Pekerja Konstruksi Kurang Terampil
JAKARTA,SNOL—Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir 2015 membutuhkan kesiapan badan usaha jasa konstruksi dan sumber daya manusianya. Namun sayang,
sekitar 55 persen SDM konstruksi masuk kategori tenaga kerja tidak terampil.
“Dengan semakin meningkatnya nilai investasi sektor konstruksi dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan tenaga kerja konstruksi yang kompeten dan berdaya saing juga akan semakin besar sehingga produktifitas nasional meningkat,” ujar Kepala Badan Pembinaan Konstruksi, Hediyanto W Husaini akhir pekan lalu (21/3).
Minimnya tenaga kerja konstruksi yang terampil menjadi kelemahan untuk bersaing di era MEA. Sebab, pekerja konstruksi adalah salah satu unsur penting yang menentukan kualitas mutu dan keberlanjutan pekerjaan konstruksi.”Kami mengajak kepada para stake holder konstruksi untuk memberikan perhatian serius mengenai hal ini,” ungkapnya.
Para pelaku industri sektor konstruksi baik pengusaha, kontraktor maupun konsultan harus berupaya meningkatkan kualitas para pekerja konstruksi terutama dari tenaga kerja tidak terampil menjadi level terampil.”Bisa dengan memberikan pelatihan dan pemagangan agar menjadi terampil,” katanya.
Diharapkan melalui pelatihan dan pemagangan, baik oleh pelaku industri konstruksi atau asosiasi, maupun dari para pemangku kepentingan lainnya akan meningkatkan kompetensi dan daya saing pekerja konstruksi nasional.”Target kami melahirkan 2,8 juta tenaga konstruksi terampil dalam lima tahun kedepan,” tambahnya.
Saat ini tenaga kerja terampil di sektor konstruksi baru 1,8 juta orang sehingga diperlukan tambahan satu juta orang lagi untuk mencapai target tersebut.”Ini bukan perkara mudah, perlu kerjasama.. Karena untuk dapat bersaing sesuai standar internasional memang harus adauji kompetensi, dan keahlian untuk para tenaga konstruksi ini,” tegasnya.
Dia menambahkan, badan usaha jasa konstruksi yang ada di Indonesia saat ini sebanyak 77.000 perusahaan. Dari jumlah sebanyak itui, hanya 1.974 kontraktor yang masuk kategori spesialis.”Namun, bukan jumlah yang menentukan kemajuan konstruksi, melainkan kualitas yang utama agar dapat bersaing dengan kontraktor asing,” jelasnya. (wir/jpnn)