Jaya Komara, Pimpinan Koperasi Langit Biru yang Pandai Ambil Simpati
Sosok Jaya Komara adalah orang yang paling dicari saat ini. Bos Koperasi Langit Biru (KLB) Perum Bukit Cikasungka, Solear, Kabupaten Tangerang itu tidak jelas keberadaannya setelah kasus “penyerbuan” ribuan investor KLB mencuat menagih bonus yang dijanjikan.
Koperasi Langit Biru (KLB) di Cikasungka, kemarin (7/6), masih tampak ramai usai ribuan investor menjarah dan merusak isi gudang pada Sabtu (2/6) lalu. Sejumlah investor bahkan masih terlihat berkerumun menanti kabar dana investasinya yang kini sudah tidak jelas. Sejumlah polisi juga nampak berjaga-jaga.
Satelit News yang bertandang ke Cikasungka, mencoba mengorek informasi mengenai sosok Jaya Komara. Di mata tetangganya, Jaya Komara dikenal pandai mengambil simpati orang. Bahkan orang nomor satu KLB ini juga dipanggil ustad oleh warga sekitar dan investor.
Jaya Komara mulai tinggal di Perum Bukit Cikasungka Blok ADF 13 nomor 6, Desa Cikasungka diperkirakan sejak 2005 silam. “Pak Jaya bukan asli orang sini (Cikasungka,red). Dulu dia ngontrak di rumah saya sekitar setahun waktu saya tinggal di Jakarta,” kata Rudi, warga setempat.
Diceritakan Rudi, saat itu kondisi financial keluarga Jaya Komara tengah bermasalah. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, Jaya berjualan aksesoris, seperti jepitan rambut. Bahkan Jaya saat itu bekerja serabutan, seringkali ia mengajar ngaji atau cemarah mengisi acara. “Saya ingat betul saat itu dia hanya mampu membayar kontrakan saya selama empat bulan saja,” ucapnya.
Kepribadian Jaya Komara dan pengetahuannya soal agama membuat Jaya dianggap dan dipanggil Ustad oleh warga sekitar. “Ibadahnya juga rajin, suka ceramah dan memimpin doa di kampung sini. Orangnya juga ramah dan mudah akrab dengan warga,” akunya.
Setahun berlalu, Rudi dan keluarganya pun menempati rumahnya di Perum Bukit Cikasungka Blok ADF 13 nomor 6. Sedangkan Jaya Komara dan keluarganya hijrah dan menempati rumah di sebelahnya. “Saat saya pindah, Pak Jaya sering mengadakan pengajian bersama teman-temannya yang katanya dari Kebon Jeruk,” ungkapnya.
Pengajian pun dilakukan keliling ke sejumlah warga yang juga mengikuti acara pengajian yang awalnya digelar di kontrakan Jaya. Kegiatan keagamaan yang kerap dilakukan Jaya rupanya dinilai warga positif. Namun tidak banyak yang tahu alasan Jaya pindah dari Ciseeng, Bogor. “Informasinya, Pak Jaya sempat membuka usaha investasi di Bogor, tapi tidak berhasil dan pindah ke sini,” katanya.
Setelah tinggal di Cikasungka, Jaya kembali merintis usaha dengan cara investasi daging. Awalnya dia mengajak warga di sekitar Perum Bukit Cikasungka. Hingga akhirnya usahanya terus meluas dan kini sudah memiliki ratusan ribu investor. “Dia pandai mengambil simpati dan menanamkan kepercayaan kepada orang lain,” kata Sugiarti, istri Rudi.
Namun, Sugiarti dan suaminya tidak tertarik dengan tawaran Jaya Komara untuk berinvetasi di KLB sebesar Rp 300 ribu dengan iming-iming bonus yang besar. Menurutnya, bonus besar yang ditawarkan tidak rasional dan realistis. “Saya tahu dia dari awal, jadi saya tidak terlalu percaya dengan keuntungan besar yang cepat dalam investasi,” jelasnya.
Iing, warga lainnya mengaku, Jaya dikenal ramah. Bahkan sejak menjalankan Koperasi Langit Biru, Jaya disebut-sebut sebagai ustad. “Pakaiannya selalu gamis dan peci, dia juga ramah sama warga. Bahkan saya pernah mendengarkan ia berceramah, kemudian mengajak warga berinvestasi di KLB,” tandasnya.
Selang beberapa waktu kemudian, rumah yang ditempati Jaya Komara di Blok ADF dibeli dan dijadikan kantor KLB Gedung A dan Gedung B. Usaha KLB yang terus berkembang juga menghasilkan keuntungan besar bagi Jaya dan keluarganya. Hingga sekitar enam bulan lalu, keluarga orang nomor satu di KLB itu membeli rumah di Blok AEF 2 untuk ditempati.
“Dia (Jaya,red) beli rumah barunya sekitar Rp 300 juta, rumah itu ditempati bersama anak dan istrinya. Baru enam bulan dihuni, terjadi insiden penjarahan, kini rumahnya kosong,” kata Rudolf, Cikasungka lainnya. (*)