Perekaman e-KTP Jauh di Bawah Target
TIGARAKSA,SNOL Pelaksanaan Program Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) di Kabupaten Tangerang jauh dari target. Sejak diluncurkan 2 April lalu, sampai saat ini jumlah warga yang telah berhasil direkam di Dinas Kepedudukan Catatan Sipil (Disdukcapil) hanya 158.383 jiwa. Padahak, target yang ditetapkan hingga bulan September 2012 nanti 1.668.999.
“Memang saat ini jumlah yang terekam masih sangat minim. Apalagi jika merujuk pada databese Kabupaten Tangerang jumlahnya mencapai lebih dari 2 juta jiwa wajib KTP,” ujar Oong Sugiartono, Kasi Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tangerang, Senin (7/5/2012).
Banyak faktor yang menyebabkan minimnya jumlah penduduk yang melakukan perekaman. Selain kurangnya kesadaran masyarakat, juga minimnya alat perekam. Dari dua alat yang tersebar di setiap kecamatan, ada saja kerusakan yang dialami.
“Hampir di setiap wilayah ada saja masalah di alat yang disediakan oleh pusat, bahkan di 5 daerah proses perekaman harus terhenti selama 5 hari, karena alatnya harus mendapatkan perbaikan dahulu di Jakarta,” jelas Oong.
Rencananya selain berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan, Pemerintah Kabupaten akan menambah jumlah alat perekaman untuk ditempatkan di kecamatan-kecamatan yang memiliki jumlah penduduk wajib KTP terbanyak. “Mungkin Juni nanti 8 alat perekaman telah ada, sebab sudah dianggaran oleh pemerintah tahun ini,” sebutnya.
Camat Tigaraksa Mas Yoyon Suryana mengakui masih minimnya jumlah warganya yang telah melakukan perekaman. Dari satu kelurahan dan satu desa yang telah di proses pemanggilan untuk perekaman rata-rata yang datang hanya 50 persen.
“Pihak kecamatan dan kelurahan serta desa telah gencar melakukan sosialisasi, kami pun telah menempatkan operator hingga pukul 8 malam setiap harinya. Bahkan siap hingga pukul 12 malam jika memang masih banyak warga yang melakukan perekaman,” jelas Yoyon.
Penyebab minimnya jumlah undangan yang datang selain karena kesibukan warga yang bekerja, juga karena banyaknya warga yang telah berusia lanjut yang merasa tidak begitu perlu juga melakukan perekaman tersebut.
“Saat kami mendatangi warga, banyak yang berdalih sudah tua sehingga tidak perlu lagi. Oleh karenanya kita terus lakukan sosialisasi agar mereka mau. Sedangkan untuk para pekerja kebanyakan mereka kecapean, padahal jika mereka tidak bisa melakukan di jam kerja, mereka juga bisa melakukannya di sore dan malam hari,” ujar Yoyon. (hendra/susilo)