Mantan Ketua RT Tewas Dikeroyok
TANGERANG,SNOL—Duka menyelimuti keluarga Ade Muhamad, warga Jalan Benteng Makasar, RT 03/09, Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang. Mantan Ketua RT tersebut tewas setelah dikeroyok empat orang, salah seorang diantaranya diduga oknum polisi. Insiden penganiayaan yang menimpa Ade terjadi pada Minggu (5/7) dinihari sekira pukul 04.00 wib.
Saat itu pria berusia 42 tahun itu hendak pulang seusai menjaga parkir di depan Rumah Makan Kelapa Kuning, Kebon Jahe, Jalan Daan Mogot Kota Tangerang. Baru sebentar melangkah, Ade dituduh melakukan pencurian hingga terjadi aksi main hakim sendiri oleh oknum polisi bersama tiga kerabat yang lain.
Setelah babak belur, Ade dibawa ke Mapolres Metro Tangerang. Keluarganya kemudian membawa Ade ke RSUD Kota Tangerang. Bapak dari tiga anak ini sempat mengalami kritis di rumah sakit. Namun dikarenakan mengalami luka yang cukup parah di sekujur tubuh, Ade akhirnya dinyatakan meninggal dunia, Selasa (7/7) sekitar pukul 10.00 wib. Selanjutnya, jasad Ade diautopsi untuk dilakukan visum sebelum dibawa pulang oleh keluarga.
“Saat itu memang Ade dalam keadaan mabuk. Dia habis minum miras dan mau pulang ke rumah dengan seorang diri. Lalu pas lewat depan rumah diduga pelaku. Nggak tau gimana, dia dituduh maling,”kata Mega Nusabara, sepupu korban, Selasa (7/7).
Pria yang akrab disapa Bara ini menuturkan, yang diduga melakukan pemukulan adalah merupakan satu keluarga yang berjumlah sekitar empat orang. Ade dikeroyok hingga seluruh badannya luka lebam bahkan giginya rontok. Menurut Nusabara, salah satu pelaku adalah oknum polisi Polres Bandara Soekarno Hatta bernama Didi.
“Setelah pemukulan terjadi istrinya Ade, Titi dipanggil oleh oknum polisi tersebut untuk membuat pernyataan tidak akan menuntut. Tapi karena tidak ada yang mendampingi istrinya menandatangani. Itu saat suaminya koma dan belum meninggal dunia,” ujarnya.
Namun, setelah mendapat kabar suaminya meninggal dunia dan didampingi oleh keluarga, istrinya berani untuk melaporkan kasus main hakim sendiri ini. Keluarga sudah melaporkan peristiwa itu ke Polres Metro Tangerang dengan nomor LP/B/553/V11/2015/PMJ/Restro Tangerang Kota.
“Dia kan polisi, bukannya mengamankan malah main hakim sendiri. Kita tidak terima. Ini harus diselesaikan melalui jalur hukum,” pungkasnya.
Nusabara menambahkan, meskipun suka mabuk, Ade dikenal tidak pernah melakukan perbuatan melanggar hukum apalagi mencuri. Dia sudah lama menjadi tukang parkir di kawasan tersebut dan telah dikenal warga sekitar.
“Semua orang kenal dia. Nggak pernah dia maling. Pasti ada unsur lain, kita menduga mereka mungkin ada dendam atau ketidaksukaan,” katanya.
Anak pertama korban, Aditya (19) mengaku kaget saat mendapat kabar orangtuanya menjadi korban pengeroyokan. Awalnya ada teman tongkrongannya yang bermaksud melaporkan orang gila di pinggir Sungai Cisadane yang meresahkan warga sekitar. Akhirnya temannya tersebut melaporkan ke Polres Metro Tangerang.
“Waktu melapor teman saya bilang ada motor honda warna hijau di Polres. Setelah disebutkan ciri-cirinya ternyata itu motor yang dikendarai oleh ayah saya dan diberi tahu kalau ayah saya sedang tepar di Polres. Sempat dibawa ke rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia karena lukanya parah,” jelasnya.
Aditya mengungkapkan pihaknya tidak bisa terima dengan tindak kekerasan yang menewaskan ayahya. Dia berharap polisi memproses kasus ini secara adil. Apalagi pelaku merupakan penegak hukum. “Saya minta ini diusut secara tuntas,” tegasnya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Tangerang, Ajun Komisaris Besar Sutarmo menjelaskan, kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan. Pihaknya juga belum bisa memastikan itu seorang oknum polisi atau satpam. “Penyidik masih berusaha mencari keterangan dulu. Kalau yang dilaporkan oleh keluarga tersebut bukan oknum polisi,” ujarnya singkat saat dikonfirmasi. (uis/gatot)