Tanpa Kaki, Sandal Karya Jaelani Merambah ke Luar Daerah
Bagi Jaelani, warga Desa Peusar Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang, kakinya yang cacat bukanlah hambatan. Tekadnya yang kuat membawanya menjadi pengelola bengkel pembuatan sandal.
Wajah Jaelani tampak serius. Dia tengah memotong bahan untuk pembuatan sandal, saat Satelit News bertandang ke bengkel pembuatan sandal yang dikelolanya, di Kampung Sempur, Desa Peusar Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang, akhir pekan lalu.
Semangat kerja dan berkarya tampak jelas pada pria kelahiran 9 April 1982 ini. Meski ia tidak bisa berdiri dan berjalan sejak lahir, karena menderita cacat kaki.
“Saya belajar hidup dari alam. Saya mensyukuri kekurangan yang saya miliki dan menjadikannya sebagai kelebihan,” kata Jaelani sambil merapikan posisi duduknya.
Berbekal keterampilan menjahit yang diperolehnya dari sang kakak, Jaelani mengimplementasikannya untuk menjalani hidup secara mandiri. Tidak mau bergantung dan berpangku tangan pada orang lain, Jaelani memilih menjalani hidup sebagai pengrajin sandal.
“Saya tidak pernah sekolah memang. Dengan bekal keahlian saya menjahit, saya mencoba mencari peruntungan menjadi perajin sandal,” ungkapnya.
Jaelani mulai menggeluti profesi sebagai pengrajin sandal pada tahun 2006 silam. Awalnya usahanya tersebut dirintis bersama seorang temannya. “Saya yang menjahit dan teman saya yang merangkai sandalnya. Semua itu saya telateni sampai sekarang,”ungkapnya.
Kerja kerasnya berbuah. Laki-laki yang hanya harus menapakkan tangan ke lantai untuk membawa beban tubuhnya saat berjalan itu, akhirnya mampu mengelola bengkel sandal.
Seiring jalannya waktu, bengkelnya terus berkembang. Kini Jaelani mampu mempekerjakan lebih dari 15 orang. Bengkelnya menghasilkan rata-rata 1000 pasang sandal setiap minggu. Atau 4 ribu lebih pasang sandal setiap bulan. “Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan banyak kelebihan pada saya,” ujarnya bersyukur.
Beratnya persaingan penjualan sandal juga tak mematahkan tekad Jaelani . Sejauh ini sistem pemasaran yang dilakukannya masih secara kekeluargaan saja. Promosi dari mulut ke mulut.
“Rata-rata yang mengambil sandal di saya umumnya untuk dijual kembali. Terkadang mereka mengambil tidak langsung membayar tunai. Bayarnya nunggu sandal yang mereka jual laku dulu. Tapi ya Alhamdulillah saja, saya syukuri. Karena rejeki sudah ada yang mengatur. Buktinya sampai sekarang saya masih bisa terus menjalankan usaha ini,”jelasnya sembari tersenyum.
Saat ini sandal bikinan Jaelani sudah menembus beberapa kota di Pulau Jawa, Ambon, Sulawesi dan Sumatera. Semua itu juga melalui jaringan dari teman ke teman.
“Tangerang ini kan banyak sekali masyarakat yang berasal dari berbagai daerah. Berbekal perkawanan tadi, sandal bikinan saya bisa sampai terjual di luar daerah,”pungkasnya bangga.(fajar aditya/hendra/satelitnews)