Dolar Pukul Mundur Industri Tahu
TANGERANG,SNOL—Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS mengancam keberlangsungan industri tahu yang menggunakan kedelai impor.
Kondisi ini memaksa produsen tahu untuk mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Salah seorang pengusaha produsen tahu di Kota Tangerang, Uswatun mengatakan, pihaknya menggunakan kedelai impor untuk membuat tahu karena kebutuhan kedelai dalam negeri tidak mencukupi. Akibatnya jika nilai tukar rupiah anjlok maka otomatis biaya produksi meningkat untuk membeli kedelai impor.
“Kalau harga kedelai naik biaya produksi juga naik, sehingga membuat penghasilan kita menurun,” kata Uswatun yang tinggal di jalan Peron Utara Rt 04/12 Keluarahan Tanah Tinggi, Kota Tangerang kepada Satelit News, kemarin.
Uswatun mengungkapkan, harga bahan produksi yang naik tidak serta merta membuat harga tahu bisa naik secara otomatis di pasar. Menurutnya, untuk menaikan harga tahu harus ada rapat pembahasan lebih jauh agar harga dipasaran bisa rata. “Biasanya kita libur dulu total tiga hari. Kalau sementara ya antisipasinya terpaksa ukuran tahunya dikecilin,” ucapnya.
Uswatun menambahkan, setiap harinya ia memproduksi tahu sebanyak 1,5 kuintal. Dari produksi tersebut dia mendapat keuntungan sebesar Rp300 ribu-Rp500 ribu. Namun, kalau harga kedelai naik jelas mengancam keberlangsungan industri rumahan sepertinya.
“Saya berharap pemerintah bisa mencari solusi atau kalau perlu disubsidi agar tidak gulung tikar. Kan sekarang semua juga sudah pada mahal karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM),” tambahnya.
Terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Tangerang, Abduh Surahman mengungkapkan, harga dolar yang tinggi membuat pabrik yang menggunakan bahan baku impor akan terpukul. “Biaya produksi semakin naik dan tinggi, sementara harga jual tetap. Ini menyebabkan mereka harus melakukan efisiensi, stop produksi atau merugi. Yang menjadi masalah juga kondisi seperti ini akan mengakibatkan adanya pengurangan buruh,” ujarnya.
Abduh mengungkapkan, saat ini memang belum ada laporan perusahaan yang mengeluh. Namun kalau dolar tidak turun-turun atau malah semakin naik, efeknya akan terasa oleh perusahaan lainnya seperti produsen tahu di Tangerang.
“Kalau elektronik sudah jelas naik. Di Glodok semuanya naik 20-30 persen. Artinya daya beli masyarakat berkurang. Ya semoga saja kondisi ini tidak berlangsung lama dan dapat distabilkan,” pungkasnya. (uis/aditya)