Otak Kerusuhan Sampang Ditangkap, 8 Orang Diamankan
SAMPANG, SNOL Polisi bekerja cepat menangani kasus bentrok motif agama di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kec Omben, Sampang, Minggu (26/8). Sehari setelah kejadian polisi langsung mengamankan para pihak yang diduga sebagai pelaku kerusuhan terhadap kelompok Syiah tersebut.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo yang ditemui saat memantau ke lokasi kejadian mengatakan, kepolisian sudah mengamankan 8 orang. Mereka yang diamankan itu hingga tadi malam masih diperiksa intensif di Mapolres Sampang oleh tim gabungan polres dan Polda Jatim.
Timur yang datang ke Sampang bersama Menteri Agama Surya Dharma Ali dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono itu menegaskan pihaknya ingin memastikan kondisi yang sebenarnya terkait kejadian. “Kita tinjau secara nyata. Sehingga kita bisa simpulkan langkah-langkah hukum terutama langkah pre-emtifnya,” tegasnya.
Dari 8 orang yang diamankan polisi, satu diantaranya adalah saudara tokoh Syiah Sampang Tajul Muluk, yaitu KH Rois. Terkait hal ini Kapolres Sampang AKBP Solehan membenarkannya. “Memang sudah ada warga yang kita amankan dan salah satunya adalah Rois,” kata Solehan.
Kepolisian mengamankan Rois karena diduga memiliki peran penting saat kejadian di lokasi. Hal itu diyakini berkaitan erat atas sepak terjang Rois selama ini dalam kasus Syiah. Apalagi, selama ini Rois dikenal sebagai pihak yang sangat memusuhi Tajul Muluk. Rois bersama orang-orangnya yang mendesak kepolisian menangkap Tajul Muluk atas tuduhan kasus penistaan agama.
Tajul Muluk sendiri saat ini tengah menjalani pidana di Rutan Sampang. Tajul Muluk divonis terbukti secara meyakinkan melakukan penistaan agama oleh PN Sampang. Untuk itu, Tajul Muluk diganjar dengan hukuman 2 tahun penjara.
Sebelum kasus kerusuhan Syiah pertama (29 Desember 2011) mencuat, KH. Rois dikenal seperguruan dengan Tajul Muluk. Bahkan, jauh sebelum itu Tajul Muluk dengan Rois sama-sama dikenal rajin membesarkan Syiah di Sampang.
Namun, keduanya lantas berpisah lantaran perbedaan paham. Sumber terdekat Tajul Muluk dan Rois menyebutkan, keduanya berbeda paham lantaran sebelumnya ada perselisihan soal keluarga. Ada juga sumber yang menyebut keduanya berpisah lantaran persoalan perempuan. “Yang pasti sebelum berpisah, keduanya sama-sama mengajarkan Syiah. Setelah beda paham keduanya bermusuhan,” ujar sumber terdekat dari keluarga Tajul Muluk dan Rois.
Masih menurut sumber terdekat dari keluarga Tajul Muluk dan Rois, sebelum kasus kerusuhan pertama, Rois dan teman-temannya sempat mengumpulkan dana untuk Tajul Muluk. Dana itu rencananya akan diberikan kepada Tajul Muluk agar pergi dari desanya ke Iran. Hanya, belum sempat dana itu diberikan kerusuhan pecah.
Menteri Agama Surya Dharma Ali mengatakan, untuk sementara pihaknya akan fokus pada penanganan warga Syiah yang mengungsi. Setelah itu baru akan membicarakan proses selanjutnya. “Nanti kita akan bicarakan bagaimana menciptakan keamanan dan itu perlu dialog antara semua pihak untuk memecahkan masalah ini,” tuturnya.
Apakah selama ini tidak pernah dilakukan dialog? Surya Dharma mengatakan, hal itu sudah pernah dilakukan. Namun, menurutnya hasil yang dicapai masih kurang maksimal. “Itu kita akan bicarakan bagaimana yang terbaik,” ujarnya.
