Juragan Siomay itu Tewas di Tangan Penerusnya
KORBAN pembunuhan yang dilakukan anak terhadap orangtuanya adalah pengusaha Warung Siomay Andy. Bahkan, warungnya yang berada di Jalan Rawa Kucing, Gang Siomay, RT 01/06, Kampung Sewan Rawa Kucing, Mekar Sari, Neglasari, Kota Tangerang dikenal enak dengan cita rasa ikan tenggirinya yang lezat.
Pasangan suami istri, Yoribut (65) dan Lie Sek Nio (60), memulai bisnis keluarga dari dagang siomay keliling, Yoribut mantap menapaki bisnisnya dengan membuka kios siomay di Jalan Rawa Kucing. Waktu itu, sekitar tahun 1991-an. Warung siomay milik Yoribut masih kecil. Hanya dari batu bata dan kursi-kursi bambu. “Siomay Koh Abut dari dulu emang top. Dari mulai dagang keliling sampai punya warung, gak berubah rasanya,” kata Acen (60), teman kecil Yoribut dan Lie Sek Nio.
Acen menuturkan, ketika baru buka warung siomay, anak-anaknya masih kecil. Yang paling besar Santi baru usia 13 tahun (kini 37 tahun). Sedangkan Yanti anak keduanya masih berusia 11 tahun, Budi (9), Herman (7) dan Andi (5).
“Koh Abut dan Enci Esek (sapaan akrab Yoribut dan Lie Sek Nio) sangat sayang sama anak-anaknya. Semuanya ikut membantu di warung ini. keduanya juga sangat tekun dan baik kepada sesama,” kenang Acen yang sudah mengenal Yoribut sejak jualan siomay keliling, hingga memiliki pelanggan dari berbagai daerah ini.
Sejak membuka warung siomay, terang Acen, Yoribut maupun Lie Sek Nio tidak lagi banyak keluar rumah. Kesibukannya sehari-hari di warung saja. Yoribut, yang menurutnya adalah peracik siomay jempolan menghabiskan waktunya di dapur untuk memasak siomay, Sedangkan istrinya biasa melayani pelanggan, yang semakin hari semakin banyak.
“Sehari-hari, Koh Ribut yang bikin siomay. Karena sudah tidak berkeliling, pelanggan di tempatnya dulu dia keliling akhirnya yang datang ke sini. Kalau sabtu dan minggu banyak sedan (mobil) yang mampir. Rasa ikan tengirinya itu yang bikin ketagihan, harganya juga murah Rp3000/potong,” paparnya.
Yani (48), tetangga lainnya menuturkan, kesuksesan Yoribut dan Lie Sek Nio ini tak lepas dari peran anak-anaknya di warung siomay yang dinamai sesuai dengan nama anak terkhirnya “Siomay Andi”. Dimana, sehari-hari, anak pertama dan keduanya Santi dan Yanti membantu melayani di warung, sedangkan Budi (tersangka) dan Herman, anak ketiga dan keempat, membantu di dapur dan mengatur parkiran.
“Yang paling banyak membantu di dapur si Budi, anak ketiganya. Selain pintar meracik ukuran siomay, dia juga yang kerap jadi tukang parkir ketika tamu-tamu datang. Jadi, kalau dibilang, Budi paling mengerti bagaimana membuat siomay, karena setiap hari ada di dapur bersama Koh Abut,” kata Yani.
Sayang katanya, Budi yang paling sering bersama ayahnya dan paling mengerti bagaimana cara berbisnis siomay punya kebiasaan buruk. Usai membantu ayannya pagi di dapur, siang markir sampai sore, malemnya, Budi sudah pasti menghabiskan waktunya untuk berjudi. “Itu dia, Budi sangat gemar judi. Itu yang bikin Koh Abud dan Enci Esek sering kesal dan menasehatinya,” ucapnya.
Makanya, ketika mendengar kabar Yoribut dan Lie Sek Nio tewas di rumahnya, karena ulah Budi Lia Putra, anak kesayangan duet juragan siomay Rawa Kucing, tak mengeherankan. “Waktu polisi menangkap Budi, saya kasihan dan sedih. Sebab, setahu saya, Budi itu anak paling diharapkan untuk meneruskan usaha Koh Abut dan Enci Esek, selain Andi anak terakhirnya,” tuntasnya. (pane/deddy)