Masyarakat Diminta Pakai BBM Non Subsidi
CILEGON, SNOL—Dewan Pembina Hiswana Migas Provinsi Banten Rahmat Halim mengimbau masyarakat agar beralih menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. Hal itu dilakuan sebagai salah satu cara untuk menghindari kelangkaan BBM saat ini yang dibatasi oleh pemerintah.
“Untuk menghindari dampak pengurangan BBM ini kita harus mencoba beralih ke yang lain seperti yang tadinya menggunakan Premium agar beralih ke Pertamax, sedangkan menggunakan solar agar beralih menggunakan Pertamax Dex,”ungkap Rahmat saat ditemui di ruangannya selasa (26/8).
Rahmat menilai, anatara peningkatan volume dengan jumlah pasokan BBM tidak seimbang. Sehingga perlu adanya upaya dari pemerintah untuk mengimbangi antara angkutan umum dan kendaraan pribadi sehingga tidak menimbulkan suatu permasalahan seperti ini. “Saya hanya bisa mengikuti saja, karena pemerintah mungkin ingin mencukupkan dengan pasokan yang ada,”ujarnya.
Menurut Rahmat, yang membatasi subsidi tersebut bukanlah Pertamina, melainkan pemerintah pusat. Sehingga berdasarkan perubahan APBN P, pemerintah dan DPR RI telah menetapkan pasokan BBM tersebut tidak boleh melebihi dari 46 juta KL. ”Kami memahami bawah BBM bersubsidi itu adalah beban negara, namun untuk saya pribadi enggak ada masalah ujarnya.
Sementara, akibat pasokan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau Premium dan Solar dibatasi, beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Kota Cilegon sepi pengunjung. Pantauan wartawan, di beberapa SPBU di wilayah Cilegon, seperti SPBU Jalan Raya Serang – Cilegon, mengalami kekosongan pasokan jenis Premium dan Solar. Akibatnya, SPBU-SPBU tersebut terlihat sepi.
Selain itu, para pemilik kendaraan bermotor baik mobil maupun motor yang semula mengkonsumsi Premium pun terpaksa berpindah ke BBM non subsidi atau Pertamax dan Pertamax Plus.
“Terpaksa mengisi Pertamax, walaupun harganya dua kali lipat. Tidak ada pilihan lain lagi soalnya,” kata Benny, warga Kota Cilegon yang sedang mengisi BBM di salah satu SPBU. “Solar sama Premium dibatasi sama Pertamina. Biasanya nerima 16 sampai 24 KL tiap hari. Tapi sekarang cuma 6 Kiloliter,” kata Nurhasanah, petugas SPBU Kramatwatu. (mg23/bnn/made)