mulai berdatangan untuk berbelasungkawa.
Menurut Chaerudin, Kapten Yanto sosok bertanggung jawab dan cerdas. Sejak kecil dia tinggal di desa itu dan menimba ilmu kedokteran di Lampung. Almarhum juga sempat bertugas di satuan Grup 1 Kopassus Serang-Banten sekitar 6 tahun.
“Padahal, nanti April almarhum berusia 40 tahun, ya usia kita tidak ada yang tahu,” tutur Chaerudin seraya menambahkan, pihak keluarga akan menggelar tahlilan hingga 7 hari ke depan.
Kapten Yanto meninggalkan istri yang sedang hamil. Yanto diketahui baru menikah delapan bulan lalu dengan Isyana Setia Putri. Saat ini istrinya sedang mengandung anak pertama.
“Ya dia menikah pada 2015. Istrinya lagi hamil enam bulan. April besok rencananya mau tujuh bulanan di sini,” kata tetangga korban, Imah.
Setelah menikah, dr Yanto tinggal bersama istrinya di apartemen kawasan Jakarta. Dia jarang pulang ke rumah orangtuanya.
“Saya terakhir melihat dia pas Idul Adha tahun lalu. Dia memang jarang pulang sejak tugas jadi TNI,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, helikopter TNI AD itu membawa 13 orang termasuk pilot dan kopilot. Mereka berangkat dari Desa Napu sekitar pukul 17.20 WITA.
Rencananya helikopter itu tiba di stadion Poso pukul 17.50 WITA. Namun sayang, heli yang mereka tumpangi jatuh karena faktor cuaca sehingga menyebabkan alutsista buatan Bell Helicopter itu jatuh di areal perkebunan di Kecamatan Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah.
Adapun 13 prajurit yang gugur didalam musibah Helikopter tersebut yaitu 7 penumpang dan 6 crew, dengan rincian sebagai berikut Kolonel Inf Saiful Anwar (Danrem 132/Tdl), Kolonel Inf Heri Setiyadi, Kolonel Inf Ontang R.P., Letkol Cpm Tedy, Mayor Inf Faqih, Kapten Ckm Dr. Yanto, Prada Kiki, Kapten Cpn Agung, Lettu Cpn Wiradi, Letda Cpn Tito, Serda Karmin, Sertu Bagus, Pratu Bangkit.
Kolonel Inf Ontang R.P tercatat pernah menjadi Komandan Kodim 0506 Tangerang. Perwira menengah itu meninggal dunia sebelum merealisasikan misinya menggiring pentolan teroris Santoso hidup-hidup.
“Dia sempet bilang mau nurunin Santoso hidup-hidup,” ucap bekas anak buah Ontang, Kolonel (Purn) Fauka Nur Farid di rumah duka di Perumahan KPAD, Cijantung, Jakarta Timur, Senin (21/3).
Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti memastikan helikopter milik TNI-AD yang jatuh di Kecamatan Poso Pesisir bukan diakibatkan serangan kelompok teroris. Menurut Badrodin, heli jenis Bell 412 EP dengan 13 orang di dalamnya itu jatuh lantaran tersambar petir.
“Kalau serangan dipastikan tidak ada karena itu bukan daerah rawan tapi pemukiman dekat bandara,” kata Badrodin. (mg5/gatot/jpg/satelitnews)