Pilkades Rusuh, Kantor Desa dan Kecamatan Dirusak
TELUKNAGA, SNOL Pesta demokrasi tingkat desa atau Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di 147 desa di Kabupaten Tangerang, tak berjalan mulus.
Beberapa diantaranya berlangsung anarkis setelah warga merusak kantor desa dan kecamatan setempat serta membakar kotak suara, Minggu (30/6). Dua desa terpaksa menunda pelaksanaan Pilkades lantaran khawatir menimbulkan aksi massa yang lebih parah.
Di Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, pelaksanaan Pilkades dihentikan karena terjadi kekisruhan. Kerusahan berawal lantaran ada warga yang mendapat undangan pemilih ganda atau pemilih ganda. Hal ini diketahui salah satu tim calon kepala desa (Kades) dan minta ditunda.
Kubu dari kedua calon yang bersaing sempat memanas, hingga panitia menghentikan prosesi Pilkades. “Karena tidak kondusif akhirnya ditunda oleh panitia,” kata Faizal, warga setempat kepada Satelit News kemarin.
Pelaksanaan Pilkades di Desa Pangkalan Kecamatan Teluknaga yang diikuti oleh lima calon juga ricuh. Awalnya sekitar pukul 07.00 WIB, tanpa diketahui penyebabnya salah satu calon turun dari panggung dan tidak kembali. Aksi walk out ini juga diikuti oleh tiga orang calon Kades lainnya saat di tengah-tengah prosesi Pilkades.
Melihat hal ini, warga pun kesal dan melempari satu calon terakhir yang juga incumbent yang masih duduk di panggung, hingga calon tersebut turun. “Panitia juga tidak mau ambil resiko dan akhirnya menghentikan prosesnya. Ditunda lagi,” imbuh Faizal.
Kotak Suara Dibakar
Keributan pelaksanaan Pilkades juga terjadi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan. Saat penghitungan suara berlangsung, tiba-tiba pendukung masing-masing calon saling serang dengan menggunakan batu dan balok yang mengakibatkan beberapa mobil polisi terkena lemparan batu.
Awal mula kerusahan terjadi sekitar pukul 10.30 WIB atau saat pencoblosan sedang dilaksanakan, ada tiga orang yang diduga penyusup mau ikut mencoblos tertangkap panitia, dan orang tersebut kabur. Sontak kondisi ini membuat suasana tegang. Kemudian pukul 14.20, kembali ditangkap satu orang penyusup lagi dan dikeroyok massa. penyusup diketahui bernama Hendra (21) warga Kelurahan Sepatan. Selanjutnya penyusup tersebut diamankan ke Polsek Sepatan.
Sekitar pukul 16.30 WIB, saat penghitungan suara sedang berlangsung, tiba-tiba sekelompok warga mengamuk. Hal ini kontan saja membuat situasi tidak kondusif, karena sesama warga saling serang. Polisi yang mencoba melerai kemudian mengeluarkan tembakan ke udara guna membubarkan massa. Namun, aksi polisi ini rupanya tidak disukai massa sehingga massa balik menyerang polisi.
“Akhirnya penghitungan suara dihentikan dan kotak suara diamankan ke kantor kecamatan. Dan warga dapat dibubarkan, tetapi mereka berkumpul kembali mendatangi kantor kecamatan dengan berjalan kaki,” kata Kapolsek Sepatan AKP Sunaryo kepada Satelit News.
Saat kotak suara dievakuasi dan diamankan menggunakan mobil Patroli Polsek Sepatan, sempat dihadang massa. Namun kotak suara berhasil diamankan dan dibawa ke kantor Kecamatan Sepatan. Massa kemudian menyerang kantor Desa Pondok Jaya, lalu men-geluarkan arsip dan menghancurkan meja serta kursi di lokasi tersebut. Petugas yang berjaga di kantor kecamatan meluncur ke kantor desa.
“Saat petugas bergeser ke kantor desa, beberapa massa mengajak masyarakat menyerang kantor kecamatan. Petugas yang menjaga minim tak mampu menghalau massa. Jendela kantor kecamatan dijebol dan kotak suara diambil paksa dan dibakar massa yang diduga dari kelompok biru. Kami kewalahan karena kurang personil yang sudah menyebar, kemudian calon yang menang juga minta perlindungan dari kami khawatir diserang,” tandasnya.
Diwarnai Aksi Walk Out
Pelaksanaan Pilkades di Desa Kedung Kecamatan Gunung Kaler juga sempat memanas. Dua dari tiga calon kepala desa memilih walk out dari arena tempat pemungutan suara (TPS). Namun meski sempat kisruh, prosesi Pilkades tetap berjalan dengan penjagaan ketat puluhan anggota Brimob bersenjata senapan laras panjang dan gas air mata.
Salman, salah seorang warga mengatakan, aksi protes ini terjadi menyusul adanya dugaan kecurangan yang dilakukan salah satu kandidat. Bentuk kecurangannya berupa perampasan kartu panggilan suara dan juga intimidasi untuk memilih salah satu calon. “Iya dua calon kades di desa saya meminta supaya ditunda, karena ada kecurangan dari salah satu calon. Tapi prosesnya tetap berjalan,” ujar Salman.
Sementara itu, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan, sebagian besar pelaksanaan Pilkades berjalan kondusif. “Memang ada beberapa wilayah yang menjadi perhatian khusus terkait masalah ini, seperti Teluknaga dan Gunung Kaler. Namun kami berupaya untuk penyelesaian yang sebaik-baiknya. Untuk keamanan juga sudah ada aparat kepolisian di setiap lokasi,” kata Zaki.
Zaki menyayangkan terjadinya kekisruhan dalam pelaksanaan Pilkades. Menurutnya, Pilkades merupakan proses demokrasi bagi masyarakat di desa, bukan unjuk kekuatan masing-masing calon.
“Jika ada indikasi penyimpangan atau merasa tidak puas dengan hasil Pilkades, silakan maju ke pengadilan. Jangan malah bertindak anarkisme sehingga merugikan banyak pihak. Apabila ada pengrusakan terhadap fasilitas pemerintah jelas akan diproses secara hukum,” pungkasnya. (aditya/deddy)