3 Mega Proyek Mulai Digarap
TIGARAKSA,SNOL Tiga proyek multiyears senilai puluhan miliar mulai digarap bulan ini. Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang pun terjun langsung ke lapangan guna melihat kesiapan pengerjaan mega proyek.
Kepala Bidang Pembangunan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Muhammad Solehudin mengungkapkan, tiga proyek multiyears tersebut antara lain, Pembangunan Jalan Cituis-Sukadiri senilai Rp 10 miliar, Pembangunan Jembatan Dadap Kosambi Rp 10 miliar, dan Pembangunan Jalan Kresek-Jenggot Rp40 miliar.
Proyek jalan Cituis-Sukadiri akan dibangun sepanjang 1,297 kilometer dan lebar 7 meter. Saat ini pengerjaannya sudah mencapai 11 persen. Sedangkan Jembatan Dadap sepanjang 34,5 meter dan lebar 13,6 meter. Tidak hanya jembatan, ruas jalan menuju jembatannya pun akan dibangun. Panjang jalan 640 meter dan lebar antara 8 hingga 11 meter. Sementara, proyek Kresek-Jenggot sepanjang 5,475 kilometer dan lebar 6 meter.
“Sebenarnya total jalan Kresek – Jenggot ini mencapai 13 kilometer, dan membutuhkan anggaran sebesar Rp70 miliar, namun sisanya itu akan dilanjutkan pada APBD 2013 mendatang,” terang Solehudin, sambil kongkow dengan wartawan di kantin PU Kabupaten Tangerang, kemarin.
Ketiga mega proyek yang masuk dalam APBD 2012 ini, sambung Solahudin, sudah selesai ditenderkan di LPSE Kabupaten Tangerang. Bulan ini proyek tersebut sudah mulai dilaksanakan hingga 23 Maret 2013 nanti. Ketiga proyek ini berbeda dengan proyek Jaliteng senilai Rp28 miliar.
Dalam proses dimulainya pelaksanaan pembangunan ini diakui Solahudin memang ada sejumlah kendala. Diantaranya, di lahan yang akan dibangun terdapat bangunan milik warga, ditempati para pedagang dan persoalan lainnya. Dalam pembangunan jalan Kresek-Jenggot misalnya. Pihaknya kesulitan memulai pembangunan karena di lokasi lahan yang berada di area pasar Kresek, digunakan oleh para pedagang. Sedangkan pasar tersebut statusnya adalah pasar desa.
”Kita inginnya bukan hanya jalan yang dibangun, tapi berikut bahu jalan dan saluran drainasenya. Bila pembangunannya tidak disekaliguskan dengan drainase, itu bisa menimbulkan banjir dan genangan air karena posisi badan jalan lebih tinggi dari lantai dasar warung milik para pedagang.
Persoalan lainnya, kata dia, adalah adanya sejumlah bangunan liar yang berdiri diatas tanah milik pengairan. Beberapa pekan lalu, Dinas Bina Marga dan Pengairan sudah melakukan sosialisasi kepada penduduk yang menempati lahan tersebut dan diimbau agar mereka membongkar sendiri bangunannya. ”Semuanya sekitar 32 bangunan, dan sampai saat ini sudah ada beberapa yang dibongkar sendiri oleh pemiliknya. Kami sih berharap, saat akan dibangun nanti sudah tidak ada lagi bangunan yang masih berdiri di sana,” harapnya. (Jarkasih)