Siswa Ujian di Kelas Bocor, 8 Napi Anak Ikuti UN
CIPUTAT, SNOL Pelaksanaan ujian nasional (UN) di SDN Serua I dan IV Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memprihatinkan, Senin (7/5). Para siswa terpaksa mengerjakan soal Bahasa Indonesia dengan kondisi ruang kelas bocor akibat hujan deras yang mengguyur seharian kemarin.
Sejumlah ember diletakkan di beberapa lokasi ruang kelas untuk menampung air hujan yang mengucur dari atap yang tampak sudah lapuk. Sebelumnya, Dinas Pendidikan setempat sempat akan merelokasi dua sekolah tersebut yang memang sering terkena banjir jika hujan datang.
Kepala Sekolah SDN Serua IV, Nuradi Mahim mengatakan, untuk sementara siswanya masih mengerjakan UN di sekolah tersebut. Meski kondisinya memprihatinkan, dia optimis siswa-siswi dapat mengerjakan soal-soal dengan baik.
“Kita masih mengerjakan UN di sekolah Serua IV, tapi jika besok (hari ini) banjir, kita baru pindah ke Sekolah Waskito. Saat ini memang anak-anak ingin mengerjakan soal di sekolahnya sendiri,” ungkap Nuradi saat ditemui disela-sela UN.
Menurut Nuradi, Dinas Pendidikan dan Yayasan Waskito sudah menyiapkan ruang kelas untuk SDN Serua I dan IV jika sewaktu-waktu sekolah tersebut banjir. “Senin malam, nama dan nomor peserta akan ditempelkan di Waskito. Jika besok (hari ini) cuaca tidak mendukung, kita langsung pindah,” tambahnya.
Kepala Sekolah Waskito, Maidah mengatakan, Dinas Pendidikan Tangsel sudah melakukan koordinasi dengan yayasan terkait dengan hal ini. Yayasan Waskito bahkan sudah menyiapkan empat ruang kelas dan satu ruang pengawas untuk SDN Serua I dan empat ruang kelas dan satu ruang pengawas untuk Serua IV.
“Kita sudah menyiapkan ruangan di lantai atas dengan total keseluruhan ruangan yang akan digunakan sebanyak 10 ruang,” ungkap Maidah saat ditemui selepas UN di Waskito.
Kepala Dinas Pendidikan Tangsel, Matoda mengatakan, secara keseluruhan, pelaksanaan UN di Tangsel berjalan lancar. Sedangkan untuk SDN I dan IV Serua, pihaknya sudah menyiapkan untuk mengalihkan ke Sekolah Waskito.
“Dari awal kita sudah mengantisipasi untuk mengalihkan mereka mengerjakan UN di Waskito. Dinas tidak memaksa mereka untuk pindah, karena anak-anak nyaman dengan kondisi saat ini,” ungkap Matoda.
Ayu (12) salah seorang siswi SDN Serua I mengaku lebih enak mengerjakan soal di sekolah sendiri. “Enakan di sekolah sendiri. Di sana (Waskito) ada AC-nya dingin,” ujarnya.
8 Napi Anak Ikuti UN
Delapan napi anak pria mengikuti UN tingkat SD, Senin (7/5). Sama seperti siswa SD lainnya, para napi anak itu juga dijaga dengan ketat saat mengikuti UN oleh pemantau silang dari sekolah lain.
Ketua Panitia UN SD Istimewa di Lapas Anak Pria Tangerang Agus Nurhasan mengatakan, kedelapan napi yang mengikuti UN itu terpaksa harus menjalani di balik jeruji sel karena kasus kriminal yang mereka lakukan. “Ada yang ditahan karena mencuri, narkoba, pelecehan seksual, sampai kasus pembunuhan. Namun karena mereka masih anak-anak, mereka juga punya hak mendapatkan pendidikan meskipun humum. Bahkan, delapan orang napi anak yang seharusnya ikut UN, semuanya hadir. Tak ada yang sakit atau ijin,” ucap Agus.
Kepala Sekolah SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang Sino mengatakan, para anak didiknya telah mempersiapkan diri dengan baik. “Sama seperti sekolah lain, anak didik kami juga mengikuti lima kali try out dan pengayaan. Kami yakin lulus seratus persen, sama seperti tahun lalu,” tuturnya.