Lalu bagaimana dengan warga Syiah apakah ada rencana diungsikan ke tempat khusus, ketua umum PPP itu mengatakan, pihaknya akan membahas lebih lanjut. “Masalah itu kita akan bahas. Tapi, kalau sudah tercipta kerukunan buat apa langkah itu diambil,” tandasnya.
Minggu (26/8) sekitar pukul 11.00 meletus kerusuhan berlatar perbedaan keyakinan di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kec Omben dan Desa Bluuran, Kec Karang Penang. Kedua wilayah merupakan dua desa yang bertetangga meski berbeda kecamatan.
Kerusuhan dipicu dari tindakan kelompok anti Syiah yang dikabarkan sempat menghadang keberangkatan 20 santri dari warga Syiah yang hendak balik ke pondoknya di Pekalongan dan Bangil. Dari situlah muncul kerusuhan antara kedua belah pihak. Kerusuhan berakhir dengan korban jiwa dua orang, yakni Hamama dan Thohir yang masih bersaudara.
Selain itu, sedikitnya 5 orang mengalami luka serius. Kelima orang yang luka ini berasal dari warga yang anti Syiah. Kerusuhan di Dusun Nangkernang ini juga berakibat adanya pembakaran 15 rumah warga Syiah oleh pelaku yang disinyalir dari kelompok anti Syiah. Sedangkan di Dusun Gading Laok, Desa Blu”uran, Kec Karang Penang, sedikitnya 50 rumah, 22 dapur dan 17 langgar dibakar massa.
Sehari pascakerusuhan, meski situasi berangsur-angsur kondusif, namun ternyata banyak warga Syiah yang masih bersembunyi. Baru kemarin mereka berani keluar dari persembunyiannya setelah dibantu petugas kepolisian.
Pantauan Jawa Pos Radar Madura, di lokasi kejadian yang berada di beberapa titik hanya terlihat puing-puing sisa pembakaran yang rata dengan tanah. Sejumlah aparat kepolisian yang dibantu TNI bersenjata lengkap terlihat disiagakan pada beberapa titik kejadian.
Berdasarkan data yang dihimpun, sekitar 1.500 petugas gabungan dari TNI-Polri diterjunkan ke lokasi pascakerusuhan. Meski demikian, sekitar pukul 08.00 masih terdapat beberapa warga yang bergerembol dengan mempersenjatai pentungan. Mereka dikabarkan hendak membakar sisa-sisa rumah warga aliran Syiah. Namun, aksi itu tidak sampai terjadi karena dapat diredam oleh aparat.
“Tadi memang sempat ada warga yang kembali akan membakar sisa-sisa milik warga aliran Syiah, tapi setelah diberi imbauan sampai tiga kali oleh aparat mereka akhirnya mengurungkan niatnya,” kata informan Jawa Pos Radar Madura.
Bersamaan dengan itu aparat kepolisian menyisir lokasi perbukitan Dusun Nangkernang. Itu dilakukan guna mencari warga Syiah yang dikabarkan masih bersembunyi. Hasilnya, penyisiran pertama berhasil mengevakuasi 8 orang. Kemudian penyisiran berikutnya bertambah 2 orang. Mereka ada yang ditemukan di bukit tempat persembunyian dan ada juga yang bersembunyi di rumah kerabat.
Adapun ke-10 warga itu terdiri dari 4 anak kecil dan 6 orang dewasa. Mereka adalah Maimuna, 25; Ula, 2; Misbahah, 35; Hemam, 3; Hayatun, 16; Sakdiyah,18; Derrin,11; Ilyas, 14; Haliyah, 50; Siti Anisa, 9 dan Agus, 25.
Ke-10 warga itu kemudian di evakuasi ke GOR Lapangan Tenis Indoor di Kota Sampang. Mereka bergabung dengan 209 warga yang sebelumnya sudah dievakuasi. Menurut data yang berhasil dihimpun, dari 209 orang yang dievakuasi ke GOR, rata-rata perempuan dan anak kecil. (gik/zid/jpnn)