KNKT: Radar Bandara Tidak Rusak

TANGERANG, SN—Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melansir hasil investigasi terkait peristiwa matinya radar di Bandara Soekarno-Hatta beberapa waktu lalu. Ketua KNKT Tatang Kurniadi, menegaskan, kabar yang menyebutkan radar mati tidaklah benar.  Dia menerangkan yang terjadi sebenarnya adalah panel kapasitornya yang terbakar.
“Jadi panel kapasitor, bukan radarnya yang rusak,” ucap Tatang di Gedung Angkasa Pura II, Senin (24/12) malam.  Dia menjelaskan, adapun kerusakan terjadi pada  komponen kapasitor UPS (uninterruptible power supply) 1,  karena terbakar. Kapasitor tersebut berfungsi untuk mengalihkan listrik secara otomatis ke UPS 2.
Karena kapasitor terbakar, jelas Tatang, listrik tidak bisa dialihkan dari UPS 1 ke UPS 2. Hal ini mengakibatkan ATS (air traffic services) tidak dapat menampilkan data penerbangan yang berupa target pesawat maupun informasi flight plan.  Matinya aliran listrik ke ATS berlangsung selama 15 menit mulai pukul 15.55 – 17.10 WIB.
Hal ini diatasi dengan pemindahan listrik secara manual dari UPS 1 ke UPS 2 hingga suplay listrik kembali normal. “Pemindahan listrik dilakukan teknisi langsung sesuai standar operarional prosedur (SOP). Tetapi maksud lisrik di sini, bukan pasokan dari PLN ya, tetapi karena ada masalah di panel kapasitornya. Kalau dari PLN normal saat peristiwa itu terjadi,” ujar Tatang.
Diapun menambahkan, selama ATC tidak berfungsi, pemanduan terhadap pilot dilakukan secara manual menggunakan prosedur teknik non radar,  dengan cara menunda seluruh penerbangan yang akan berangkat melalui Bandara Soekarno-Hatta dan mendahulukan pesawat yang akan mendarat. Inilah yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan atau delay.
KNKT juga membantah ada informasi yang menyebut akibat radar mati, dua pesawat hampir bertabrakan di udara. Menurutnya, pihak bandara punya prosedur manual jika terjadi kondisi emergency. “Kita tegaskan tidak ada satu pesawat pun yang akan mengalami kecelakaan atas peristiwa kemarin. Karena untuk tindakan pemanduan lalu lintas penerbangan pada saat terjadi gangguan dengan menggunakan prosedur non radar sesuai dengan SOP,” ungkap Tatang.
Mencegah peristiwa ini terulang lagi, KNKT bersama tim terpadu akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut mencari tahun penyebab terbakarnya kapasitor UPS 1. KNKT tidak bisa membongkar UPS 1 lantaran masih ada asuransi dari alat tersebut. “Kita akan telusuri penyebab terbakarnya UPS, walaupun alat ini masih asuransi dari  pabriknya. Pokoknya jangan sampai ada yang disembunyikan,” tegasnya. Walaupun begitu, KNKT meminta kepada PT Angkasa Pura II agar  meningkatkan tindakan pengawasan terhadap sistem kelistrikan di Bandara Soekarno-Hatta.
Sementara Deputy Senior General Manager Bandara Soekarno-Hatta Prijono Wodjo yang juga mendampingi KNKT selama jalannya investigasi menjelaskan, UPS tersebut telah dipakai sejak tahun 1992. Meski sudah uzur, perawatan selalu dilakukan secara berkala sesuai SOP.
Dia pun mengklaim bahwa kondisi UPS masih bisa menampung listrik hingga 88 persen.  “Pengecekan pasti selalu dilakukan dan sampai saat ini kondisinya masih bagus,” ujarnya. General Manager  ATS  Bandara Soekarno-Hatta, Budi Hendro yang juga mendampingi mengatakan, pemanduan lalu lintas penerbangan yang menggunakan prosedur non radar itu sudah melalui pelatihan setiap enam bulan sekali. Sehingga tidak ada masalah dengan prosedur safety.  “Kita melakukan penyelamatan sesuai dengan prosedur. Efeknya hanya penundaan penerbangan demi keselamatan pengguna transportasi udara,”ucapnya. (pramita/made)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.