Santri Balaraja Deklarasi Tolak Paham Radikal

BALARAJA,SNOL—Ratusan sant­ri ikuti deklarasi penolakan paham Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), di Yayasan Al-Badar Kampung Dangdeur Rt03/03, Desa sukamurni, Ke­camatan Balaraja, Rabu (27/5). Deklarasi ini merupakan lang­kah tegas penolakan atas pa­ham radikal yang dikhawatir­kan berkembang di Indonesia khususnya di Tangerang.

Naskah deklarasi dibacakan perwakilan santriwan dan santriwati dari Yayasan Al-Badar sekitar pukul 13.00 Wib. Setelah diskusi publik bertajuk kaum santri menjaga tradisi menjaga Negara Kesatuan Re­publik Indonesia (NKRI) di­gelar, serta diikuti sekitar 300 orang santri.

Salah satu narasumber dis­kusi publik, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Muchtar Anshori mengatakan, peran santri saat ini harus dapat menangkal adanya pergerakan kelompok ISIS di Indonesia. Sejarah ISIS lahir di Irak tahun 2003, terbentuk dari masyara­kat minoritas Irak untuk mel­awan infasi militer Amerika Serikat. Saat ini paham ISIS sudah tidak sesuai dengan per­juangan kaum muslim karena mereka menghalalkan jihad sesama muslim.

“Perkembangan ISIS berkembang dengan mudah karena doktrin yang diberikan oleh kelompok ISIS kepada orang Indonesia. Mereka mu­dah menerima doktrin karena kurangnya pengetahuan ten­tang perkembangan ISIS,” kata Anshori .

Menurutnya kelompok santri adalah perkumpulan intelektual yang melakukan pemondokan di sebuah pon­dok pesantren, serta dipimpin oleh seorang tokoh agama yang memiliki kepemimpinan yang baik. “Kelompok yang ingin memecah belah NKRI adalah kelompok yang tidak memakai ilmu, tetapi memakai tafsir tan­pa memaknai artinya dengan baik dan benar,” tandasnya.

Anshori menegaskan, meski Bangsa Indonesia mayoritas muslim tetapi bukan berarti harus menjadikan Indonesia menjadi negara yang memakai hukum Islam. “Perjuangan In­donesia tidak hanya dilakukan oleh kelompok muslim tetapi oleh golongan lain selain muslim. Seperti yang sudah dilakukan sejak jaman kera­jaan Sriwijaya,” imbuhnya.

Narasumber lainnya, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) Muhammad Rizal men­gatakan, santri harus dapat menjaga NKRI dari aliran-ali­ran yang menggangu keutu­han bangsa. Selain itu, santri juga harus menjaga tradisi bangsa dan menerima kema­juan teknologi sosial yang baik dalam menciptakan keruku­nan bersama.

“Semakin banyaknya me­dia sosial yang sangat mudah digunakan oleh masyarakat, diperlukan juga adanya fil­ter dalam menggunakan me­dia sosial tersebut. Kita harus dapat mengikuti perkemban­gan jaman dan kita juga harus dapat menyaring segala infor­masi yang masuk melalui me­dia internet,” tandas Rizal.

Pimpinan Yayasan Al-Ba­dar Uwes Kurni mengatakan, toleransi di Indonesia sudah sangat baik. Sebagai pimpinan yayasan pihaknya akan tetap menjaga nilai-nilai keluhuran dan kebangsaan yang sudah ada di Indonesia. “Kami akan mengusir setiap kelompok yang ingin merubah landasan dasar kebangsaan yang terdiri dari ideologi, persatuan dan musyawarah untuk mufakat. Indonesia terkenal karena ma­syarakatnya memiliki kerenda­han hati dan memiliki sopan santun yang diakui oleh selu­ruh masyarakat dunia,” pung­kasnya. (aditya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.