Kereta Malam Kelas 1, Tarif dan Rasanya seperti Menginap di Hotel Berjalan
Setelah mengalami naik kereta malam kelas 3 di kamar yang panas dan sumpek, wartawan Satelit News Agung Pamujo mencoba naik kereta malam kelas 1, dalam perjalanan dari Lviv ke Kiev. Karena kelasnya beda, rasanya pun tidak sama, selain tentu saja harga tiketnya jauh lebih mahal.
Pada 16 Juni saya bepergian dari Kiev ke Liv untuk meliput pertandingan terakhir penyisihan grup B antara Jerman v Denmark yang digelar di kota paling barat dari Ukraina itu. Saya naik kereta cepat yang baru, Ukraine Express. Jarak Kiev-Lviv sekitar 500 kilometer, ditempuh hanya 5 jam kurang.
Rencana, saya akan di Kiev sampai 18 Juni, atau sehari setelah pertandingan itu. Saya pun sudah beli tiket Ukraine Express Lviv-Kiev untuk 18 Juni, berangkat jam 7 pagi. Yang jadi masalah, saya hanya bisa pesan hotel untuk satu malam, yakni pada 16 Juni. Art Hotel Palma tempat saya menginap hanya bisa menerima saya untuk chek in 16 Juni, chek out 17 Juni. Untuk besok, hotel penuh.
Dari situs pemesanan hotel online di internet, tidak ada hotel yang kosong untuk tanggal 17-18 Juni. Bisa jadi diborong suporter Jerman dan Denmark yang butuh menginap setelah menyaksikan pertandingan pada 17 Juni malam. Saya hanya bisa berharap bisa menemukan hotel saat sudah di Lviv.
Namun, harapan itu tidak terkabul. Di Art Palma Hotel –namanya memang demikian, karena hotel di pinggiran Lviv ini memang dirancang sebagai hotel seni. Di kamar banyak terdapat lukisan–, tetap tidak ada kamar untuk 17 Juni. Saya juga menemukan hotel kosong di pusat kota.
Karena itu, malam, saat pertandingan Jerman v Portugal masih menyisakan 30 menit –pertandingan berlangsung antara pukul 21.45-23.30 waktu setempat, saya memutuskan pergi dulu. Saya ke stasiun, dan mencari kereta malam yang berangkat ke Kiev.
Saya tiba di stasiun sudah pukul 23.30. Dengan meminta bantuan remaja relawan Euro 2012, saya mencoba mencari tiket. Ada kereta malam, berangkat jam 1 dini hari, dan akan tiba di Kiev jam 11 siang. Berarti waktu tempuh 10 jam. Kelas yang tersedia adalah, 1 kamar tidur orang tanpa AC. Harganya 200 hryvnia (sekitar Rp 240 ribu). Berarti, ini kelas kereta yang sama, dengan yang saya naiki dari Kharkiv ke Kiev minggu lalu.
Ada satu kereta yang berangkat lebih awal. Yakni, pada 23.35, dan akan tiba di Kiev jam 9 pagi. Itu adalah kereta yang berangkat dari Truzkawiiv, kota persis di perbatasan Ukraina-Polandia, menuju Kiev via Lviv. Kereta dijadwalkan tiba di Lviv jam 23.05, dan akan berangkat lagi ke Kiev pukul 23.35.
Saya melihat jam tangan. Sudah pukul 23.37. Kasir berambut pirang itu mungkin tahu saya heran apa keretanya bukannya sudah berangkat? Dia lantas menjelaskan, bahwa kereta terlambat 20 menit. Jadi baru akan berangkat jam 23.55. Artinya masih ada waktu.
Namun, tiket yang tersisa hanya untuk kelas 1. Satu kamar tidur untuk 2 orang, AC, dan gerbongnya lebih nyaman. Harganya 540 hryvnia atau sekitar Rp 650 ribu. Tiga kali lipat dari harga kereta kelas 3. Bahkan juga lebih mahal dari kereta canggih Ukraine Express dari Kiev-Lviv yang untuk kelas 1 harganya 410 hryvnia (sekitar Rp 500 ribu).
