Harga Cabai Mencekik, Pembeli Menjauh, Penjual Galau
PANDEGLANG,SNOL–Kemarau tak kunjung berakhir. Tanaman milik petani sulit sulit tumbuh lantaran kekeringan. Kondisi itu berdampak pada langkanya sembako jenis sayur mayur. Akibatnya, harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi.Di Kabupaten Pandeglang, harga cabai di pasar-pasar tradisional semakin semakin mencekik. Tingginya harga bumbu dapur itu membuat pembeli menjauh dan penjual harus mengelus dada karena barang dagangannya jadi tak laku. Ibarat kata pepatah ‘sudah jatuh tertimpa tangga’, selain dagangannya tak laku, pedagang juga harus menanggung rugi karena cabai dagangannya membusuk.
Pedagang di wilayah pasar Pandeglang mulai galau. Kegalauan itu ternyata sudah dirasakan sejak dua minggu lalu, bersamaan dengan mulainya terjadi kenaikan harga disejumlah kebutuhan bahan pokok (Sembako). Kenaikannya tak tanggung-tanggung, bukan lagi dua kali lipat tapi berlipat-lipat dan menimbulkan kerugian yang luar biasa.
Seorang pedagang sayuran di pasar Plaza Badak Pandeglang, Agus (31) mengeluh karena sudah hampir dua minggu ini harga cabai mengalami kenaikan kian “pedas”. Harga semula dikisaran Rp15 ribu/Kg kini menajdi Rp45 ribu/Kg. Bukan hanya cabai merah saja yang naik, cabe rawit pun ikut-ikutan naik. Harga awal cabai rawit hanya Rp8 ribu/Kg, sekarang sama dengan harga cabai merah yaitu Rp45 ribu/Kg.
“Kenaikan harga ini diduga akibat kekeringan, yang berdampak pada kekurangan pasokan di pasaran,” kata Agus, Selasa (11/8).
Menurutnya, sejak harganya melonjak, peminat pembeli cabai semakin sepi. Sampai-sampai stok cabai yang dijualnya banyak yang terbuang karena lama tidak terjual, akhirnya membusuk. Menurutnya, lama-kelamaan cabai dipasaran akan menghilang, jika harganya tetap bertahan diangka itu.
“Cabai yang ada sekarang, baru beli kemarin (Senin,red). Kalau yang belinya minggu lalu, sudah banyak terbuang karena busuk tidak terjual. Ini juga saya belanja di Pasar Induk-Jakarta, hanya untuk melengkapi saja. Makanya cuma sedikit yang saya jual. Mau nyetok banyak, takut nggak kejual dan rugi kayak kemarin-kemarin. Kalau harga bumbu dapur yang lainnya, masih normal,” tambahnya.
Hal yang sama juga dialami pedagang cabai di Pasar Batubantar Kecamatan Cimanuk, Obar (35). Semenjak harga cabai naik, katanya, ibu-ibu yang belanja di pasar sangat jarang membeli cabai. Dia juga mengalami kerugian yang lumayan besar, dari sepinya pembeli yang datang.
Pria berbadan sedang ini berharap, harga cabai segera normal kembali karena kalau harganya masih tinggi, ia pun bingung menjualnya. “Akhir-akhir ini sering dapat komplain dari pembeli. Kalau harga di pasar induknya mahal, kami para pedagang di pasar-pasar kecil bingung menjualnya. Untungnya juga sangat kecil, dan kebanyakan kami merugi,” imbuhnya.
Seorang ibu rumah tangga, Yulianti mengatakan, dirinya masak apapun harus ada rasa pedasnya dan makanpun harus ada sambal tersedia. Semenjak harga cabai melambung, ia terpaksa harus mengurangi hobi ekstra pedasnya itu. “Sekarang harga cabai merah dan rawit, harganya selangit. Sangat terpaksa saya juga harus mengurangi hobi pedas saya. Ya, kalau harapan saya sih mudah-mudahan cepat turun lagi harganya,” harapnya.
Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Pasar (Disperindagkop) Pandeglang, Olis Solihin, membenarkan melambungnya harga cabai merah dan rawit. Kondisi itu akibat pasokannya berkurang dari Pasar Induknya. Pihaknya tidak bisa intervensi terlalu jauh terhadap kenaikan tersebut. Pihaknya hanya bisa mengecek harganya saja. “Kami bisa intervensi jika kenaikan harga dialami beras, daging, minyak sayur dan telur. Selain itu, kami hanya bisa monitoring dan melakukan pendataan saja,” imbuhnya. (mg29/mardiana/jarkasih)