Bermodal Rp 2 Juta, Sandal Kreasi Suharta Tembus Ekspor

Suharta (55) mengisi hari-harinya dengan membuat sandal. Bukan sandal biasa, Bentuknya lucu dan unik. Produknya yang bermerk “ D_Sickill” itu kini menembus pasar internasional.

Terinspirasi dari hasil karya anaknya yang menyukai desain kartun, pada tahun 2008 Suharta mencoba  mengaplikasikan gambar karyanya ke dalam sandal. Melihat hasilnya, dia memutuskan untuk lebih serius menggarapnya.

“Waktu itu modalnya cuma Rp 2 juta. Saya belikan spons, lem, dan tali sandal. Nah, dari bahan baku inilah akhirnya saya bisa membuat sandal lucu ini,” ujarnya saat ditemui Satelit News, di sela-sela kesibukannya membuat sandal di rumahnya di kawasan Neglasari, Kota Tangerang, Minggu (24/3).

Mengenakan kaca mata, kaos putih, dan celana olahraga, Suharta terlihat sangat teliti mengerjakan tiap proses pembuatan sandal. Mulai dari membuat pola, pemotongan sampai pengemasan.

“Yang dibutuhkan dalam bisnis ini selain ketelitian adalah kreatifitas,” jelasnya.

Dalam satu hari, Suharta mengaku mampu menyelesaikan sebanyak 10 pasang sandal dengan berbagai ukuran. Dibantu oleh sang istri, Atika (49) dan ketiga karyawannya, dalam satu hari produksi D’Sickill bisa mencapai 40 pasang.

Kelebihan D_ Sickill terletak pada pengerjaannya yang sangat detail. Kalau kebanyakan sandal yang dijual adalah gambar yang dihasilkan dari proses penyablonan, Suharta sengaja membuat semua gambar dari potongan spons.

“Kalau gambar sandal karakter saya, semua asli. Dipotong kecil-kecil sesuai dengan desain yang sudah dibuat. Memang lebih rumit sih. Tapi hasilnya lebih bagus dan awet,” tambahnya.

Karena keuletannya dan kejeliannya tersebut, akhirnya sandal buatan Suharta ini tidak hanya diserap oleh pasar lokal saja, tetapi mampu merambah pasar internasional.

“Dengan bekerjasama dengan warga Perancis, kini kami mampu menjual hingga Singapura dan Dubai,” paparnya bangga.
Sandal buatan Suharta dibandrol dengan harga murah bervariasi, yakni Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu tergantung ukuran dan kerumitan karakter. Saat ini, Suharta memiliki omset hingga Rp 6 juta per bulannya.

“Saya sih gak berharap dapat bantuan modal dari pemerintah. Hanya saja, semoga pemerintah bisa menyediakan suatu tempat atau wadah yang bisa digunakan untuk pameran agar nantinya bisa jadi seperti Cibaduyut di Bandung dan Tajur di Bogor,” ucapnya penuh harap.(rizki amelia/hendra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.