Darpin (12), seorang napi anak yang mengikuti UN, mengaku tidak ada kendala saat menyelesaikan soal Bahasa Indonesia. “Semua sama seperti yang diajarkan. Saya juga sudah belajar, jadi tidak ada hambatan,” kata anak usia belasan yang terjerat kasus pelecehan seksual tersebut.
Darpin menambahkan, setiap napi anak diberi kesempatan mengikuti sekolah di dalam Lapas. Seperti dirinya, tinggal melanjutkan sekolahnya yang terbengkalai gara-gara kasus kriminal yang dilakukannya. “Tadinya saya sekolah di SDN Telaga Jaya 2 Kabupaten Karawang. Kalau lulus dan sudah bebas saya mau melanjutkan ke SMP,” ujar anak yang harus menjalani vonis enam tahun penjara tersebut.
Belum Terendus Sontek Massal
Kehebohan isu bocoran soal di ujian nasional (UN) SMA dan SMP tidak menular di UN SD/sederajat. Setidaknya dalam laporan jajaran Direktorat Pembinaan SD Ditjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dikdas Kemendikbud) menyebutkan tidak ada kasus atau laporan menonjol dalam UN SD hari pertama kemarin (7/5).
Kabar UN SD yang cenderung berjalan normal dan lancar itu disampaikan Direktur Pembinaan SD Ditjen Dikdas Kemendikbud Ibrahim Bafadal. Usai memantau pelaksanaan UN SD di kawasan Kota Solo, Jawa Tengah, Bafadal menuturkan UN SD berjalan lancar. “Tapi tetap ada catatan-catatan kekurangan. Tapi kecil sekali,” kata dia.
Diantara catatan kekurangan itu terjadi di Kota Solo yang dia pantau langsung. Di kota yang baru saja terjadi bentrokan penduduk itu, Bafadal mengatakan ada hal-hal kecil yang sempat mengganggu pelaksanaan UN. Diantaranya adalah, lampiran lembar soal yang lengket. “Untungnya saat dibuka tidak merusak tulisan pertanyaan,” kata dia.
Kekurangan lainnya adalah ada siswa yang tidak mendapatkan lembar jawaban komputer (LJK). Tetapi karena lokasi ujian tidak jauh dari UPTD dinas pendidikan, maka langsung bisa dicarikan stok LJK cadangan. Ada juga naskah soal yang sobek-sobek. Untungnya yang sobek adalah bagian pojok bawah. Sehingga tulisan soal masih bisa dibaca siswa.
Bafadal mengatakan, kelemahan ini harus menjadi evaluasi pemprov untuk proses tender percetakan. Dia mengatakan, sistem percetakan UN SD berbeda dengan UN SMP atau SMA. Jika di UN SMA dan SMP percetakan diambil alih oleh Kemendikbud. Sedangkan percetakan UN SD dipasrahkan ke pemprov. Kasus naskah soal yang rusak ini juga harus dikoreksi daerah-daerah lain. Seperti di Bandung, Gorontalo, dan Bone.
Bafadal juga mengatakan, pada hari pertama UN SD yang diikuti 4.647.269 siswa hampir bisa dipastikan berjalan serentak. Sebab sampai sore kemarin dia belum menerima adanya laporan gangguan yang membuat UN SD hari pertama ditunda. Dia mengatakan, jajarannya sudah diterjunkan ke 33 provinsi. Rata-rata satu provinsi dipantau 2-3 orang dari Kemendikbud.
Sementara untuk urusan sontek massal atau isu bocoran soal, Bafadal mengatakan belum menerima laporan. “Mudah-mudahan sampai ujian selesai tidak ada kasus-kasus seperti itu,” kata dia. Bafadal berharap kasus sontek massal seperti di SD Gadel, Surabaya tahun lalu tidak terulang lagi tahun ini.
Terkait urusan kelulusan, Bafadal tetap berharap 4 juta lebih peserta UN SD lulus semua. Dia meminta seluruh peserta dan guru mendukung kejujuran dalam mengikuti UN. Dia berharap, UN ini bisa menjadi bagian dari pembelajaran pendidikan karakter. (irm/pane/wan/deddy/jpnn/bnn