Petani Sulit Dapatkan Pupuk Urea

PANDEGLANG,SNOL– Memasuki musim tanam kedua tahun 2015, para petani di dua kecamatan yaitu, Sobang, Panimbang dan sekitarnya, mengalami kesulitan mendapatkan pupuk urea. Padahal, pupuk tersebut sangat dibutuhkan untuk kesuburan padi yang baru memasuki musim tanam usia mingguan tersebut.

Ketua Umum Garda Nasional Ujung Kulon (GNUK) Dede Rembong menyatakan, dirinya kerap mendapatkan pengaduan dari masyarakat khususnya petani, yang sudah sekitar dua minggu ini kesulitan mendapat pupuk urea di kios pupuk setempat. Alhasil, para petani ketakutan bibit padi yang ditanamnya tidak tumbuh normal.

“Instansi terkait harus peka dan tanggap, terhadap kebutuhan petani. Kelangkaan pupuk kerap terjadi diawal musim tanam, ini persoalan serius yang harus segera ditanggulangi dan diantisipasi,” kata Rembong, Minggu (19/4).

Kecamatan Sobang dan Panimbang, merupakan salah satu daerah lumbung padi untuk wilayah Pandeglang. Salah satu program unggulan Pandeglang juga adalah swasembada pangan. Apalagi, Pandeglang masih dianggap sebagai daerah penyuplai padi terbesar untuk Provinsi Banten.

“Tapi apakah kebutuhan para petani sudah diperhatikan serius. Jika kelangkaan pupuk dibiarkan, bagaimana mau mencapai program swasembada pangan yang dicita-citakan,” tambahnya.

Pria berbadan sedang ini juga mengaku, selama ini keluhan petani kerap dianggap sebuah hal yang biasa. Padahal, para petani merupakan kelompok masyarakat andalan yang bisa memenuhi kebutuhan beras di pasaran. “Kami khawatir, para petani di wilayah selatan hilang kepercayaannya terhadap pemerintah, karena mereka dianggap termarjinalkan,” ujarnya.

Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Pandeglang Anton Haerul Samsi menyatakan, kelangkaan pupuk biasanya disebabkan keterlambatan distribusi pupuk ke kios-kios resmi yang menjual pupuk bersubsidi. Selama ini, ia kerap mendapatkan laporan itu dari Kelompok Tani (Poktan).

“Kami akan berupaya berkoordinasi dengan instansi terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun),” ungkap Anton.

Anggota komisi III DPRD Pandeglang ini juga mengaku, produksi padi bisa maksimal ketika kebutuhan para petani terpenuhi. Dari mulai musim tanam, sampai akhir panen, serta penjualan hasil panen yang memadai. “Kami tidak ingin beras lokal dibeli dengan harga murah, kualitasnya cukup bagus dan bisa bersaing dengan beras dari daerah lain,” imbuhnya. (mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.