Tetapi, saya setuju. Saya bayar harga itu, sambil menunjukkan tiket Ukraine Express Lviv-Kiev untuk tanggal 18 Juni pagi, yang saya punya. Saya bermaksud mengembalikan tiket itu, sehingga dapat uang kembali untuk membayar tiket kereta malam kelas 1 itu. Dalam tulisan sebelumnya, saya memaparkan bisa menukar tiket kelas 3 Ukraine Express jurusan Kharkiv-Kiev sehaga 260 hryvnia, dengan tiket kelas 3 kereta malam jurusan sama, seharga 110 hryvnia. Saya waktu itu dapat kembalian 150 hryvnia.
Saya pikir malam itu juga begitu. Tiket Ukraine Express untuk rute kembali Lviv-Kiev saya bukan kelas 1. Tetapi, kelas 2 dengan harga 320 hryvnia. Jadi, kalau pengembalian disetujui, saya tinggal menambah 220 hryvnia untuk tiket kelas 1 kereta malam yang harganya 540 hryvnia itu.
Saya memang dapat pengembalian, tapi tidak penuh, hanya 55 hryvnia. Pengembalian tidak penuh karena waktu pengembalian saya kurang dari 24 jam. Beda dengan saat di Kharkiv yang sudah saya tukar sekitar 30 jam sebelum masa berangkat tiket itu.
Saya pun membayar tiket kereta malam kelas 1 yang harganya hampir sama dengan harga kamar tempat saya menginap malam sebelumnya di Lviv, yakni, 690 hryvnia (sekitar Rp 820 ribu). Lalu, tetap diantar relawan remaja bernama Volodya itu, kami bergegas menuju ke jalur pemberangkatan. Saat itu sudah pukul 23.50. Artinya, tinggal 5 menit lagi.
Saya tiba di kereta, hanya beberapa menit sebelum jadwal berangkat. Saya berpisah dengan relawan yang baik itu, dan ganti diantar oleh wanita petugas gerbong saya, menuju kamar saya.
Saat pertama melihat kereta yang akan saya naiki malam itu, saya heran kok sama saja dengan kereta malam kelas 3 Kharkiv-Kiev? Modelnya juga kereta tua, hanya warna gerbongnya biru, tidak hijau.
Begitu naik gerbong, terlihat model yang sama dengan kereta malam kelas 3. Lebar gerbong juga sekitar 2,5 meter, yang 2/3 nya berupa deretan kamar tidur, tersisa 0,75 meter lorong yang sempit.
Yang agak beda, jendela dan pintu-pintu kamar terlihat lebih bersih, mengkilap. Karpet di lorong juga tidak kusam.
Lebih sip lagi ketika masuk kamar. Tidak ada dua deret ranjang susun dari besi seperti di kelas 3. Tapi, dua ranjang yang masing-masing sudah rapi dengan seprei, dua bantal, dan selimutnya. Dinding kamar kiri kanan masing-masing ada kaca, plus aksen beludru warna biru.
Selain itu, juga ada meja kecil di antara dua ranjang, dan di atasnya ada televisi. Yang lebih sip lagi, begitu masuk kamar, langsung terasa sejuk, karena ber-AC.
Wah, ini seperti menginap di hotel berjalan, sebagai ganti tidak dapat hotel di Lviv. Apalagi, saya beruntung, tidak ada penumpang lain di kamar saya malam itu. Kamar untuk berdua itu pun saya tempati sampai pagi.
Saya pun bisa tidur pulas sampai pagi. Lalu, membuat tulisan ini dengan santai di kamar “hotel berjalan” itu, sambil menikmati kopi Ukraina yang disediakan oleh wanita petugas gerbong yang rambutnya coklat dan meski tidak bisa bahasa Inggris, tapi sigap membantu itu. (agung pamujo dari ukraina)