Seba Gede, Warga Baduy Minta Perluasan Lahan

SERANG,SNOL– Warga suku Baduy di Kabupaten Lebak, kembali melakukan ritual seba baduy tahun 2015. Ribuan warga yang tinggal di pedalaman ini tiba di Serang, Sabtu (25/4) siang. Kedatangan mereka di sambut oleh Sekda Banten Kurdi Matin, di GOR Stadion Maulana Yusuf, Ciceri, Kota Serang.

Usai berkumpul di Stadion, mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju pendopo Gubernur Banten, di jalan Brigjen Samun Nomor 5, Alun-alun Kota Serang, untuk bertemu Plt Gubernur Banten Rano Karno.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Ali Fadilah menyebutkan, tema Seba tahun ini adalah menjaga lingkungan dengan budaya dengan amanat khas seba yakni “Ngasuh ratu ngayak menak mageuhkeun tali duduluran, ngajaga lingungan, pamarentah, negakeun hokum, jeung kaadilan”. “Ritual “Seba Gede” tahun ini dihadiri sekitar 2000 orang, yang terdiri atas warga Baduy Penamping yang berpakaian serba hitam, dan Baduy Dalam yang berpakaian serba putih,” kata Ali, Sabtu (25/4).

Pesan moral mereka, tambah Ali, seputar pentingnya menjaga lingkungan agar tidak mencelakai penghuninya, menjaga kerukunan dengan tidak melakukan kekerasan, melestarikan Ujung Kulon, dan menjaga kedamaian, karena Banten adalah cinta damai. Seba dilakukan turun-temurun, sebagai bentuk kesetiaan terhadap kepala pemerintahan.  Ritual itu dilakukan, setelah warga Suku Baduy menjalankan tradisi Kawalu, puasa selama tiga bulan dan menutup diri dari warga luar.

Seba untuk Abah Gede dimulai sekitar pukul 20.00 Wib. Ribuan warga suku Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar, terlihat antusias. Mereka duduk rapih, dan dibarisan paling depan warga Baduy Dalam bersama para tokoh adatnya. Hadir Plt Gubernur Banten Rano Karno, Sekda Banten Kurdi Matin, Kapolda Banten Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Ketua Penggerak PKK Dewi Rano Karno, Kepala Disbudpar Banten Ali Fadilah, dan Wakil Ketua DPRD Banten Nuraeni.

Prosesi seba diawali dengan pembacaaan doa ritual, oleh salah seorang warga Baduy. Selanjutnya, disambung penerimaan seba oleh Rano. Perwakilan dari suku baduy Jaro Daenah, dihadapan pejabat mengingatkan agar Pemprov Banten, masyarakat dan seluruh komponen masyarakat lainnya menjaga dan melestarikan alam. “Pelestarian alam harus dilakukan, gunung-gunung seperti Gunung Karang, dan daerah seperti Ujung Kulon jangan dirusak. Apalagi sampai digundulkan. Sebab, bisa menyebabkan bencana gempa bumi, banjir, dan bencana lainnya,” papar Jaro Daenah.

Ia juga mengingatkan agar cinta damai dan saling menghormati satu sama lain. Sekaligus menghindari kekerasan serta meningkatkan persaudaraan. “Kami menta tanah diluaskeun, jeung sumber kahirupan, ngebon, nu laina (kami minta perluasan lahan, buat kehidupan, berkebun dan yang lainnya),” ujarnya.

Plt Gubernur Banten Rano Karno menyatakan, gaya hidup yang berlaku pada masyarakat Suku Baduy terbukti mampu menjaga keseimbangan alam. Setelah Rano memberikan sambutan, perwakilan dari Baduy memberikan raksa (makanan khas Baduy) dan hasil bumi.

Sedangkan Rano, memberikan hadiah yang dibungkus kado dan tongkat kepada salah satu warga Baduy, yang salah satu kakinya cacat. “Soal perluasan lahan, itu kebijakan pusat. Kami merespon itu, karena jumlah warga suku baduy semakin banyak. Dari 6000 jiwa, sekarang sudah mencapai sekitar 11 ribu jiwa,” ujar Rano, usai seba.

Rano mengaku, akan menyampaikan permintaan warga Baduy kepada pemerintah pusat. Ditambahkannya, Seba Baduy yang dilakukan oleh masyarakat adat suku Baduy Dalam dan Baduy Luar, memiliki makna mendalam bagi mereka. Dimana, sebuah ketaatan dalam melaksanakan amanah leluhur, yang harus tetap dilakukan dalam keadaan apapun. Ketaatan dalam menjaga kelestarian alam, menghormati para leluhur hingga pimpinan.

Kokolot atau sesepuh masyarakat adat suku Baduy Dalam, Ayah Saidi Putra menyatakan, ia adalah orang tua dari Ayah Mursid, penerus orang tuanya yang ditugaskan memimpin masyarakat Baduy dan menjadi pemimpin dari 12 Jaro Tangtu. Menurut Ayah Saidi Putra, Seba Baduy merupakan bentuk silaturahmi kepada pemerintah. Baik Pemkab Lebak, maupun Pemprov Banten yang dilakukan setiap tahun.

“Selain bersilaturahmi, masyarakat Baduy juga mengajak pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan Gunung Pulosari, Gunung Karang dan alam, agar tidak dirusak manusia. Kalau alam rusak, maka akan ada bencana alam,” tegasnya, dengan bahasa Indonesia terbata-bata.

Seba Baduy yang berlangsung tahun ini, termasuk Seba Gede (besar), yang membedakannya dengan Seba Leutik (kecil) adalah, masyarakat Baduy menyerahkan hasil bumi dan peralatan dapur kepada Rano Karno, yang digelari Abah Gede (besar) oleh masyarakat Baduy. (metty/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.