Air Bersih Mencukupi, Ekonomi Masyarakat Meningkat
Air bersih tidak hanya membuat masyarakat hidup sehat, tapi juga bisa menjadikan perekonomian masyarakat meningkat. Demikian ulasan dalam obrolan Dari HatikeHati bersama Direktur PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang Ahmad Marju Kodri.
Sebagai daerah perkotaan, perhatian terhadap kebutuhan air bersih sangat penting. Karenanya, ke depan, Ahmad Marju Kodri punya cita-cita agar air bersih di Kota Tangerang seperti di Singapura.
”Di sana (Singapura-red) air bisa langsung diminum dari kran, saya pun ingin seperti itu, sebab kalau sudah seperti di bandara enak. Jangan sampai, saat di Bandara Changi orang gampang mendapat air, begitu ke Bandara Soekarno-Hatta keadaanya memprihatinkan,” kata Marju Kodri dalam diskusi dengan redaksi Satelit News, akhir pekan lalu.
Lebih dari itu, Kodri juga berkeinginan agar masyarakat Kota Tangerang dapat menikmati air bersih secara merata. ”Bayangkan saja, untuk saat ini masyarakat beli air bersih ke tukang air keliling Rp 5.000 per kaleng 8 liter. Sementara kebutuhan manusia akan air yang ideal adalah 20 kubik sebulan, paling tidak mereka mesti mengeluarkan uang Rp 1.200.000 untuk membeli air bersih saja. Padahal gajinya katakanlah Rp 1.600.000. Itu artinya apa, mereka akan menggunakan air kotor atau bahkan mungkin tidak mandi,” katanya. Padahal dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) 23/2006 jumlah gaji untuk beli air bersih adalah empat persen.
Ditambahkannya, kelak dirinya menginginkan PDAM TB bisa menyediakan air bersih dengan harga jauh lebih murah. ”Dengan begitu pendapatan yang seharusnya buat beli air bisa dipakai beli kebutuhan lain. Dan kalau sudah begitu tingkat kesejahteraannya bisa ikut terangkat,” katanya.
Langkah itu, kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kota Tangerang ini bisa ia laksanakan jika dirinya berposisi sebagai CEO. ”Saat ini dengan posisi direktur, saya masih sekedar operator,” tambahnya.
Ahmad Marju Kodri lahir di Tangerang 27 April 1957. Ibunya merupakan anggota DPRD II Kabupaten Tangerang, sedangkan ayahnya anggota DPRD Provinsi Jawa Barat. Kedua orangtuanya adalah anggota DPRD dari partai yang sama, yakni Parta Masyumi, partai terbesar saat itu. Namun, kemapanan ekonomi orangtua tak membuat Kodri manja. Ia justru gigih belajar mencari lembaran rupiah dari keringat sendiri.
”Saya waktu kecil berjualan es secara asongan, tepatnya di daerah Ahmad Yani. Dulu ada sebuah terminal terkenal, namanya Terminal Hitago (Himpunan Tangerang-Grogol), di sanalah saya berjualan. Yang saya jual es mambo milik orangtua Bu Bupati Elia,” katanya.
Setelah lulus STM, Kodri kemudian meneruskan pendidikan tingginya ke Universitas Jaya Baya di Jakarta Timur. Selama kuliah, Kodri sempat beberapa waktu mengambil cuti lantaran harus kerja. Saat itu, ia telah mendapat pekerjaaan di perusahaan Astra. Saat kuliah itu pula, ia telah menikah. Lulus kuliah, Kodri rupanya tak langsung mendapatkan pekerjaan. ”Saya berkali-kali mengirim lamaran, namun ternyata susah juga cari pekerjaan,”katanya.
Menganggur memang sungguh tidak mengenakkan, terlebih kemudian buat Kodri yang saat itu harus memikirkan kebutuhan rumah tangganya, dengan seorang anak yang masih kecil. ”Saya akhirnya mengambil satu pekerjaan yang hingga kini orangtua saya sendiri sebenarnya tidak tahu. Saya menjadi sopir taksi selama tiga bulan,” katanya membongkar rahasia.
Tiga bulan bekerja sebagai sopir taksi, Kodri akhirnya diterima di salah satu perusahaan Ciputra Grup, yakni PT CMC. Di sini, ia menduduki jabatan ’panas’. Betapa tidak, ia ditempatkan sebagai manajer marketing. Posisi itu, membuat orang yang mendudukinya hanya betah paling lama tiga bulan saja. ”Bayangkan saja, saya harus menjual barang eskalator dan lift ke perusahaan yang nilainya ratusan juta pada saat itu. Mungkin kalau sekarang nilainya sudah miliaran,” tambahnya. Untungnya kata Kodri, dirnya mampu melewati semua itu.
Darah politisi rupanya begitu kental dalam dirinya. Meski sebetulnya, ia bisa saja melanjutkan kerjanya di PT CMC, namun Kodri memilih menjadi politisi pada 1990-an. Kodri terpilih sebagai anggota DPRD Tangerang. Di lembaga legislatif ini, ia duduk di Pansus Tata Ruang. ”Makanya kalau ada yang bilang Kodri tidak tahu tata ruang Kota Tangerang, maka dia salah. Saya justru sudah tahu tata ruang Kota Tangerang 1993-2018 mendatang,” sergahnya.
Selesai di DPRD, Kodri mencoba melamar posisi di PDAM Kerta Raharja. ”Di sana saya sebagai staf ahli,”katanya. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar, kalau PDAM Tirta Benteng membuka lowongan direktur, saya mencoba melamar dan alhamdulillah diterima,”katanya. Banyak rekannya di PDAM Tirta Kerta Raharja yang tidak percaya mengenai posisinya yang berada di top level BUMD milik Kota Tangerang ini. (*)