Pedagang Mogok, Daging Sapi Lenyap

TANGERANG,SNOL—Ancaman Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia (APPHI) untuk mogok berjualan daging sapi ternyata diikuti para pedagang di pasar tradisional Tangerang. Kemarin, (9/8), para pedagang daging sapi di Pasar Anyar tak berjualan. Langkah serupa dilakukan pedagang di Pasar Rau Kota Serang.Aksi mogok para pedagang membuat daging sapi lenyap di pasaran. Seperti terlihat di Pasar Anyar Kota Tangerang. Dari sekitar 120 lapak pedagang daging sapi, hanya satu yang berjualan. Itu pun menjajakan tulang iga sapi.

Kekosongan daging sapi juga terjadi di Pasar Babakan, Cikokol, Kota Tangerang. Kekosongan terjadi sejak Sabtu (8/8) malam. Aktivitas pedagang daging yang selalu ramai berteriak menawarkan harga daging kepada pembeli tak tampak sama sekali.

Para pembeli daging sapi seperti tukang baso dan masyarakat lainnya pun harus merasakan kekecewaannya. Ketika datang ke pasar, mereka pulang lagi dengan tangan kosong. Salah seorang pembeli, Rahmi mengaku kecewa tidak mendapatkan daging sapi untuk berjualan sop. Pemilik warung makan di kawasan Cikokol itu pun berharap daging sapi kembali ada di pasaran dengan harga yang stabil.

“Ibu dari semalam sudah cari kemana-mana muterin seluruh pasar tapi tetap tidak ada yang jual. Tidak tahu juga kenapa bisa tidak ada yang jual. Katanya ada demo jadi mogok jualan,” ujar Rahmi yang juga pedagang sop daging itu, Minggu (9/8). Rahmi menambahkan, ketiadaan daging sapi membuatnya tidak berjualan sop daging. Padahal masakan sop yang dibuatnya menjadi andalan dan selalu habis terjual.

Pedagang sapi yang berhasil ditemui di Pasar Anyar Kota Tangerang, Reva mengatakan, dia bersama pedagang daging sapi lainnya sudah sepakat menghentikan penjualan sementara mulai Minggu (9/8) hingga tiga hari ke depan. Penghentian penjualan dilalukan menyusul tingginya harga daging sapi di pasaran.

“Semua jagal (Tempat Rumah Potong Hewan) berhenti beroperasi dan para pedagang diimbau tidak berjualan untuk sementara waktu. Kalau kita sebenarnya hanya ingin harga daging sapi kembali ke harga normal,” paparnya. Menurut Reva, harga daging terus merangkak naik bahkan melampaui waktu hari raya Idul Fitri. Akibatnya, pedagang kesulitan jual daging bahkan jual rugi dan memutuskan mogok.

“Kita beli daging naik, sementara jualnya tidak naik. Harga normalnya kisaran Rp 91.000/kg, tapi sekarang harganya mencapai Rp 120.000. Jadi hanya menguntungkan pembeli saja, pedagangnya rugi,” tuturnya.

Pedagang lainnya, Anim (48) mengatakan, aksi mogok berjualan daging sebenarnya tidak membuatnya rugi karena memang tidak ada modal yang dikeluarkan. Tetapi karena tidak berjualan membuat dirinya harus memenuhi kebutuhan hidup untuk anak istri.

“Ya bingung juga kalau tidak berjualan nanti anak istri mau dikasih apa. Paling kalau dua hari ke depan ya masih bisa menggunakan simpanan saja,” ujar pria asal Sepatan Kabupaten Tangerang tersebut. Anim yang sudah berjualan daging sapi selama puluhan tahun itu menuturkan setiap berjualan daging mendapat keuntungan yang tidak tentu. Sehingga dia berharap kondisi berjalan kondusif dan harga yang kembali normal.

“Ketua-ketua asosiasi pedagang daging sapi, sekarang lagi rapat di pusat. Saya berharap kondisinya ada perkembangan supaya bisa berjualan. Karena kalau kita tidak jualan, tukang baso dan lainnya juga pasti tidak jualan,” ungkapnya.

Suritno, pedagang Bakso di Curug mengungkapkan harga daging sapi saat ini sebesar Rp 120 ribu. Itu pun susah dicari. Dia memilih libur berjualan daripada tetap berdagang namun kualitas rasa baksonya berkurang.

Bukan hanya di Tangerang, aksi mogok juga dilakukan pedagang daging sapi di Kota Serang. Ketua Gabungan Pedagang Daging (Gapenda) Kota Serang, Aeng Haeruzaman mengatakan aksi mogok berjualan tersebut merupakan sikap pedagang yang menentang pembatasan impor oleh pemerintah. Adanya pembatasan impor sapi membuat pasokan daging berkurang signifikan yang otomatis membuat harganya mahal.  Aeng menungkapkan, tingkat kebutuhan sapi siap potong di Kota Serang normalnya berjumlah 40 ekor. Namun karena adanya pembatasan tersebut membuat pasokan sapi hidup di Kota Serang hanya 20 ekor saja. Melonjaknya harga daging sapi di Kota Serang, telah terjadi sejak H minus dua sebelum lebaran dan hingga kini masih belum terkendali.

 “Harga daging sapi yang sudah dipotong di Kota Serang dilihat dari harga daging sapi hidup yang mencapai Rp43 ribu bisa mencapai Rp105 ribu hingga Rp110 dari grosir ditingkat grosir. Sementara untuk ditingkat pedagang eceran bisa mencapai Rp120 ribu. Mahalnya pas H minus dua lebaran,”ungkap Aeng, Minggu (9/7).

Sebelum melambung, harga daging sapi di Kota Serang berkisar Rp90 hingga Rp95 ribu perkilonya. “Kalau kondisi ini terus seperti ini maka pedagang bisa gulung tikar, karena sepi pembeli,”ujar Aeng.

Salah satu pedang sapi di Pasar Induk Rau, Oji, mengatakan bahwa dirinya harus menunggu sampai sore untuk menghabiskan jualan daging sapinya. “Biasanya kami menjual Rp90-Rp95 ribu, namun karena sekarang harganya naik kami menjual di atas Rp100 ribu, dan itupun kami harus menjual sampai sore,” katanya.

 Sebelumnya diberitakan, pengusaha rumah potong hewan di Tangerang melakukan aksi mogok selama tiga hari mulai 8 Agustus hingga 11 Agustus 2015. Para pengusaha yang tergabung ke dalam Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia (APPHI) setop beroperasi menyusul adanya pembatasan kuota impor daging sapi yang berdampak pada omset mereka.

Koordinator APPHI wilayah Tangerang, M Hendri mengatakan pemerintah membatasi kuota impor daging sapi pada kuartal ketiga yakni Juli-Agustus-September sebanyak 50 ribu ekor. Kuota tersebut lebih rendah dari kuartal pertama sebesar 100 ribu ekor dan kuartal kedua 250 ribu ekor. Dengan demikian, karena suplai berkurang sedangkan demand tetap, harga daging sapi jadi terdongkrak. Pembatasan kuota itu pun mengurangi pasokan daging sapi di berbagai wilayah. Untuk di Tangerang Raya, pasokan yang normalnya 400 ekor per hari, menurun 50 persen. “Sekarang cuma 200 ekor. Saya sendiri cuma potong 20 ekor per hari. Omset menurun 50 persen,” jelas Hendri. Untuk itu, para pengusaha RPH yang berjumlah 45 anggota di Jabodetabek, DKI Jakarta dan Jawa Barat akan melakukan mogok masal mulai hari Minggu (9/8). Mereka akan berhenti potong sapi. (harso/uis/gatot)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.