Selain Diperas, TKI Bahkan Diancam Ditelanjangi di Bandara Soetta

JAKARTA,SNOL Siti Badriyah, salah seorang eks Tenaga Kerja Indonesia (TKI) angkat bicara soal tindak pemerasan yang pernah dialaminya di Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Cengkareng.

Siti mengalami tindak pemerasan sepulang dari bekerja di negara tetangga, Brunei Darussalam.

“Saya pulang melalui terminal TKI. Dulu masih terminal 3 ya. Nah itu kita dari terminal 2 dikumpulin supaya semua lewat terminal TKI diangakut bis. Sewaktu naik bis barang-barang kita itu dibawa sama porter (kuli angkut) dimasukin ke bis, itu kita mesti bayar,” kenang Siti di kantor KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (6/8).

Siti datang ke KPK bersama LSM Migrant Care guna melakukan audiensi terkait tindak pemerasan yang dilakukan terhadap TKI. Dari pihak Migrant Care, ada Anis Hidayah selaku Direktur Eksekutif yang ikut mendampingi.

“Kemudian kita naik bis dari terminal 2 ke terminal 3 harus bayar untuk supirnya. Kemudian turunin barang harus bayar lagi. Barang kita disatuin di satu tempat, untuk mengambil bayar lagi,” sambung Siti menceritakan.

Siti mengaku waktu dia kembali ke tanah air tahun 2004 lalu, setidaknya kocek minimal yang harus dikeluarkan di Bandara Soetta itu sebesar Rp 10 ribu. Itu untuk setiap sekali pembayaran. “Tapi kalau dikasih Rp10 ribu dia masih bilang kok sedikit amat kau kan kerja di luar negeri,” jelas dia.

Untuk pendataan, lanjut Siti, dia dan para TKI lainnya dikenakan biaya Rp 25 ribu. Setelah membayar, para TKI kemudian dikumpulkan untuk didata kemana arah tujuan pulangnya. Jadi, kata Siti, total uang yang dikeluarkannya ke petugas sekitar Rp 200 ribu. Itu termasuk dengan biaya makan.

Meski telah mengeluarkan uang ke petugas untuk berbagai keperluan di Bandara, Siti mengaku tidak mendapatkan kuitansi pembayaran untuk uang yang telah dikeluarkannya. “Enggak ada (Bukti pembayaran),” tandasnya.

Lain lagi cerita Mukmainah. TKI asal Tegal yang pernah bekerja di Taiwan tahun 2011-2012 itu bahkan mengaku hampir ditelanjangi oleh petugas di Bandara Soetta. Siti nyaris dibawa ke kamar mandi dan disuruh membuka seluruh pakaiannya oleh petugas hanya untuk mencari mata uang asing.

“Di terminal itu ada yang dipaksain tukar mata uang asing dengan cara paksa, bahkan ada yang sampai mau ditelanjangi segala,” terang dia juga di kantor KPK Jakarta.

Kalau menolak, kata Mukmainah, para petugas itu tidak percaya. Bukan hanya dia, para petugas itu juga mengancam hal yang sama kepada para TKI lain kalau tak menukar mata uang asing.

“Enggak (sampai telanjang) juga sih, cuma ya kayak gitu, kan jadi kayak yang diancam. Soalnya kan orang kita perempuan ya malu juga,” terang dia.

Mukmainah menduga pemerasan di Bandara Soetta tersebut juga melibatkan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Selain itu, ada juga peran aparat kepolisian disana. Sebab, saat dimintai uang dia juga melihat petugas berseragam polisi disana.

“Terus di situ misal kita diantar sampai ke rumah lalu kita pas mau turun jarak sekitar satu kilometer yang kira-kira mau turun itu disuruh bayar ke pak supir. Kami kasih Rp 100 ribu mereka tidak terima, mereka mintanya lebih,” terangnya.

Saat dimintai uang, Mukmainah mengaku percaya saja. Selain karena baru pertama kali, ada polisi juga yang membuat dia rela memberikan uang. “Kita ngikutin saja. Waktu kan minta turun di Pasar Minggu, orang kita punya keluarga di situ, enggak boleh, harus sesuai dengan pasport, tapi kita tetap bayar trayeknya ke Jawa, Rp 500 ribu biayanya,” kenang dia.

Menurutnya, setelah mengalami tindak pemerasan tersebut, dia tidak melaporkan ke Polisi. Saat itu, dia dan kawan-kawannya melaporkan ke Migrant Care.

“Kita nggak bisa melapor ke Polisi. Orang di situ ada yang pakai seragam Polisi. Itu yang kita bikin agak bingung. Pemerintah kok begitu?” heran dia.

Selebihnya, dia menceritakan saat itu mengeluarkan kocek hanya untuk membayar travel saja. Selebihnya, hanya dipaksa untuk menukarkan uang dolar yang dibawanya. Tapi, Mukmainah sendiri tetap keukeuh mengaku tak membawa dolar.

“Cuma teman sebelah saya yang dari Purwodadi itu yang dipaksa sampai disuruh telanjang segala sampai nangis. Alhamdulillah kita tidak. Alasannya sih kita tetap bersikeras kita tidak bawa uang,” demikian Mukmainah.(sam/rus/rmol)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.