Pendidikan Non Formal Kurang Dilirik
SERANG,SNol– Praktisi Pendidikan menilai masyarakat di Banten kurang memaksimalkan keberadaan lembaga pendidikan non formal. Padahal, lembaga tersebut bisa dijadikan tempat belajar mendidik karakter seseorang yang tidak diajarkan di lembaga formal.
“Berdasarkan pantauan saya ke sejumlah lembaga non formal di Banten, masyarakat memang belum banyak yang memanfaatkan lembaga non formal tersebut. Terbukti dengan tak adanya kegiatan rutin yang dilakukan dan banyaknya gedung PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat,red) dan PAUD (pendidikan anak usia dini-red) yang dibiarkan rusak,” kata Abdul Hadi, salah satu tenaga pengajar di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, Selasa (2/6).
Dikatakan Hadi, dirinya tak mengetahui secara pasti alasan warga enggan mengirimkan putra-putrinya ke lembaga non formal, meski lembaga tersebut telah terbukti menuntaskan angka buta aksara di suatu daerah dan mengajarkan berbagai macam keterampilan seperti kegiatan tataboga, tatabusana, kursus-kursus dan kegiatan keterampilan yang lainnya.
“Keberadaan PKBM di Banten memang harus diberdayakan. Semua pihak harus mendorong, lebih-lebih adalah Pemprov Banten,” ujar Hadi.
Senada dikatakan pengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mathla’ul Anwar (FKIP Unma) Banten, Wawan Juanda. Kata dia, mayoritas masyarakat di Banten belum memaksimalkan peran dan fungsi lembaga non formal. Ia menduga, faktor tersebut lantaran masyarakat masih menganggap pendidikan di lembaga non formal hanyalah sebagai pelengkap.
“Contohnya saja, jika ada anak yang tak lulus dari SMA ia memilih belajar di PKBM melalui paket C, atau ada anak yang drop out dari SMP mereka ikut paket B, itupun harus dipaksa. Belum menjadikan lembaga non formal sebagai tempat untuk menggali ilmu selain di lembaga formal,” ujarnya.
Selain itu, Wawan juga menengarai ada beberapa pengurus lembaga non formal mendirikan lembaga tersebut bukan didasarkan untuk mencerdaskan masyarakat melainkan hanya mencari kepopuleran semata. “Mungkin ada juga yang hanya mencari dana,” ungkapnya.
Salah satu pengurus PKBM di Kabupaten Serang Kunaefi mengaku pihaknya sudah maksimal menjalankan lembaga non formal yang didirikannya sejak tahun 2002 lalu. Bahkan pihaknya juga melakukan berbagai pelatihan, agar siswa didiknya memiliki keterampilan yang bisa dipakai ketika ia telah lulus.
“Kurang diminati mungkin karena output dari lembaga non formal dan formal sangat berbeda, padahal tergantung orangnya juga,” ucapnya.
Sementara, beberapa warga mengaku tak menggunakan lembaga non formal untuk tempat belajar, karena ijazah yang dikeluarkan jarang sekali diterima oleh perusahaan-perusahaan jika ingin melamar kerja.
“Ada memang beberapa perusahaan lebih menerima pencari kerja yang menggunakan ijazah SMA ketimbang ijazah paket C,” ucap Leni Puspita (45), warga Kelurahan Panancangan Kota Serang, yang diamini warga yang lainnya. (ahmadi/mardiana/jarkasih)