Proyek Sekolah Rp 5,8 M itu Carut Marut
Pembangunan SDN Rawa Buntu 1 Terhenti
SERPONG,SNOL Nasib sial menimpa 24 kuli asal Purwodadi Jawa Tengah (Jateng). Baru dipekerjakan 4 hari sebagai kuli bangun di SDN Rawa Buntu 1 Kelurahan Rawa Buntu Kecamatan Serpong, alih-alih malah dipecat sepihak oleh pemborongnya.
Proyek pembangunan sekolah yang memang diakui Dinas Tata Kota dan Pemukiman, sudah molor dari jadwal itu sangat memprihatinkan. Sekolah yang dijadwalkan akan dibangun tiga lantai tersebut satu lantai pun belum jadi.
Padahal, seharusnya proyek itu dibangun selama 175 hari kalender, terhitung dari Juli 2013. Namun kenyataan di lapangan, pada bangunan hanya terpasang pondasi dan tiang pancang yang baru dibangun 4 hari kemarin.
Pembangunanya pun baru dilaksanakan ketika 24 orang kuli dari Purwodadi Jawa Tengah itu datang. ”Kami baru selesaikan tiang-tiang pancang itu selama 4 hari kemarin,” ujar salah seorang kuli bangunan, Tarso (50) saat ditemui di lokasi.
Baru selesai memasang tiang pancang, tepat pada malam hari ke empat itu Asnawi, orang yang membawa mereka ke proyek sekolah negeri senilai Rp5,8 miliar datang untuk memberikan kabar buruk. Tarso menceritakan, di hadapan dia dan ke 23 teman-temannya, pemborong itu mengaku tak sanggup lagi untuk membayar upah mereka.
”Untuk itu, kami diberhentikan sepihak. Katanya daripada enggak ada yang sanggup bayar, lebih baik kami tak usah dulu bekerja,” tuturnya lemas.
Akhirnya kemarin (31/10) Tarso dan puluhan kuli yang berasal dari lima kampung di Purwodadi itu benar-benar berhenti tak mengerjakan apapun. Saat itu, Asnawi berjanji akan kembali lagi pada pagi harinya untuk membayar upah mereka selama empat hari.
”Sebelumnya kan kami dijanjikan dibayar Rp70 ribu perhari untuk tukang dan Rp60 ribu untuk kenek. Kesepakatannya, kami bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 10 malam,” jelas Tarso. Karena dihitung lembur, antara kuli bangunan tersebut dengan Asnawi sepakat untuk membayar dua kali lipatnya atau sebesar Rp 120-140 ribu perorang. Namun kenyataan tak seindah hitungan matematika. ”Pagi dia janji datang, tapi sampai sore dia enggak datang juga. Bagaimana kami balik ke kampung?” ketusnya.
Malah, sebelum kejadian pemberhentian sepihak oleh pemborong kepada tukangnya, ada lagi keluhan lain yang disampaikan kuli bangunan yang lebih dulu bekerja disana. Sebut saja AE. Dia mengaku bersama kuli bangunan lain asal Bogor, sempat mogok kerja karena belum menerima upah.
”Ya itu pada Sabtu-Minggu lalu. Karena upah kami belum dibayar jadi mogok dulu dua hari,” pungkasnya. Namun untung, upah para tukang langsung dibayar sang pemborong. Selama SDN Rawa Buntu 1 itu dibangun, kegiatan belajar mengajar pun dipindahkan ke SMPN 11 Kota Tangsel. ”Katanya gitu dipindah, daripada enggak ada kegiatan belajar,” ujar AE.
Di lain tempat, kondisi sama terlihat di SDN Rawa Buntu 3 yang berlokasi didalam perumahan mewah BSD. Bedanya, pada pembangunan SDN Rawa Buntu 1 terpapang papan proyek, namun di SDN Rawa Buntu 3, tak ada satupun papan proyek yang terpasang. ”Enggak ada papannya. Makanya kami juga enggak tahu, siapa pemborongnya,” ujar salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya. Pada pembangunan SDN Rawa Buntu 3, terlihat sudah dua lantai yang terbangun.
Namun belum ada jendela ataupun tembok kanan kirinya yang membentuk satu ruangan kelas. Bahkan, guru yang enggan disebutkan namanya itu memprediksi, proyek tersebut bukan selesai Desember yang seperti dijanjikan, melainkan April atau Maret. ”Kami jadi harus lebih lama lagi nih memberlakukan shift KBM pagi dan siang. Kasihan anak-anak sebenarnya, jadwal jadi keganggu,” keluhnya.
Semua keluhan yang disampaikan para tukang dibantah mentah-mentah oleh Asnawi yang mengaku sebagai kepala tukang. Dia beralasan, bahwa pihaknya tidak memecat, melainkan mengistirahatkan para tukang. ”Sebab bahan baku bangunan belum datang lagi. Jadi mereka kami istirahatkan dulu saja, bukan memecat,” pungkasnya.
Dia berdalih, adanya keterlambatan pembayaran upah kuli bangunan merupakan hal wajar. Meski demikian, Asnawi mengaku tak tahu menahu anggaran yang diberikan Pemkot kepada PT Surtini Jaya Kencana, selaku kontraktor SDN Rawa Buntu 1. Dia mengaku hanya menerima uang dari atasannya untuk membayar upah para tukang dan kenek. (aditya/jarkasih)