Outbond dan Kebun Binatang Mini Aufa Saif Islamic School

Pernah menemukan kebun binatang di dalam sekolah? Di Aufa Saif Islamic School, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangsel, anda akan mendapati kebun binatang mini atau mini zoo. Tapi tenang, anak tidak akan disuguhkan dengan berbagai hewan liar seperti yang terdapat di kebun binatang besar di tengah kota.
Di kebun binatang mungil milik sekolah islam modern bernuansa alam ini, anak hanya akan diajak bermain dengan aneka ragam rasa yam, burung, kelinci, hingga berbagai macam ikan yang berenang lincah di kolamnya.
“Kami membiarkan mereka bermain dengan berbagai macam hewan yang ada di mini zoo itu,” ungkap Nastiti Utami, Kepala Sekolah Aufa Saif Islamic School.
Di sekolah yang terletak dijalan Jati, Melati Mas Serpong Utara ini siswa yang berusia 2,5 hingga 5,5 tahun itu dibiarkan bermain dengan alam.
Untuk itu, selain menghadirkan kebun binatang di dalam sekolah, kegiatan ekskul outbond pun selalu diadakan tiap harinya. Seperti yang terlihat pagi kemarin (18/7), puluhan siswa TK dengan dibimbing delapan orang gurunya membuat prakarya. “Bahan-bahan dari ranting dan daun, mereka bisa menyulapnya jadi berbagai kerajinan. Misalnya, mahkota yang bisa langsung dipakai anak-anak,” katanya.
Memang, saat Satelit News berkunjung, puluhan siswa tersebut nampak senang menggunakan tiga helai daun lebar yang direkatkan, sehingga membentuk mahkota yang melingkar di kepala mereka.
Namun tidak perlu khwatir tentang kurikulum yang akan didapat sang anak. Di sekolah yang baru satu tahun berdiri itu ternyata mempunyai kurikulum nasional yang ditambah dengan pendidikan agama. Hal tersebut tertuang dalam pelaksanaan ikrar, membaca doa, salawat, zikir, dan sholat Dhuha yang dilakukan anak tiap paginya.
Selain itu, guru pun mencoba melatih sosial anak-anak. Misalnya pada kegiatan fruit day, kegiatan yang mengharuskan anak berkreasi dengan berbagai macam buah-buahan. Termasuk membuat jus, jika sudah jadi, puluhan anak tersebut akan berbaris sembari menggunakan topi berbentuk buah, dan membagikan jus tersebut kepada orang lewat.
“Guru lebih mementingkan jus diberikan pada tukang sapu, pemulung, ataupun tukang becak yang lewat,” ungkapnya.
Dengan begitu, siswa bisa dilatih kepekaan sosialnya pada lingkungan sekitar. Selain itu, Nastiti pun mempunyai keyakinan, jika kedekatan para anak didiknya yang tidak lebih berumur 5,5 tahun, bisa mempengaruhi motoriknya. Misalnya saja dengan melatih motoric halus dengan menggambar, mewarnai, ataupun mengecat dengan kuas kesayangan.
“Tidak hanya itu, kegiatan memanjat dan berlari pada sekolah alam, umumnya bisa mempengaruhi emosi sosial dan motorik secara keseluruhan,” ujarnya. Hal tersebut ternyata dibenari oleh psikolog anak, Seto Mulyadi, atau akrab disapa Kak Seto.
Saat dihubungi Satelit News kemarin (18/7), dia mengatakan, kalau pergerakan bebas anak dialam, mampu menyeimbangkan otak kanan dan kirinya. Tubuh yang digunakan anak untuk bergerak (motoric) pun akan dengan sendirinya terlatih. “Anak seusia lima tahun itu memang sangat bagus ketika harus banyak bergerak, itu akan menyeimbangkan otak kanan dan kirinya,” jelas Kak Seto.(pramita/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.